Foto: Dok. Istimewa
Jakarta (TROBOSAQUA). Vaksinasi yang merupakan upaya mencegah serangan penyakit pada ikan laut perlu digencarkan lagi agar produktivitas meningkat. Disamping juga, sebagai upaya memenuhi standarisasi ekspor produk perikanan yang melarang penggunaan antibiotik.
Demikian mengemuka pada webinar dengan tema ‘Optimalisasi Budidaya Ikan Laut melalui Strategi Vaksinasi yang Efektif’ yang digelar Himpunan Pembudidaya Ikan Laut Indonesia (Hipilindo) bekerja sama dengan Minapoli secara daring, Kamis (4/10).
Pada webinar yang dibuka Ketua Umum Hipilindo, Panghutan Sitotus tersebut, tampil menjadi keynote speaker Tinggal Hermawan, Direktur Ikan Air Laut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPB KKP) yang diwakili Nana S S Udi Putra, Ketua Tim Kerja Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK), DJPB KKP.
Lalu Prof Alim Isnansetyo, guru besar bioteknologi Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian UGM dan CEO & Founder Chief Executive Office (CEO) TeOra, Rishita yang didampingi Denny Leonardo, Direktur Tequisa Indonesia. Bertindak sebagai moderator Hendra Agung Kurniawan, Analis Perencana Sarana dan Prasarana Penyuluhan BBRBLPP.
Dalam sambutannya Panghutan menekankan webinar ini dapat menjadi wadah berbagi informasi guna meningkatkan penggunaan vaksin pada budidaya ikan laut di Indonesia.
“Vaksinasi bukan hal yang baru, tapi masih terbatas diterapkan di Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti kurangnya infrastruktur ataupun rendahnya kesadaran pembudidaya. Oleh karena itu, webinar ini penting menjadi wadah untuk meningkatkan adopsi teknologi vaksin di budidaya ikan laut,” ujar Sitorus.
Sebab, lanjutnya, penggunaan antibiotik tidak saja menimbulkan risiko pada kesehatan manusia melalui residu antibiotik tetapi juga berkontribusi bagi resistensi antibiotik sebagai ancanam global. Saat ini pasar global seperti Uni Eropa dan Amerika memberlakukan aturan ketat terkait residu antibiotik pada perikanan yang diimpor.
Keynote speech Nana S S Udi Putra yang mewakili Tinggal Hermawan, menjelaskan, vaksinasi merupakan langkah tepat guna melakukan peningkatan produktivitas ikan air laut, sesuai dengan Kebijakan Ekonomi Biru KKP. “Vaksin ini menjadi cara yang baik untuk menghindari residu antibiotik sekaligus meningkatkan produksi perikanan budidaya. Mari kita bekerja sama supaya masyarakat semakin aware tentang penggunaan vaksin,” imbau Nana.
Sementara Prof Alim Isnansetyo menjelaskan mengenai pentingnya vaksinasi beserta hasil positif dari riset penggunaan vaksin pada ikan laut. “Penerapan vaksin diperlukan bagi budidaya ikan laut sebagai strategi menghadapi banyaknya varian penyakit yang ada di lapangan. Saat ini sudah tersedia vaksin yang mengandung banyak antigen, sehingga bisa menanggulangi berbagai macam penyakit, atau biasa disebut cocktail vaccine,” tuturnya.
Disebutkannya, hasil riset penerapan vaksin pada kerapu budidaya yang tidak diberikan vaksin memiliki tingkat kematian sebanyak 89%. Sementara, ikan yang telah divaksinasi hanya memiliki tingkat kematian di bawah 50%.
Selain itu, hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa vaksinasi dapat meningkatkan pertumbuhan ikan serta menekan angka Feed Convertion Ratio (FCR). Seperti yang diketahui bahwa semakin kecil FCR, maka proses budidaya akan semakin efisien.
Pemateri kedua, Rishita yang diterjemahkan Denny Leonardo, CEO dari Tequisa Indonesia memperkenalkan, vaksin produksi TeOra. Vaksin ini berbasis nanopeptida menggunakan rekombinan fermentasi yang mampu mempertahankan kesehatan ikan laut dari berbagai penyakit. datuk-lampung/dini/edt