Teguh Winarno : Cardinal Banggai Mencuat di CITES

Cardinal banggai dan sejumlah ikan hias laut dari berbagai negara sempat masuk ke dalam rekomendasi daftar ‘pantauan’. Kenapa ikan-ikan tersebut masuk ke dalam rekomendasi daftar ‘pantauan’?

 

Kekuatan ikan hias Indonesia tidak diragukan lagi di kancah Internasional. Banyak negara berhasil dipenuhi hasrat kebutuhan ikan hiasnya oleh Indonesia.

 

Dua tahun lalu dengan melengserkan Singapura ke posisi ke-3, Indonesia berhasil menduduki peringkat ke-2 sebagai eksportir ikan hias terbesar di dunia setelah Jepang.

 

Indonesia tidak hanya terkenal dengan keindahan ikan hias air tawarnya, namun ikan hias air lautnya pun berhasil menarik hati penghobi (hobbyist) di seluruh belahan dunia.

 

Dari total keseluruhan ikan hias air tawar asal Indonesia yang diperdagangkan, sebanyak 90-95% nya adalah hasil budidaya. Kebalikannya, ikan hias air laut 90-95% nya merupakan hasil tangkapan di alam.

 

Ikon Cardinal Banggai

Salah satu ikan hias air laut yang paling populer dan juga merupakan ikon ikan hias laut asli Indonesia di pasar dunia adalah cardinal banggai. Sesuai namanya, cardinal banggai merupakan ikan endemik Indonesia yang berasal dari perairan Banggai-Sulawesi Selatan.

 

Tidak main-main, ikan ini baru saja menjadi salah satu pokok pembahasan dalam acara Technical Workshop on Marine Ornamental Fish di Brisbane, Australia yang diadakan oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna dan Flora (CITES).

 

Sejumlah pelaku dan pemangku kepentingan tampak hadir pada pertemuan tersebut. Mulai dari stakeholder, eksportir, importir, asosiasi, saintis, pemerintah dan juga Non Governmental Organization (NGO) turut hadir dalam acara tersebut, termasuk Asosiasi Eksportir Ikan Hias Indonesia (INAFISH).

 

Dalam pertemuan tersebut cardinal banggai dan sejumlah ikan hias laut dari berbagai negara ternyata masuk ke dalam rekomendasi daftar ‘pantauan’. Kenapa ikan-ikan tersebut masuk ke dalam rekomendasi daftar ‘pantauan’?

 

Sebagai informasi, ikan hias laut selama ini terkenal masih sulit untuk dibudidayakan. Maka dari itu, sebagian besar ikan hias laut yang diperdagangkan merupakan hasil tangkapan nelayan. Alhasil, ‘orang-orang tertentu’ seperti NGO mulai khawatir atas keberadaan ikan-ikan tersebut di alam. Kepunahan spesies tersebutlah yang mereka takutkan.

 

Puji Tuhan, dengan hadir dan fight-nya perwakilan dari Indonesia, serta tak luput dorongan perwakilan Amerika dan Australia, cardinal banggai berhasil dikeluarkan dari rekomendasi daftar ‘pantauan’. Sejumlah fakta dibeberkan dalam acara tersebut.

 

Pertama, jumlah cardinal banggai atau biasa disingkat BCF di alam masih banyak. Kedua, cardinal banggai telah dapat dibudidayakan oleh pembudidaya. Ketiga, cardinal banggai yang diperdagangkan atau dikirimkan oleh eksportir Indonesia merupakan hasil budidaya. Jikapun itu hasil tangkapan, cara menangkapnya pun kini telah berubah. Yang dulunya kerap menggunakan sianida, kini sudah jauh lebih baik, yakni menggunakan net atau jaring.

 

Apabila masih ada ‘orang tertentu’ yang tidak percaya atas informasi yang dibeberkan tersebut, maka menghadirkan mereka ke Indonesia adalah opsi selanjutnya. Padanya akan ditunjukkan bagaimana Indonesia melakukan perdagangan atau industri serta penangkapan ikan yang saat ini telah diterapkan oleh para pelaku dengan memperhatikan aturan-aturan konservasi berkesinambungan.

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 144/ 15 Mei - 14 Juni 2024

 
Aqua Update + Anjungan + Cetak Update +

Artikel Lain