Foto: Foto: by Dian
Suasana penyampaian materi oleh Mian Riaz
Jakarta (TROBOSAQUA).Industri pakan global terus menghadapi situasi yang menantang akibat permasalahan kritis terkait efisiensi dan keberlanjutan. Ketegangan geopolitik juga masih terasa, sementara itu ancaman perubahan iklim juga semakin dekat.
Industri pakan di Indonesia juga mempunyai situasi yang hampir mirip. Di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan harga bahan baku sedangkan pemasaran ikan terus mengalami penurunan.
Apa yang harus dilakukan ? apa yang perlu disempurnakan? Apakah ada inovasi baru dan sudah terbukti keberhasilannya?
Melalui acara yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali ini, yakni Aquafeed Indonesia Conference (IAC) 2024 semua hal yang berkaitan dengan pakan akan dikupas dan didiskusikan bersama guna memunculkan inovasi untuk mendorong efisiensi dan keberlanjutan industri perikanan.
Menurut Pamudi, Technical Consultant Aquaculture USSEC (US Soybean Export Council), berdasarkan pengalaman yang dirasakan, setiap dalam kurun waktu 2 tahun akan banyak bermunculan perkembangan informasi, teknologi, trend, maupun masalah-masalah baru dalam industri pakan. “Oleh karenanya, pelaksanaan IAC tiap 2 tahun sekali adalah suatu pilihan yang tepat. Ada empat aspek yang akan terus dibahas dalam dunia pakan. Pertama, terkait bahan baku. Kedua, formulasi. Ketiga, produksi. Keempat, sustainability,” terang Pamudi.
Sustainability, sambungnya, adalah trend yang terus berkembang setiap waktunya. Oleh sebab itu, dalam IAC 2024 mengangkat tema ‘Quality and Sustainable Feeds for Profits and Planet’.
Dalam acara yang digelar di Holiday Inn Express, Kemayoran-Jakarta Pusat, Senin (25/6) tersebut, turut hadir dan memberikan kata sambutan Ujang Komarudin Asdani Kartamiharja, Direktur Pakan dan Obat Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). “Dalam mengembangkan akuakultur, kita sedang dihadapkan berbagai tantangan. FAO telah merilis bahwa kedepannya akuakultur harus bertransformasi. Akuakultur harus semakin efisien, kondusif, sustainable, dan ramah lingkungan,” jelas Ujang.
Masih berdasarkan data FAO, sambung Ujang, dalam jangka waktu 25 tahun ke depan populasi manusia akan tumbuh 30%. Artinya di 2050 jumlah manusia akan mendekati angka 10 miliar orang. Dan diperkirakan kebutuhan pangan, khususnya protein juga akan mengalami peningkatan sebanyak 70%.
“Hal ini tentu harus dipenuhi oleh kita semua. Dari sekarang kita harus mulai mencari cara untuk menyediakan protein yang efisien, ramah lingkungan dan sustainable,” ajaknya.
Acara yang disponsori oleh USSEC, STP (Suri Tani Pemuka), dan Tequisa Indonesia ini dibagi menjadi dua sesi. Pada sesi pertama diisi pemaparan oleh Ibnu Edy Wiyono, USSEC Indonesia perihal world agriculture supply and demand estimate.
Disusul Mian Riaz, Texas A & M University. Mian memaparkan terkait reducing energy cost and carbon footprint in aquaculture production. Selanjutnya turut memaparkan, Deny Mulyono, GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan Ternak). Ia menjelaskan tentang sustainable ingredient for aquafeed, the challenges and apportunities.
Sesi pertama hari itu ditutup dengan pemateri dari Regal Springs, yakni Juanda. Dalam acara yang sama, Juanda menjelaskan perihal update from the result of feed demonstration project on Lake Toba.
Sama seperti sesi pertama, disesi kedua diisi oleh empat pameri yang handal dibidangnya. Pertama, materi disampaikan oleh Waldo Nuez,, Global R & D Manager Aquaculture Adisseo. Melalui zoom meeting, Waldo menyampaikan perihal enhancing productive and sustainable aquaculture with functional feed additives.
Selanjutnya, juga hadir Rishita Cangede dari TeOra. Pada kesempatan tersebut, Rishita memaparkan mengenai application of engineered synthetic biologics for growth enhancement and disease management in aquaculture.
Pemaparan ketiga di sesi ini diisi oleh Sandy EP, Suri Tani Pemuka. Sandy menjelaskan perihal sustainable and carbon-friendly feeds, the challenges and oppurtunities. Acara yang dihadiri tak kurang dari 50 peserta itu ditutup dengan pemaparan mengenai the role of producer association to support development oleh Denny Leonardo, Petambak Muda Indonesia.dian/edt