Prof. Johannes Hutabarat: Budidaya Cacing Laut dengan Pakan Fitoplankton

Prof.  Johannes Hutabarat: Budidaya Cacing Laut dengan Pakan Fitoplankton

Foto: 


Cacing laut  (Nereis sp) merupakan jenis organisme yang umum ditemukan di sepanjang pesisir pantai dan laut, mempunyai kebiasaan untuk menggali substrat dan akan keluar dari substrat saat  mencari makan. Cacing laut (Nereis sp) merupakan salah satu jenis  pakan alami  yang memiliki nilai manfaat yang tinggi  sebagai pakan induk udang dalam sentra pembenihan udang (hatchery) di Indonesia.
 
 
Budidaya cacing laut sampai saat  ini masih  belum berkembang,  karena ketersediaannya sebagai pakan induk udang  di hatchery masih sangat tergantung dari hasil tangkapan di alam, memiliki risiko tercemar oleh zat toksik berbahaya,  dan  dapat menjadi “carrier” agen penyakit bagi induk udang. Oleh karena itu budidaya cacing laut perlu untuk dikembangkan  dengan lingkungan budidaya yang terkontrol dan suplai nutrient  yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi cacing laut, agar dihasilkan  produk cacing laut yang aman dibandingkan dengan produk cacing laut yang berasal dari hasil tangkapan dialam. 
 
 
Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya cacing laut adalah  belum diketahuinya  jenis pakan yang tepat untuk dapat meningkatkan kandungan nutrisi dan pertumbuhan biomasa cacing laut Kandungan nutrisi cacing laut (berat basah)  adalah kandungan air 74,48 %, protein 5,059 %, lemak 0,001 %, karbohidrat 15,30 %, serta abu sebesar 3,12 %. Kandungan protein dari cacing laut adalah  56,28 %  dan lemak 11,32 %.
 
 
komposisi  nutrien  cacing laut yang lengkap dan tinggi (protein, lemak dan hormon prostaglandin), mampu memenuhi kebutuhan nutrisi induk udang  dalam proses pematangan gonad. Kebutuhan  nutrisi dari cacing laut   adalah  protein sebesar 52,26 %, lemak 29,83 %, serat kasar 4,35 %, dan abu sebesar 11,06 %. 
 
 
Thalassiosira sp merupakan salah satu jenis fitoplankton/diatom yang potensial sebagai pakan alami alternatif dalam budidaya cacing laut karena mempunyai kandungan protein sebesar 44,5 %, karbohidrat 26,1 %, serta lemak sebesar 11,8 % dari berat keringnya. Memiliki kandungan total Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) sebesar 10,51 %,  yang terdiri dari asam linoleat 1,32 %, asam linolenat 7,93 % dan EPA (Eicosapentaenoic acid) 1,24 %, dan  sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup cacing laut.
 
 
Jenis fitoplankton lainnya yang juga potensial sebagai pakan alami bagi cacing laut adalah Navicula sp, karena sifat hidupnya yang menempel pada substrat, sehingga  sesuai dengan cara makan cacing laut yaitu “deposit feeder” dan bukaan mulut cacing laut (Nereis sp). Komposisi nutrisi Navicula sp adalah protein 48 %, lemak 19 %, karbohidrat 16 %, dan mineral 12,1 %. Kandungan nutrisi dari kedua jenis pakan alami tersebut dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dari cacing laut, 
 
 
Penelitian pemanfaatan cacing laut sebagai pakan induk udang  telah banyak diteliti untuk proses pemijahan dan  berpengaruh terhadap pematangan gonad induk udang. EPA dan DHA berperan dalam merangsang pematangan gonad induk udang  
 
 
Penelitian dilakukan oleh  Putri, MR, Johannes Hutabarat, dan Herawati, VE (2020) pada budidaya cacing laut diberi pakan alami fitoplankton dengan padat tebar masing masing sebesar Thalassiosira sp sebesar 50.000 cell/mL,  Navicula sp. 80.000 cell/mL, serta campuran Thalassiosira sp. (25.000 cell/mL) sp dan Navicula sp ( 40.000 cell/mL). Hasil penelitiannya sebagai berikut  Laju Pertumbuhan Spesific (SGR %/hari ): 0,53, 0,95 dan 0,63; Bobot Mutlak (g): 0,027, 0,043 dan 0,033; Pertambahan Panjang Mutlak (cm): 2,6, 3,3 dan 2,2;  SR (%): 98.,7, 95,3 dan 98,7; Laju Pemanfaatan Pakan (Grazing Rate: ind cell): 99638,33, 159380,57 dan 129587,93.
 
 
Nilai laju pertumbuhan spesifik, bobot mutlak, panjang mutlak dan laju pemanfatan pakan alami tertinggi  terjadi pada cacing laut yang diberi pakan alami Navicula sp: 80.000 cell/mL. Sedangkan nilai kelulushidupan (SR %) tertinggi 98,7 %  terjadi  pada cacing laut yang diberi pakan alami Thalassiosira sp 80,00 cll/mL dan  pakan alami campuran Thalassiosira sp 25.000 cell/mL dan Navicula sp 40,000 cell/mL. Hasil  ini menunjukkan bahwa pemberian pakan alami Navicula sp sebanyak 80.000 cell/mL pada budidaya cacing laut memberikan hasil yang terbaik bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup cacing laut.
 
 
Ditinjau dari kandungan nutrisi cacing laut yang diberi kedua jenis pakan alami tersebut, terlihat bahwa  bahwa kandungan protein tertinggi ( 48,29 %) dan kandungan lemak tertinggi ( 23,19 %) pada cacing laut yang dibudidayakan, terdapat pada cacing laut yang diberi pakan alami Navicula sp sebanyak 80.000 cell/mL. Sementara dibandingkan dengan cacing laut yang diberi pakan Thalassiosira sp : 50.000 cell/mL, dimana kandungan protein dan lemak masing masing sebesar: 47.10 % dan 21,78 %. 
 
 
Hasil pengukuran kandungan nutrisi pada cacing laut, juga menunjukkan bahwa pakan alami fitoplankton jenis Navicula sp, lebih dapat meningkatkan kandungan nutrisi dari cacing laut  bila dibandingkan  dengan pakan alami Thalssiosira sp. Hal ini karena kandungan  nutrisi Navicula sp lebih  sesuai (kandungan protein: 48 %, lemak: 19 %, karbohidrat: 16 %, mineral: 12,1 %) untuk pertumbuhan dan peningkatan kandungan nutrisi bagi cacing laut yang dibudidayakan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa performa terbaik pertumbuhan dan kelangsungan hidup, cacing laut (Nereis sp) tercapai pada budidaya cacing laut yang diberi pakan alami Navicula sp   dengan padat tebar 80.000 cell/mL (JHB, MRP, VEH).
 
 
 
 
*Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro
 

 
Aqua Update + Kolom + Cetak Update +

Artikel Lain