Respon Terbaik Hadapi Outbreaks

Respon Terbaik Hadapi Outbreaks

Foto: 


Kompleksitas penyakit menjadikan budidaya udang sebagai bisnis akuakultur paling berisiko tinggi, walaupun tetap menjanjikan keuntungan yang tertinggi pula.

 

Pada prinsipnya, diterangkan Akrom Muflih, Technical Specialist Aqua PT Elanco Animal Health Indonesia, sebagian besar produk health care untuk budidaya udang digunakan sebagai pencegahan, diantaranya multivitamin, imunostimulan, probiotik, dan disinfektan. Namun, sedikit produk dapat digunakan untuk mengurangi efek buruk yang lebih parah dari outbreaks. Sedangkan produk yang biasanya diaplikasikan dalam pengendalian dengan dosis tertentu adalah anti parasit dan desinfektan.

 

Menurut dia peran obat dalam pakan memang tidak begitu besar, namun tetap strategis. Dalam konsep mitigasi pengendalian penyakit terdiri dari beberapa struktur yaitu kualitas benur, pakan, air tambak, kondisi dasar tambak, molting, dan kesehatan udang. Produk health care dapat memainkan peran di semua struktur mitigasi tersebut namun efeknya bergantung pada asal/sumber struktur tersebut.

 

Misal, benur diberikan multivitamin dan menerapkan nursery pond dengan pengamatan yang spesifik dan holistik. Peran multivitamin dan immunostimulant untuk mengurangi stress akibat perubahan lingkungan maupun penyakit yang tidak terlalu berat. Sedangkan, hasil akhirnya akan ditentukan dari seberapa kuat benur tersebut bertahan dari segi genetika nya.

 

Feedaditif yang mengandung butaphosphan dan vitamin B12, dijelaskan Akrom, berperan sebagai pemacu metabolisme dan memberikan energi dalam bentuk ATP (adenosin trifosfat). Biasa diberikan sebagai terapi suportif saat outbreak.

 

Kedua bahan aktif itu bekerja pada mitokondria sel udang, sehingga udang memiliki energi lebih banyak daripada normalnya untuk menghadapi stress dari lingkungan, penyakit, dan melakukan pemulihan (recovery) kesehatan secara cepat. Tentu sepanjang serangan penyakit atau stress tidak terlalu parah atau masih pada tahap awal.

 

Koinfeksi

Akrom menyatakan koinfeksi dua penyakit atau lebih sangat mungkin terjadi saat outbreak, walaupun secara waktu infeksi cenderung berbeda. Misalnya infeksi EHP dan AHPND, secara data dan laboratorium biasanya spora EHP sudah ditemukan saat udang masih berumur muda. Saat itu spora tidak tumbuh secara masif pada hepatopankreas  udang.

 

Selanjutnya, kehadiran Vibrio green colony yang tinggi akibat penumpukan bahan organik yang tidak terkendali pada tambak mengakibatkan serangan awal infeksi penyakit AHPND. Spora EHP pun akan dengan mudah berkembang dan membuat kerusakan besar. Kombinasi keduanya membuat udang sakit lebih parah.

 

Menurut Narendra Santika Hartana, Shrimp & Fish Health Supervisor of PT Suri Tani Pemuka, koinfeksi dapat terjadi karena serangan bersama dari patogen jenis yang sama (bacterial+bacterial atau virus+virus) atau jenis patogen yang berbeda (bakteri+virus, virus+parasit,dst). Koinfeksi terjadi karena faktor stressor dari lingkungan yang mengakibatkan imunosupresi pada udang, ditambah dengan patogen load yang tinggi, mengakibatkan lebih dari 1 jenis patogen bisa menyerang. Sebagai contoh, kasus WFD bisa muncul karena koinfeksi antara bakteri dari Vibrio dengan microsporidia EHP.

 

“Atau jika kita traceback sekitar 2017-2018 ada muncul istilah ‘IMNV rasa WSSV’. Pada kasus tersebut ada koinfeksi antara bakteri Vibrio dengan virus IMNV yang menyebabkan tingkat kematian tinggi dengan nekrosis yang lebih parah. Nekrosis tidak hanya terjadi pada area ekor seperti infeksi IMNV pada umumnya,” dia menguraikan.

 

Pakan Fungsional dan Feed Aditif

Teguh Setyono,Manager Farm PT Dua Putra Perkasa Pratama, membuka salah satu kunci keberhasilannya mengelola tambak di tengah ancaman penyakit, bahkan AHPND yang pada 2023 sempat menggulung Pesisir Barat Lampung dan perbatasan Lampung – Bengkulu. “Pakan sebagai komponen biaya terbesar, sampai 52% dari biaya produksi udang, atau menyumbang biaya Rp 23 ribu per kg panen,” dia menerangkan.

 

Dipilih pakan dengan protein tinggi agar pertumbuhan udang lebih cepat, sehingga budidaya dipersingkat untuk mengurangi risiko penyakit dan penurunan kualitas air. Terlebih dengan semakin masif serangan AHPND, WFD dan IMNV, perlu feed aditif untuk meningkatkan daya tahan tubuh, menyehatkan usus / pencernaan dan mengurangi risiko stres pada udang yang dipacu pertumbuhannya itu.

 

Dia  menyatakan pentingnya penambahan feed aditif untuk meningkatkan daya tahan tubuh udang. Terlebih, masa pancaroba seringkali mengguncang perairan tambak. Sedangkan sebagian besar kasus penyakit diawali dari goncangan / crash plankton yang kemudian mengubah secara drastis keseimbangan variabel kimia dan biologik tambak.

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 143/ 15 April - 14 Mei 2024

 
Aqua Update + Inti Akua + Cetak Update +

Artikel Lain