Foto: Istimewa
Jepara (TROBOSAQUA). Bandeng kartini adalah branding yang awal mula diinisiasi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara-Jawa Tengah. Budidaya bandeng kartini mulai dikembangkan sejak empat tahun lalu dengan menerapkan teknologi semi/ intensif. Hingga saat ini, melalui kolaborasi dengan multi stakeholders , budidaya bandeng kartini telah berkembang signifikan.
Di Jepara, bandeng kartini dikembangkan di sentra produksi bandeng di Kecamatan Donorojo. Di kawasan pengembangan atau klaster (kampung bandeng) inilah bandeng kartini mulai berkembang dan dikenal masyarakat luas.
Selain kualitas dagingnya cukup bagus dan tak bau lumpur, bandeng kartini memiliki pertumbuhan relatif cepat. Proses budidaya bandeng ini berkisar antara 3-4 bulan, dengan input teknologi yang dikembangkan mulai dari budidaya semi intensif dan intensif. Kendati dibudidayakan secara semi intensif dan intensif, secara fisiologis ikan bandeng merupakan jenis herbivora jadi tetap membutuhkan klekap/lumut.
Pengawas Perikanan Ahli Madya BBPBAP Jepara, Anton Mardiyanto, mengatakan, budidaya bandeng ini sangat menjanjikan. Apalagi setelah ada input teknologi dan penerapan konsep klaster, para pembudidaya bandeng kartini sangat diuntungkan.
“Indikatornya adalah; produktivitas naik 164% , dari 910 kg/ha menjadi 2.400 kg/ha; keuntungan pembudidaya ikan naik 105%, dari semula Rp 1,8 juta per bulan menjadi Rp 2,8 juta per bulan (melebihi UMR Jepara). Kemudian, penyerapan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam budidaya bandeng kartini naik 244% dari semula hanya 25 menjadi 86 orang,” sebut Anton.dimas/edt/dini