Jendela Terkini Genetika Udang Vannamei

Jendela Terkini Genetika Udang Vannamei

Foto: 


Tantangan lingkungan, penyakit dan kebutuhan performans oleh industri menuntut perbaikan genetik udang vannamei secara terus menerus. Bekerja dalam senyap, teknologi genetika molekuler menghasilkan seleksi yang lebih akurat dan cepat.

 

Teguh Setiyono, Ketua Paguyuban Akuakultur Kaur – provinsi Bengkulu kepada TROBOS Aqua menyatakan, petambak membutuhkan benur yang tahan penyakit acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND) yang sudah beberapa lama menghantui tambak di Bengkulu. Padahal, menurut dia, produktivitas tambak di kabupaten Kaur dapat mencapai 25 – 30 ton per ha.

 

Selama ini, menurut dia yang juga manajer budidaya tambak PT Dua Putra Pratama – Bengkulu ini menggunakan benur campuran antara benur vannamei tipe resisten (toleran terhadap beberapa jenis penyakit) dan tipe fast growth. “Pengalaman kami, pertumbuhan benur resisten terlihat lebih lambat. Pada umur yang sama (dengan tipe fast growth) ukuran (size)-nya lebih rendah, namun SR (survival rate, sintasan) dan FCR (feed conversion ratio, konversi pakan) lebih bagus. Berbeda dengan benur fastgrowth pertumbuhannya lebih cepat sehingga size pada umur yang sama lebih tinggi. Kekurangannya tingkat kematiannya lebih tinggi, dan FCR lebih tinggi atau dengan kata lain pemakaian pakan lebih banyak,” tuturnya.

 

Dibandingkan 10 tahun yang lalu, Teguh merasakan perbedaan yang signifikan dengan kehadiran dua tipe benur komersial itu. “Benur tipe resisten lebih tahan penyakit dibandingkan dengan benur fastgrowth.  Pada benur resisten, jikalau terjadi goncangan dan muncul gejala penyakit bisa . Umumnya pulih dalam 5 hari. Sebaliknya pada benur pertumbuhan cepat kita tidak bisa berharap banyak, jika muncul gejala penyakit sulit diatasi,” dia mengungkapkan. Walaupun demikian benur resisten masih dapat menampilkan performa SR 90% dan FCR 1,3 dengan size 30 – 40 ekor per kg.

 

Teguh mengaku, masih belum menemukan benur yang tumbuh cepat namun resisten terhadap penyakit. “Kadang-kadang memang mendapatkan benur dengan pertumbuhan cepat yang juga tahan penyakit. Namun kondisi itu jarang dialami,” tegasnya.

 

Dia pun mengaku tidak berani memacu pertumbuhan benur tipe resisten dengan memacu pemberian pakan. Sebab benur resisten memang bertujuan menghasilkan SR yang tinggi. Baginya tidak masalah umur budidaya lebih panjang asal SR tinggi dan panen size besar.

 

Dia pun menyebutkan, benur pertumbuhan cepat atau yang tahan penyakit harganya hanya lebih mahal Rp5 hingga Rp10 per ekor. Benur yang berasal dari hatchery di Lampung berkisar antara Rp50 - Rp54 per ekor. Sedangkan benur asal Bali harganya lebih tinggi, antara Rp94 – Rp98 per ekor.

 

Seleksi dengan Genomik

Dedy Safari, Commercial & Technical Manager Indonesia Benchmark Genetics (PT Inve Indonesia) mengungkapkan, perusahaan genetika udang vannamei di Indonesia, menurut dia, tidak semua melakukan seleksi, ada yang hanya melakukan multiplikasi. “Bagi yang melakukan seleksi, sebagian besar seleksi diarahkan untuk menghasilkan pertumbuhan cepat dan ketahanan terhadap penyakit tertentu,” sebutnya.

 

Dedy menyatakan, sebagian besar perusahaan genetika udang sudah meninggalkan metode breeding konvensional. “Perkembangan teknologi genomik sangat membantu perusahaan-perusahaan genetik untuk membuat formulasi galur-galur yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang diinginkan secara lebih akurat, namun  dalam waktu yang relatif lebih singkat,” ungkap dia.

 

Adapun  perusahaannya - Benchmark Genetic, Dedy menyatakan telah mendayagunakan teknologi  genomik sejak 2017 untuk mencari galur yang tahan terhadap white spot syndrome virus (WSSV). Perkembangan berikutnya dilakukan juga untuk ketahanan terhadap acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND) dan Enterocytozoon hepatopenaei (EHP). Seleksi genotipik ini,menurut dia, harus dibarengi dengan seleksi fenotipik untuk mengonfirmasi bahwa marker genomik yang didapat berkorelasi dengan karakter fenotipik yang muncul.

 

“Kita ada 3 metode untuk untuk menyeleksi galur terbaik. Pertama menggunakan genomik. Menelusuri SNP (single nucleotide polymorphism) untuk mencari marker gen individu-individu terbaik. Kedua, Sentinel trial, seleksi yang dilakukan di lingkungan lokal/Asia. Ketiga, challenge test, yaitu seleksi individu terbaik untuk ketahanan terhadap penyakit tertentu,” dia menuturkan. Dia meyakini, penerapan metode seleksi yang tepat sangat mungkin untuk menghasilkan benur yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit.

 

Kembangkan 3 Line

Hasilnya, disebutkan Dedy, pada skala komersial sudah bisa dihasilkan benur yang mempunyai toleransi terhadap penyakit tertentu. Walaupun dia pun mengakui masih belum sampai tahap resisten. Namun perbaikan genetic udang, pada karakter performans dan resistensi terhadap penyakit sudah jauh meningkat dibandingkan 5 – 10 tahun yang lalu.

 

Karakter resisten terhadap penyakit dikompromikan, untuk menjaga karakter pertumbuhan cepat. Sebab sifat tumbuh cepat/performa tinggi berkorelasi negatif dengan sifat resisten terhadap penyakit. “Benchmark Genetics sudah melakukan seleksi udang yang toleran terhadap beberapa penyakit, seperti WSSV, AHPND, TSV (taura syndrome virus), dan EHP, dengan menjaga kecepatan pertumbuhannya. Kedua sifat ini bisa digabungkan dan dioptimalkan, seperti halnya yang perusahaan kami lakukan sejauh ini dengan produk (benur) line balance,” sebut dia.

 

Dia menggambarkan, pembesaran benur line balance mampu menampilkan indikator performans berupa konversi pakan (feed conversion ratio, FCR) 1.2; pertumbuhan harian (average daily gain, ADG) kumulatif 0.3 g/hari, survival rate (SR) PL antara 70% – 80%, SR panen di tambak lebih dari 90%.Selain itu, dia mengklaim lebih tahan terhadap guncangan lingkungan. Bahkan udang cepat recovery dari serangan penyakit.

 

Sebagai informasi tambahan, perusahaan Benchmark Genetics yang berpusat di Florida – Amerika Serikat memiliki kapasitas produksi 100.000 induk per tahun. Induk itu didistribusikan ke Indonesia, India, China, Vietnam, Thailand dan beberapa negara Amerika Latin, Timur Tengah, dan Eropa.

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 149/ 15 Oktober  - 15 November 2024

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 150/ 15 November  - 15 Desember 2024

 
Aqua Update + Inti Akua + Cetak Update +

Artikel Lain