Tumpuan Masyarakat pada Budidaya Rumput Laut

Tumpuan Masyarakat pada Budidaya Rumput Laut

Foto: istimewa
presentasi Marwa

Ambon (TROBOSAQUA). Budidaya rumput laut dapat menjadi tumpuan harapan masyarakat pesisir, dalam hal ini mengacu pada teknologi yang sederhana dan relatif murah. “Maka dari itu, rumput laut adalah salah satu komoditas dalam program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),” ungkap Marwa, Pengawas Perikanan Ahli Madya pada Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon-Maluku. Menurutnya, budidaya rumput laut menjadi sumber penghasilan sekaligus menjadi peluang usaha dan kesempatan kerja bagi masyarakat pesisir untuk meningkatkan pendapatan serta menjaga kelestarian sumber hayati perairan. 

“Namun sangat disayangkan, produktivitas budidaya rumput laut di Indonesia masih sangat rendah,” keluhnya dalam webinar ‘Diskusi Terpumpun : Kerjasama Pengembangan Budidaya Kultur Jaringan Rumput Laut Untuk Mendukung Pendidikan Konservasi Biodiversitas’ oleh  Seameo Biotrop (25/4). Ia berpendapat, hal itu terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kualitas bibit (kurangnya bibit unggul), masih minimnya pengetahuan teknik budidaya, harga rumput laut yang fluktuatif, serta lemahnya kemampuan dan akses pendanaan. 

Padahal, ungkapnya, apabila menilik ke belakang, rumput laut yang dikembangkan di BPBL Ambon sudah ada sejak 2004. Saat itu metode yang digunakan dalam budidaya rumput laut adalah long line dan kurungan apung (kandang bebek).

Beralih masa kini, pengembangan rumput laut dilakukan secara kultur jaringan. Teknik inipun, ucap Marwa, bisa dilakukan pada berbagai jenis rumput rumput laut. Diantaranya ada beberapa teknik; yaitu teknik kultur eksplan, kultur spora, dan embriogenesis somatik.

“Teknik diatas tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam praktiknya. Kelebihannya mempunyai sifat yang identik dengan induknya, menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak tanpa membutuhkan tempat yang terlalu luas, kesehatan dan mutu bibit yang lebih terjamin serta bibit dapat tersedia secara berkesinambungan,” paparnya yang mempresentasikan materi tentang ‘Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di BPBL Ambon’.

Sementara itu, kelemahan teknik ini antara lain; adalah membutuhkan biaya operasional dan fasilitas produksi yang mahal. Disamping juga, membutuhkan tenaga kerja yang khusus dan terampil serta harga kultur jaringan yang lebih mahal.boy/edt/dini 

 

 
Aqua Update + Headline Aquanews + Cetak Update +

Artikel Lain