Permintaan Tetap Melesat, Pamor Mulai Berkarat

Permintaan Tetap Melesat, Pamor Mulai Berkarat

Foto: By Dian


Di sisi permintaan, ikan mas diakui masih tetap menjadi unggulan komoditas air tawar, namun dari segi budidaya mulai banyak yang bergeser ke komoditas lain

 

Ikan mas adalah salah satu sumber protein hewani yang dapat dijumpai dengan mudah di pasaran. Namun, ikan mas bukanlah satu-satunya jenis ikan tawar yang digemari masyarakat Indonesia. Seiring berjalannya waktu, ragam jenis komoditas air tawar yang beredar di pasaran kian bertambah. Mulai dari ikan nila, lele, gurami, bawal, dan jenis lainnya.

 

Kendati demikian, ikan mas tetap memiliki tempat tersendiri di hati para pecintanya. Menurut Baban Subandi, pembudidaya ikan mas di kolam air deras (KAD) Pamijahan, Bogor-Jawa Barat, meski beberapa tahun terakhir ikan air tawar seperti nila dan lele sedang booming, permintaan ikan mas tetap stabil.

 

Kepada Tim TROBOS Aqua, Baban bercerita, pesaing sesungguhnya ikan mas adalah ikan laut. Karena ikan laut acap kali dijual dengan harga yang lebih murah ketimbang ikan mas.

 

Terkait permintaan ikan mas yang disampaikan Baban disetujui Teguh, distributor ikan mas di Cilangkap, Jakarta Timur. Teguh menuturkan, sejak 2016 hingga saat ini permintaan ikan mas setiap tahunnya terus melonjak.

 

“Ketika baru berkecimpung di usaha ini, jumlah ikan mas yang saya pasarkan hanya 15 ton per bulannya. Setelah Covid-19, tepatnya di 2021, kapasitas penjualan mulai merangkak naik. Saat ini per bulannya ikan mas yang dijual dapat mencapai 25-30 ton,” terang pemilik lapak Jaya Fish Farm itu.

 

 Hal serupa juga dirasakan Rendi, pembudidaya ikan mas di Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Saguling, Kabupaten Bandung-Jawa Barat (Jabar). Rendi menuturkan, saat mengawali karir sebagai pembudidaya di 2019, dari 6 petak jaring yang dimiliki, jumlah ikan yang dipanen hanya 4 kuintal. Itupun panen dilakukan per 2 bulan sekali.

 

 “Alhamdulillah, per hari ini dari 6 petak tersebut sudah berkembang menjadi 125 petak jaring. Itu semua tidak dikelola oleh saya sendiri, namun dipecah menjadi 15 orang pengelola. Selain untuk menambah volume yang dipanen, banyaknya petakan tersebut juga berfungsi mengurangi jumlah pengangguran dan menaikkan perekonomian di wilayah sekitar,” ucap Rendi.

 

 Lanjutnya, kini panen dapat dilakukan setiap hari. Per panen, ikan yang diangkut di kisaran 6 kuintal-1 ton. Sedikit berbeda di kawasan Jakarta. Arifin, pemilik lapak ikan mas Ipin & Ipin di Cipedak-Jagakarsa, Jakartas Selatan mengungkapkan kepada Tim TROBOS Aqua, terdapat penurunan jumlah permintaan ikan mas di lapak miliknya sejak 5 bulan terakhir.

 

“Hingga Januari awal tahun ini, lapak ikan saya bisa menjual atau mendistribusikan ikan mas mencapai 2 ton per harinya. Bulan selanjutnya sampai saat ini penjualan menukik tajam menjadi 5 kuintal per hari saja,” gumamnya (9/7).

 

 Laki-laki yang berkecimpung selama 14 tahun di bisnis ikan mas itu menjelaskan, menurunnya kuantitas yang dijual bukan diakibatkan turunnya jumlah pecinta ikan mas. Melainkan, akibat bertambahnya jumlah lapak sejenis di sekitaran wilayah Jagakarsa. “Sekarang itu pilihan jenis ikan semakin banyak, namun jumlah masyarakat yang menggemari ikan juga bertambah banyak,” papar Arifin siang itu di lokasi tidak jauh dari lapak dagangnya.

 

Ikan Mas KJA VS KAD

Terdapat hal unik di ikan mas. Harga jual ikan mas dipengaruhi oleh ukuran atau jumlah ikan per kilogram (kg). Sementara itu, ukuran ikan mas dipengaruhi lokasi budidayanya. Lokasi budidaya mempengaruhi target pasar ikan mas.

 

Berbicara soal harga, Teguh membuka obrolan, di masa dahulu (sebelum Covid-19) lebih bagus. Dulu harga pakan murah, biaya produksi menjadi rendah. Alhasil ikan mas dapat dijual dengan harga yang murah pula.

 

Sampai sekarang antara harga ikan mas dari KAD dan KJA tidak bisa disamakan. Ambil contoh, ikan mas hasil produksi KAD Bogor dan KJA Jatiluhur masing-masing lokasi mempunyai standar harga sendiri. Karena ukuran ikan yang diproduksi di dua lokasi itupun berbeda.

 

“Di Waduk Jatiluhur, pembudidaya tidak akan bisa memproduksi ikan mas berbobot 1 kg ke atas. Sedangkan di Bogor, hal itu bisa dilakukan. Ikan mas KAD Bogor menang akan perihal itu. Jadi harga lebih mahal pun, ikan mas KAD Bogor tetap akan dibeli oleh konsumen karena hanya dari sanalah ikan berbobot besar,” papar Teguh.

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 146/ 15 Juli - 14 Agustus 2024

 
Aqua Update + Inti Akua + Cetak Update +

Artikel Lain