Foto: By Dimas
Sukabumi (TROBOSAQUA). Budidaya sistem bioflok menjadi salah satu pilihan masyarakat. Khususnya bagi masyarakat perkotaan dan sejumlah daerah yang minim air bisa memanfaatkan inovasi teknologi budidaya ini.
Budidaya ramah lingkungan dan berkelanjutan ini mulai digandrungi masyarakat. Selain tempat budidayanya tak bau, sistem budidaya nila bioflok juga tak boros air.
Semula, di benak banyak orang mengira kalau budidaya nila bioflok yang sudah diaplikasi masyarakat itu rumit. Namun menurut Penanggung Jawab Budidaya Nila Bioflok Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi-Jawa Barat, Fatihul Muharis, budidaya nila bioflok konsepnya sangat sederhana dan mudah diaplikasi masyarakat.
Lantas apakah kunci sukses budidaya nila bioflok ini? Kuncinya adalah benih nila unggul yang sehat, bersertifikat dan flok sebagai sumber bahan pakan tambahan bagi ikan. Kemudian, wadah budidaya (bak), pakan pellet dan air secukupnya.
Menurut Fatih, masyarakat bisa membuat bioflok sendiri. Hal itu dikarenakan, bahan-bahannya mudah didapatkan. Yang paling penting adalah tepat takaranya.
Inilah bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat bioflok, antara lain:
1. Garam krosok sebanyak 1 kg per meter kubik.
2. Kapur dolomit (kapur pertanian) 50 gram per meter kubik.
3. Molase sebanyak 100 ml/m3. Kalau tak ada molase bisa menggunakan gula pasir sebanyak 50 gram per meter kubik.
4. Probiotik yang ada kandungan Bacillus. Probiotik ini bisa dibeli di toko pertanian.
Bahan-bahan tersebut kemudian dimasukkan dalam wadah budidaya (bak) berdiameter 4 meter yang sudah diisi air secukupnya. Setelah didiamkan selama 4-7 hari benih nila siap ditebar dalam wadah tersebut. Untuk mengembangkan bioflok di bak, pembudidaya juga bisa mengambil biang dari bioflok yang sudah ada di bak budidaya lainnya.dimas/dini/edt