Foto: TROBOS
Keuntungan budidaya laut dengan KJA untuk komoditas kakap putih, kerapu, dan udang vannamei sangat prospektif
Usaha budidaya ikan laut dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA) terus berkembang. Hal ini tidak lepas dari potensi budidaya wilayah perairan dan pesisir laut Indonesia. Seperti halnya yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku Utara yang mulai mengembangkan budidaya laut KJA untuk beberapa komoditas seperti udang vanamei, kerapu, dan rumput laut.
Kepala Dinas Kelautandan Perikanan Provinsi Maluku Utara, Buyung Radjiloen mengungkapkan, potensi lahan untuk budidaya laut yang dimiliki Maluku Utara ada sekitar 81 ribu hektar. ”Saat ini dari potensi lahan budidaya laut yang ada kita baru bisa memanfaatkan sekitar 8 ribu hektar atau sekitar 10%-nya, kedepan kami akan terus dorong pengembangan budidaya laut dengan KJA karena sangat cocok dengan profil potensi daerah yang dimiliki Maluku Utara,” ucap Buyung kepada Trobos Aquabelum lama ini.
Pengembangan Budidaya
Lebih jauh Buyung menerangkan, untuk pengembangan budidaya laut dengan KJA ia menggandeng salah satu investor dari Korea Selatan. Buyung menargetkan untuk produksi udang vannamei dari hasil budidaya KJA mencapai 300 ton per bulan. ”Kami bekerjasama dengan investor dari Korea Selatan, Maluku Utara fishery untuk mengembangkan budidaya udang vannamei dengan KJA, karena dari sisi efisiensi dan produktivitas lebih baik dari pada kita budidaya udang vannamei di tambak yang terkendala dengan lahan dan listrik,” papar Buyung.
Lanjutnya, saat ini Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku Utara tengah mengembangkan demplot usaha budidaya dengan KJA seluas 1 hektar atau sekitar 50 unit KJA dengan anggaran 7 miliar. ”Kami ingin dengan adanya demplot ini akan mendorong masyarakat di Maluku Utara untuk mengembangkan usaha budidaya laut dengan KJA, terlebih lahan yang belum dikembangkan masih sangat luas harapannya ini dapat dimanfaatkan sebagai peluang,” ujar Buyung.
Ikut angkat bicara Andi J Sunadim General ManagerPT Gani Arta Dwitunggal (produsen Keramba Jaring Apung/KJA HDPE)menurutnya, dengan potensi garis pantai hingga 95ribukm dan 17 ribu pulau, Indonesia memiliki potensi budidaya laut yang sangat besar. ”Jika Cina bisa mengembangkan budidaya laut dengan produksi hingga 39 juta ton per tahun dengan panjang garis pantai hanya sepertiga dari Indonesia, seharusnya kita bisa mencapai produksi dari budidaya laut lebih besar dari Cina, walaupun kenyataannya kita baru bisa memproduksi 5 juta ton atau memanfaatkan sekitar 4% dari potensi lahan budidaya laut yang ada,” ungkap Andi.
Andi menilai, potensiini menjadi peluang besar bagi siapa saja di Indonesia yang ingin mengembangkan usaha budidaya laut dengan KJA. Andi menyodorkan beberapa komoditas yang memiliki nilai keuntungan menjanjikan dalam budidaya laut dengan KJA. Misalnya saja kakap putih, kerapu, dan udang vannamei.
”Kita bisa dapat sampai ratusan juta per tahun dari budidaya laut dengan KJA untuk komoditas kakap putih, kerapu,atau udang vannamei karena potensi pasarnya masih terbuka luas. Pola budidaya laut dengan KJA juga bisa menurunkan biaya terutama untuk listrik dan pakan,” terang Andi.
Analisa Usaha
Menurut Andi,budidaya laut dengan KJA kianmenjadi tren dan jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya, salah satunya karena keuntungan yang cukup menjanjikan. Ia memberikancontoh analisa usaha budidaya kerapu dan kakap putih. Misalnya untuk satu unit KJA berbahan HDPE (High Density Polyethylene) bundar dengan diameter 10 meter dan kedalaman jaring 4 m, mampu menampung produksi 9 ton kakap putih.
Dengan rincian biaya untuk benih kakap putih, pakan, dan biaya tenaga kerja serta lainnya total sekitar Rp 360 juta, pendapatan yang bisa diperoleh dari hasil penjualan panen kakap putih sekitar 9 ton dengan harga Rp 70 ribu per kg yakni sekitar Rp 630 juta. Maka keuntungan yang bisa didapat dalam satu siklus budidaya kakap putih selama 7 bulan yakni sekitar Rp 270 juta.
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Aqua Edisi-49/ 15 Juni 2016 - 14 Juli 2016