Foto: dok nadia
kegiatan seminar oleh GSI di Banten
Cilegon (TROBOSAQUA). Bertujuan meningkatkan produktivitas tambak udang, Genomic Shrimp Indonesia (GSI) menggelar seminar baru-baru ini pada (7/8) 2024 di Cilegon-Banten. Acara bertajuk ‘Monitoring Penyakit Udang untuk Meningkatkan Produktivitas Tambak Udang Vannamei’ ini menghadirkan para pakar di bidang kesehatan ikan dan budidaya udang dan diikuti para petambak udang, pengusaha pembenihan udang, serta perusahaan pakan udang.
Mengawali seminar yang dipandu Coco Kokarkin, praktisi perudangan, yang membawa informasi terkini mengenai industri udang dan membawa hasil pertemuan ini untuk menjadi rekomendasi dalam rangka memperkuat stakeholder produksi udang di Indonesia. Kepala Balai Pengujian Kesehatan Ikan dan Lingkungan Serang, Toha Tusihadi, menyampaikan, deteksi dini penyakit pada udang vannamei yang dibudidayakan menjadi kunci sukses peningkatan produksi tambak.
Toha mengatakan bahwa BPKIL Serang memiliki kegiatan utama yakni pelayanan pengujian, monitoring dan surveilans, serta terbuka untuk bimbingan teknis dan kerjasama dalam bentuk magang juga pelatihan singkat. Dalam kesempatan ini, ia berharap agar pemerintah dan perusahaan swasta saling melengkapi dan berkolaborasi untuk mengembangkan layanan pemeriksaan molekuler penyakit udang yang akurat dan cepat demi kemajuan perudangan di Banten hingga seluruh wilayah Indonesia.
Selanjutnya, Rakarya Galih Nandhira, Team Leader Extraction and PCR GSI menjelaskan bahwa GSI menawarkan layanan pemeriksaan molekuler, mulai dari proses pengambilan sampel hingga interpretasi hasil. Ia menjelaskan, PCR yang ditawarkan sudah tersertifikasi ISO dan pengerjaan di laboratorium berbasis biosafety level tinggi hingga sertifikasi green lab.
Tak hanya itu, pengujian ini dapat dilakukan dalam waktu singkat sejak pengiriman sampel udang ke laboratorium di Jakarta. Hasil akan didapat kurang dari 4 hari, sehingga hal tersebut memberikan kepastian kepada pengelola tambak untuk pencegahan yang tepat, sehingga kerugian dapat diminimalisir dan keuntungan dapat ditingkatkan.
“Karena kami menyadari bahwa kami tidak memiliki cabang. Maka, penting bagi kami juga untuk memastikan tambak-tambak yang ingin bekerjasama dengan kami Itu tidak mengalami kesulitan,” pungkas Raka.
Raka juga menyampaikan, produk GSI saat ini memiliki empat produk khusus. “Kami mempunyai produk PCR shrimp dari prime 2, 3, 4, dan 5 dan untuk jumlah patogen yang kami bisa tes ada lima; yaitu AHPND, IMNV, WSSV, EHP, dan IHNV,” terang Raka.
Guru Besar Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang juga konsultan GSI, Slamet Budi Prayitno menjelaskan tentang pendekatan ilmiah dalam mendiagnosis penyakit udang. Ia juga berbagi pengetahuan mengenai metode diagnosis penyakit udang yang terbaru, termasuk PCR, dan rekomendasi monitoring penyakit dalam rangka meningkatkan produktivitas udang.
Dalam seminar tersebut juga menghadirkan Joko Triono sebagai Technical Sales Support Thai Union yang membahas strategi pencegahan AHPND serta langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. Selanjutnya, Syafan Hariz, Area Manager Shrimp Banten E-Fishery, yang berbagi pengalamannya dalam memantau kesehatan udang di lapangan. Sedangkan pengalaman dalam menghadapi kasus kolam udang yang positif terdeteksi WSSV juga memberikan solusi untuk mengatasi penyakit tersebut yang disampaikan oleh Eri Soedewo, perwakilan petambak serta GM Sales PT Farmers Fish Indonesia.nadia/edt/dini