Meski virus corona tidak langsung menyerang pada komoditas perikanan, namun dampak outbreak (wabah) virus dengan nama lain covid-19 ini sampai ke komoditas perikanan terutama yang berorientasi pasar ekspor. Efek dari terjadinya wabah penyakit ini adalah adanya ditutupnya sementara sejumlah komoditas ekspor-impor dengan China.
Terjadinya outbreak virus corona yang menyerang negeri tirai bambu pada saat ini tercatat salah satu tragedi kemanusiaan terbesar di abad ini. Korban meninggal dunia dilaporkan berbagai media massa melampaui jumlah korban akibat virus SARS.
Efek corona salahsatunya dilaporkan Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang. Akibat mewabahnya virus corona di Tiongkok, pengiriman satu kontainer daging kepiting sejumlah 25 ton asal Kabupaten Kudus, Jawa Tengah gagal dilakukan. Daging kepiting yang sedianya akan dikirim ke Kota Beihei, Guangxi, Tiongkok ini gagal dikirim akibat Tiongkok masih menutup akses penerimaan barang dari luar negeri.
Eksportir perikanan tersebut tengah mengupayakan agar produk daging kepitingnya tidak dikembalikan ke Indonesia dengan melakukan pengalihan daerah tujuan pengiriman. Hal ini untuk menghindari kerugian besar yang harus ditanggung pengusaha perikanan. Selain Tiongkok, masih ada 9 negara tujuan ekspor lainnya produk daging kepiting dan rajungan asal Jawa Tengah yaitu Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Singapura, Hong Kong, Belanda, Malaysia, dan Thailand.
Tak hanya pada komoditas daging kepiting, mewabahnya virus corona telah menyebabkan penurunan aktivitas ekspor produk perikanan secara keseluruhan. Penurunan drastis mulai terjadi awal Februari 2020 hingga saat ini.
Secara otomatis permintaan akan menurun yang dikarenakan adanya proses karantina yang menyebabkan penduduk tidak bisa bekerja. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan, ekspor komoditas ikan menyumbang devisa negara sebesar USD 3,5 miliar pada tahun 2018. Komoditas udang menyumbang devisa sebesar USD 1,3 milyar atau 36,96 % dari total nilai ekspor, sedangkan jika dilihat dari volumenya udang hanya menyumbang 18,35 % dari keseluruhan volume komoditas yang diekspor.
USA, Jepang, Belanda, dan China merupakan pasar utama produk udang Indonesia. Keempat negara tersebut menyerap lebih dari 85,62 % produk udang Indonesia. Sedangkan dari sisi nilai, ekspor udang keempat negara tersebut mencapai 89,34 % atau sebesar USD 1,16 miliar dari keseluruhan udang yang diekspor Indonesia. Adanya penutupan ekspor impor ke China berdampak pada harga udang di level petambak nasional tertekan. Meski demikian petambak masih mampu meraup margin asalkan bisa panen.
Lalu ada komoditas rumput laut yang juga terkena dampak. Sebagai contoh kasus yaitu di Kabupaten Simeulue dimana para nelayan kehilangan pendapatan karena sebagian besar hasil tangkapannya merupakan komoditi ekspor ke China. Info dari Pemkab Simeulue dampak tidak dibelinya hasil tangkapan nelayan Simeulue telah menyulitkan nelayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, menurut para eksportir ikan hias di Bandung juga mengeluhkan hal yang sama, jumlah pengiriman ikan hias ke China menurun drastis. Jumlah ekspor ikan hias ke China memang cukup tinggi dikarenakan jumlah penduduk yang banyak dan pertumbuhan ekonomi China yang cukup pesat.
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Aqua edisi 94/15 Maret – 14 April 2020