Setahun, Cekolam Layani 6000 Sampel Tambak di Indonesia

Setahun, Cekolam Layani 6000 Sampel Tambak di Indonesia

Foto: 


1st Anniversary CeKolam Syukuran atas peningkatan produktivitas tambak dengan disease monitoring, menjadikan Nusantics satpam tambak Indonesia untuk mendukung kemajuan budidaya udang.

 

Setahun kehadiran Nusantics di industri udang menjadi perjalanan yang sangat luar biasa. Nusantics yang mendapatkan penghargaan dari Illumina Accelerator, telah membantu lebih dari 450 petambak dan hatchery dari 13 kabupaten sentra produksi tambak udang merasakan layanan pengecekan penyakit yang lebih cepat, sensitif dan akurat.

 

Hal ini dibeberkan oleh PT Nusantara Butuh Diagnostik ‘Nusantics’ dalam acara perayaan satu tahun CeKolam yang telah menjadi lab partner banyak pembudidaya dan hatchery baru-baru ini (21/12) di Hall Lumire, Jakarta.

 

Mengawali perjalanan sebagai startup di bidang kesehatan, Nusantics telah membantu masyarakat Indonesia dapat melakukan pengecekan Covid-19 dengan biaya yang lebih murah dibanding menggunakan kit impor yang saat itu sangat langka. Semangat Nusantics menjadi penyedia teknologi precision diagnostics telah dimulai dengan hadirnya PCR test kit Covid-19 yang dikenal dengan nama ‘mBioCov’.

 

“Kita ingin memberikan solusi sederhana yang dibutuhkan oleh petambak udang, yaitu dengan menghadirkan alat deteksi penyakit Kit Shrimp Protect dan laboratorium CeKolam yang cepat, terjangkau, sisi akurasi dan sensitivitas yang sangat tinggi,” terang Revata Utama, CEO Nusantics dalam pembukaan laporanshrimp surveillance. Ia juga mengajak stakeholder beserta pemerintah untuk dapat bekerjasama mengintegrasikan data penyakit udang dan standardisasi deteksi penyakit sehingga mempunyai data yang kuat untuk saling tumbuh bersama.

 

Acara ini juga mendatangkan Direktur Pakan dan Obat Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Ujang Komarudin. Dalam sambutannya, ia turut bangga terhadap anak bangsa. “Kami sangat menyambut baik kehadiran CeKolam dan patut berbangga terhadap hasil karya anak-anak bangsa, yaitu Nusantics. Karena, dari 36 kit diagnostik yang sudah terdaftar di KKP, lima diantaranya adalah dari Nusantics; yaitu WSSV, AHPND, IMNV, EHP, dan TSV,” ujarnya.

 

Sebagai sorotan akhir dalam penutupan sambutan acara, Sidrotun Naim, Advisor Nusantics, menyampaikan apresiasi kepada tim Nusantics yang telah membuat Nusantics semakin lebih baik dalam satu tahun terakhir ini. Ia juga berharap dengan cita-cita Nusantics sebagai ‘satpamnya tambak Indonesia’ dapat terus maju dan berkembang di tangan anak-anak muda Indonesia.

 

Talkshow Berikan Wawasan Berbudidaya

Perayaan ulang tahun CeKolam menjadi momen yang tak terlupakan dengan pemotongan tumpeng bersama. Tidak hanya sebagai simbol perayaan, tetapi juga solidaritas dan kolaborasi dalam melayani petambak udang di seluruh Indonesia. Serta, pentingnya untuk saling menjaga keberhasilan udang yang bebas dari serangan penyakit.

 

Acara perayaan ini dilanjutkan dengan sesi talkshow yang diisi oleh jejeran tokoh-tokoh perikanan dan pemangku kepentingan; yaitu perwakilan KKP, Bappenas, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Balai Karantina Ikan, Forum Udang Indonesia, PT Charoen Pokphand, serta tokoh petambak udang Indonesia. Sesi ini menjadi titik puncak acara yang memberikan wawasan strategis bagi masa depan perikanan yang berkelanjutan.

 

Sesi talkshow dibuka dengan fokus pada strategi nasional untuk membangun budidaya yang tangguh melawan ancaman penyakit. Kompaknya suara pemerintah terlihat dalam dukungan terhadap integrasi antara laboratorium pemerintah dan swasta untuk menyediakan data yang akurat melalui standardisasi pengecekan penyakit.

 

Dilanjut dengan perwakilan PT Charoen Pokphand, Rubi Haliman memberikan gambaran mengenai tindakan mengatasi penyakit dari hulu ke hilir. “Beberapa tindakan yang bisa kita lakukan untuk mengatasi penyakit, yaitu dimulai dengan memastikan benur sudah SPF atau Specific Pathogen Free. Kemudian, mengaplikasikan SOP budidaya yang baik dan benar, dan men-support para petambak dengan cara selalu monitoring penyakit dan kualitas air oleh tim lab maupun tim quality,” jawab Rubi.

 

Disamping itu, tim Research and Development (R&D) Nusantics juga berbagai semangat yang sama dalam pengembangan kit deteksi penyakit udang dan rasa syukur menjadi bagian dari perubahan pola budidaya yang lebih akurat dalam penanganan penyakit didukung dengan data hasil pengecekan PCR yang cepat, akurat, dan berbiaya hemat.

 

Menutup rangkaian acara perayaan satu tahun CeKolam, Nusantics memberikan penghargaan kepada ‘Petambak Siaga’ dan ‘Hatchery Siaga’ atas komitmen mereka untuk melaksanakan praktek diseases monitoring selama proses produksi dan budidaya. Ini membuktikan harapan untuk meningkatkan produktivitas nasional serta kestabilan pangan dunia dapat dicapai bersama dengan semangat gotong royong menjaga udang Indonesia dari serangan penyakit.

 

 

 

 

 
Aqua Update + Advertorial Aqua + Cetak Update +

Artikel Lain