Foto: ist/dok.KKP
Jakarta (TROBOSAQUA.COM). Setelah berhasil dengan panen parsial perdana pada pertengahan Februari 2022, tambak klaster percontohan budidaya udang vaname di Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh kembali melakukan panen parsial tahap kedua sebanyak 8,5 ton.
Sehingga dalam waktu pemeliharaan sekitar kurang lebih 3 bulan berhasil panen udang sebanyak 12,5 ton atau dengan nilai sekitar Rp 671.900.000.
Tambak klaster percontohan ini sendiri merupakan perwujudan program terobosan yang diusung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk dapat meningkatkan produktivitas tambak melalui revitalisasi tambak tradisional.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu atau biasa disapa Tebe menyatakan revitalisasi untuk meningkatkan produktivitas lahan tambak tradisional seperti yang dilakukan di Aceh Tamiang merupakan salah satu strategi yang disiapkan oleh KKP untuk mendukung pencapaian target produksi udang nasional menjadi 2 juta ton hingga tahun 2024.
“Konsep yang dibangun menggunakan peningkatan teknologi dari sistem tradisional menjadi intensif pada kawasan yang dibangun berbentuk klaster percontohan yang dapat meningkatkan produktivitas tambak dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga dampak yang dirasakan oleh masyarakat bukan hanya didapatkan dari sisi ekonomi namun juga dari sisi ekologi," urai Tebe.
Tebe berharap keberhasilan dari pembangunan tambak udang berbasis kawasan yang telah dibangun oleh KKP di beberapa daerah, diharapkan dapat memicu pembudidaya udang di sekitar kawasan untuk dapat mereplikasi sistem budidaya yang ada.
“Peningkatan produktivitas dan keterlibatan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan usaha budidaya akan turut berdampak kepada penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya,” pungkas Tebe.
Sementara itu, Taufik salah seorang pembudidaya dari kelompok Mina Jaya Tamiang di Desa Dagang Setia, Kabupaten Aceh Tamiang merasa optimis dengan hasil produksi dan ilmu yang telah mereka dapatkan melalui pembangunan klaster percontohan tambak udang di desanya.
“Sebelum pembangunan, pendapatan kelompok kami dalam berbudidaya udang sistem tradisional menggunakan petakan lahan yang kini dibangun klaster, dalam satu siklus berkisar antara Rp15-20 juta. Setelah menggunakan teknologi intensif dengan padat tebar dapat mencapai 100 ekor/m3, serta melihat kondisi terkini, dengan harapan hingga panen total nanti bisa mencapai target panen sekitar 26,6 ton. Dan nanti dari hasil panennya kami akan sisihkan untuk siklus berikutnya, dan juga untuk mencetak lahan baru,” beber Taufik.
Taufik juga merasa bersyukur bahwa kelompoknya mendapatkan ilmu berharga melalui pendampingan dari Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee yang secara rutin dilakukan, memberi masukan dan berbaur dengan masyarakat, sehingga memperkaya pemahaman masyarakat tentang budidaya udang.
“Harapan kami agar klaster ini dapat terus bertahan semakin maju dan berkembang, sehingga dapat menjadi contoh bagi petambak udang lain di Aceh Tamiang,” tutup Taufik.
Acara panen kali ini turut dihadiri oleh Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) KKP, Bupati dan Wakil Bupati Aceh Tamiang, Ketua DWP KKP, Ketua PKK Aceh Tamiang, Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee, juga jajaran DWP lingkup KKP dan PKK Aceh Tamiang, beserta jajaran Forkopimda.
Sementara itu Kepala BPBAP Ujung Batee, Manijo menyatakan bahwa pihaknya siap mendukung secara penuh dalam memberikan pendampingan dan berbagi ilmu kepada pembudidaya agar akselerasi program terobosan dapat terwujud. Apalagi melihat semangat masyarakat serta potensi daerah yang tinggi seperti di Aceh Tamiang.
“Melalui pendampingan yang berkesinambungan harapan kami agar keberlanjutan dari usaha budidaya yang dibangun dapat terus berjalan dan semakin maju," kata Manijo.
Bupati Aceh Tamiang, Mursil yang turut hadir pada acara panen kali ini berharap klaster budidaya yang dibangun ini dapat menjadi role model bagi pembudidaya udang di Aceh Tamiang. "Penerapan metode budidaya yang diaplikasikan di klaster ini secara disiplin menjadi penentu keberhasilan budidaya udang sehingga ekonomi masyarakat pesisir dapat meningkat," tandas Musril.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menyatakan bahwa melalui program KKP, tambak yang dikelola secara tradisional direvitalisasi menjadi tambak udang model klaster dengan produktivitas yang jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya dan lebih ramah lingkungan.
"Ini wujud kehadiran Pemerintah untuk mendorong peningkatan indeks kesejahteraan masyarakat. Kami berharap masyarakat serius mengelola dan memelihara tambak-tambak ini, karena hasilnya juga untuk masyarakat. Ini aset mereka, kami hanya menginstal infrastruktur, sarana, dan memberikan pendampingan teknis," ungkapnya.ist/ed/meilaka