Foto: TROBOS Syafi
Sahban I Setioko
Perlunya mengetahui jenis penyakit yang menyerang, sehingga pengobatan dapat dilakukan secara efektif dan tepat
Jika terlintas mengenai kata lele, maka banyak hal yang terpikirkan mengenai hal tersebut. Mulai dari bentuknya, rasa hingga budidayanya yang mungkin kebanyakan orang menganggapnya mudah dipelihara dan tahan banting dalam kondisi air yang buruk sekalipun. Namun siapa sangka, dalam budidayanya, lele ini memiliki beragam kendala yang dihadapi oleh para pembudidaya.
Berbagai penyakit acap kali menyerang dalam usaha budidaya lele baik segmen pembesaran dan pembenihan. Beberapa waktu lalu, TROBOS Aqua dan TROBOS Communication menggelar acara workshop (loka karya) secara online (daring) budidaya lele dengan tema “Kiat Sukses Cetak Lele Sesuai Permintaan Pasar”, dan dalam acara tersebut banyak juga dibahas mengenai ragam penyakit dan juga obat yang tepat dalam pengaplikasiannya.
Ancaman Penyakit
Dalam acara tersebut, Sahban I Setioko selaku pembudidaya lele di daerah Pasir Gaok, Bogor – Jawa Barat (Jabar) menjadi salah satu narasumber. Ia katakan, bahwa dalam budidaya lele tak terlepas dari adanya ancaman penyakit. Beragam hal yang dapat memicu serangan penyakit, namun pada umumnya kualitas air yang buruk menjadi trigger (pemicu), sehingga ikan terserang penyakit.
“Penyebab lele sakit bisa dari air, sumber pakan, dan lain-lain. Ketika kondisi lingkungannya berubah, lele akan cenderung stress dan produksi lendir berlebih, sehingga penyakit pun menyerang tubuhnya,” terang pria yang menamai usahanya EmapangQQ.
Sambungnya, lantas jika lele sudah terserang penyakit banyak upaya yang harus dilakukan untuk memulihkannya kembali ke kondisi normal. Mulai dari pergantian air yang rutin dan pemberian obat-obatan khusus sesuai dengan jenis bakteri atau jamur yang menyerang. Walaupun beberapa cara telah diupayakan, tak jarang pula pada akhirnya terjadi kematian saat sedang disembuhkan.
Mungkin untuk para pelaku usaha yang baru terjun dalam budidaya lele ini menjadi ancaman yang cukup menakutkan. Maka dari itu para pembudidaya perlu belajar mengenal ragam jenis penyakit, ciri-cirinya serta langkah tepat dalam penanganannya. “Yang paling mudah adalah melihat lele sakit secara fisik, karena jika ikan yang kita budidayakan banyak terjadi kematian, maka perhatikanlah lebih jeli baik dari fisiknya hingga cara berenangnya ikan,” ungkap Sahban.
Sahban menjelaskan, biasanya akan terlihat kejanggalan pada fisik lele yang sakit, seperti perut menggembung, kemudian munculnya bintik putih pada tubuh dan ekor, atau kumis dan mulut lele yang merah, hingga luka di tubuh lele yang menyebabkan daging dan kulit terkupas. Masing-masing dari penyakit tersebut memiliki penyebab yang berbeda-beda, maka dari itu perlunya belajar dalam mengidentifikasi jenis penyakit yang menyerang.
Senada dengan Sahban, Desy Sugiani selaku peneliti dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor menjelaskan, bahwa memang benar yang dikatakan, untuk upaya dalam mengenai jenis penyakit adalah dengan melakukan pengamatan fisik ikan. Namun yang perlu menjadi catatan, ada pula benih yang tiba-tiba mati tanpa memiliki ciri klinis pada fisik ikan.
“Bisa jadi ikan seketika mati, padahal di tubuhnya bersih tanpa ada tanda-tanda serangan penyakit. Namun, setelah diteliti lebih lanjut, ternyata organ tubuhnya sudah rusak dan tidak tertolong,” terang Desy yang juga merupakan narasumber di acara tersebut.
Dalam aplikasinya, Desy tambahkan, perlu penanganan yang tepat dalam menyembuhkan ikan, karena pada kenyataannya masih banyak ditemukan para pelaku usaha yang lelenya terserang penyakit namun salah mengambil langkah dalam mengobatinya, atau salah identifikasi serta salah penggunaan obatnya. “Tak sembarang dalam mengobati, karena kita harus tahu, bakterinya gram positif atau negatif, kemudian bakteri apa dan apa obatnya yang tepat. Setelah itu barulah diobati dengan dosis dan obat yang sesuai,” kata Desy.
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Aqua Edisi-108/15 Mei – 14 Juni 2021