Pemberian Pakan Larva untuk Kesuksesan Hatchery Udang

Pemberian Pakan Larva untuk Kesuksesan Hatchery Udang

Foto: 


Mengungkap kunci optimalisasi nutrisi pada pakan larva udang

Dr. Natthinee Munkongwongsiri, Dr. Lumpan Poolsawat, SyAqua Siam Co. Ltd.

 

Di dunia akuakultur yang dinamis, inovasi merupakan motor penggerak untuk kemajuan industrinya, mulai dari pembenihan hingga pembesarannya. Di sisi unit pembenihan, faktor keberhasilannya dipengaruhi oleh satu aspek yang penting, yaitu nutrisi.

 

Nutrisi yang tepat dan seimbang dibutuhkan untuk tumbuh larva udang, yang dikenal bersifat rapuh namun tangguh. Berbagai terobosan sains terkini yang dikolaborasikan dengan kemajuan teknologi telah membuka inovasi baru untuk memenuhi kebutuhan pakan yang sempurna untuk larva. Formulasi pakan yang inovatif hingga eksplorasi mendalam tentang nilai makronutrien dan mikronutrien, daya cerna, dan penyerapan nutrisi telah membawa nutrisi larva menuju ke tingkat yang lebih maju.

 

Pakan Seimbang: Profil Asam Amino dan Lemak

Asam amino berfungsi sebagai substrat untuk sintesis protein yang berperan dalam pertumbuhan hewan akuatik. Asam amino berperan penting dalam mengatur asupan pakan, metabolisme, persinyalan sel, respon imun, dan kesehatan hewan secara keseluruhan, termasuk pada ikan dan krustasea (D’Mello, 2003; Mai et al, 2022; Wu, 2021).

 

Asam amino terbagi menjadi dua kategori, yaitu asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino esensial terdiri dari 10 jenis dan perlu diperhatikan keseimbangan kandungannya dalam pakan (lihat Tabel 1).

 

Ketidakseimbangan kandungan asam amino esensial dapat mengganggu sintesis dan perubahan protein yang dapat berakibat buruk, seperti pelepasan nitrogen ke lingkungan. Sumber protein alternatif, produk sampingan hewani, dan protein nabati merupakan pilihan yang populer untuk mengurangi biaya produksi, namun bahan pakan tersebut biasanya agak sulit dicerna dan memiliki kandungan asam amino esensial yang rendah, terutama metionin dan lisin (Simon et al, 2021).

 

Pakan dengan kandungan tepung ikan yang rendah, misalnya, berdampak pada kandungan metionin, yang diketahui sebagai asam amino esensial yang berperan penting dalam fisiologi dan metabolisme udang (Chen et al, 2011). Lisin merupakan salah satu asam amino esensial yang secara signifikan dapat meningkatkan sintesis protein dan kinerja pertumbuhan udang, namun kandungannya terbatas pada pakan dengan protein nabati (Xie et al, 2012).

 

Metionin dan lisin berperan dalam mendukung kinerja asam amino esensial lainnya dengan menghilangkan laju oksidasi (Richard et al, 2010). Kadar metionin dan lisin dalam pakan setidaknya yaitu masing-masing 0,7-0,9% dan 1,6-2,1% (NRC, 2011).

 

Kebutuhan lipid pada udang bergantung pada profil asam lemak esensial dan kandungan fosfolipidnya (Gonzalez-Felix dkk, 2002). Peningkatan kadar lipid mempengaruhi cadangan lipid di hepatopankreas dan otot namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan. Profil asam lemak, terutama asam lemak tak jenuh (HUFA/PUFA) seperti asam linoleat (18:2n-6), asam linolenat (18:3n-3), asam eicosapentaenoic (20:5n-3, EPA), dan asam docosahexaenoic (22:6n -3, DHA), lebih penting dalam kaitannya dengan nilai gizi (lihat Tabel 2).

 

Untuk mencapai bobot dan pertumbuhan udang yang optimal, kandungan asam lemak tidak jenuh n-3, yaitu DHA dan EPA, harus berada pada kisaran 0,5 – 1%. Kandungan EPA dan DHA lebih dari 2% dapat menyebabkan ketidakseimbangan yang berdampak negatif pada nutrisi pakan dan menghambat pertumbuhan udang (Gonzalez-Felix et al, 2007). Suplementasi lipid yang berlebihan, yaitu melebihi 8%, bahkan dapat menyebabkan terganggunya kemampuan mencerna protein, kinerja pertumbuhan, dan pemanfaatan pakan (Chookird, 2010).

 

Kualitas Pakan Optimal untuk Dicernakan

Uji coba internal SyAqua mengungkapkan terobosan menarik dalam mengoptimalkan nutrisi larva melalui peningkatan daya cerna pakan. Temuan kami menunjukkan keunggulan yang jelas antara pakan dengan tingkat kecernaan tinggi dan rendah. Hal tersebut menunjukkan adanya potensi peningkatan yang signifikan dalam pertumbuhan dan perkembangan larva.

 

Larva yang diberi pakan yang mudah dicerna mengkonsumsi pakan setidaknya 8% lebih sedikit, yang berarti FCR yang dihasilkan lebih rendah, biaya pakan menurun, dan keuntungan bagi unit usaha pembenihan pun meningkat (Gambar 1). Hasil tersebut mempertegas pentingnya memprioritaskan kualitas pakan dan daya cerna dalam strategi nutrisi larva. Kualitas dan kecernaan pakan yang optimal tidak hanya berdampak pada meningkatnya performa produksi, namun juga untuk memaksimalkan keuntungan ekonomi.

 

Komitmen SyAqua untuk meningkatkan nilai gizi pada setiap butir pakan menegaskan dedikasi kami untuk memastikan sumber nutrisi yang konsisten dan berkualitas tinggi, mulai dari peralatan hingga ke unit pembenihan. Bergabunglah bersama kami dalam revolusi nutrisi udang, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkolaborasi untuk membangun masa depan budidaya perikanan.

 

Informasi lebih lanjut :

Dr. Natthinee Munkongwongsiri

Field Research Manager

SyAqua Siam Co. Ltd.

E: natthinee.m@syaqua.com

 

Dr. Lumpan Poolsawat

Nutritionist

SyAqua Siam Co. Ltd.

E: lumpan.p@syaqua.com

 
Aqua Update + Advertorial Aqua + Cetak Update +

Artikel Lain