Foto:
Ikan lele dumbo atau lele Afrika yang telah menjadi komoditas utama perikanan budidaya di Indonesia dan dibudidayakan hampir di Indonesia terutama di Pulau Jawa dan Sumatera terus mengalami penurunan kualitas genetik. Padahal, menurut buku Kelautan Perikanan Dalam Angka 2014 yang diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi ikan lele nasional sebesar 613.120 ton, menempati urutan nomor 2 tertinggi setelah ikan nila yang mempunyai produksi sebesar 912.613 ton, dan di atas ikan mas yang mempunyai produksi sebesar 484.110 ton.
Beberapa pihak telah berupaya membentuk varietas atau strain ikan lele berkualitas unggul. Namun demikian, strain-strain yang dihasilkan tersebut belum memenuhi harapan masyarakat pembudidaya ikan lele. Pembudidaya membutuhkan lele yang unggul dalam hal pertumbuhan, efisiensi pakan, keseragaman ukuran, toleransi penyakit, lingkungan dan stres, kualitas dan kuantitas daging, serta produktivitas yang inggi.
Ada strain ikan lele yang tumbuh cepat, namun tidak tahan penyakit atau mempunyai tingkat kanibalisme tinggi. Strain yang lain unggul dalam hal pertumbuhan dan efisiensi pakan namun mempunyai tingkat keseragaman yang rendah.
Pemuliaan Lele Mutiara
Kondisi tersebut melatarbelakangi upaya pemuliaan ikan lele di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan yang berlokasi di Sukamandi Subang Jawa Barat untuk menghasilkan strain baru ikan lele Afrika yang memiliki keunggulan performa budidaya secara lengkap. Setelah melakukan serangkaian penelitian panjang selama 5 tahun sejak tahun 2010 hingga 2014, tim peneliti komoditas ikan lele yang dikomandani oleh Bambang Iswanto, berhasil melahirkan strain unggul ikan lele yang diberi nama Mutiara, yang dapat diartikan sebagai MUtu tinggi TIAda taRa.
Ikan lele Mutiara secara resmi dirilis oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2015 melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 77/KEPMEN-KP/2015. Sebagaimana dilaporkan pada Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan Vol 4/1 Tahun 2015, ikan lele Mutiara dibentuk dari beberapa strain ikan lele, yakni strain Mesir, Paiton, Sangkuriang, dan lokal Sukamandi, untuk menggabungkan keunggulan masing-masing strain tersebut.
Ikan lele strain Mesir memiliki keunggulan daya tahan (fitness) dan keseragaman ukuran serta tingkat kanibalisme yang rendah. Ikan lele strain Paiton memiliki keunggulan performa pertumbuhan dan efisiensi pakan. Ikan lele strain Sangkuriang memiliki keunggulan karakter reproduksi serta tingkat domestikasi yang tinggi. Selanjutnya, ikan lele strain dumbo lokal Sukamandi yang merupakan representasi strain ikan lele Afrika yang umum ada di masyarakat digunakan sebagai pelengkap.
Sejauh ini calon induk ikan lele Mutiara telah tersebar sebanyak lebih dari 2.100 paket ke para pembenih atau Balai Benih di 84 kabupaten/kota di 17 Provinsi. Satu paket calon induk terdiri dari 5 ekor jantan dan 10 ekor betina. Hasil ujicoba di berbagai lokasi dan berbagai sistem atau teknologi budidaya, ikan lele Mutiara tidak saja memiliki keunggulan dalam hal pertumbuhan, namun juga unggul pada karakter-karakter lain sesuai harapan masyarakat pembudidaya ikan lele di Indonesia.
Kampung Lele Boyolali
Kampung Lele yang terletak di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, merupakan kawasan perkolaman pembesaran ikan lele yang sangat terkenal di Boyolali, bahkan secara nasional. Pada umumnya masyarakat di Kampung Lele melakukan usaha pembesaran ikan lele di kolam-kolam tanah seluas sekitar 50 m2 (5x10 m), dengan kedalaman air sekitar 1 m. Benih yang ditebar berukuran 5 - 7 cm atau 7 - 9 cm sebanyak 10 ribu – 15 ribu ekor per kolam.
Benih-benih ikan lele yang digunakan kebanyakan berasal dari daerah sentra pembenihan ikan lele di Pare, Kediri. Pakan yang digunakan berupa pelet apung dengan kadar protein sekitar 30 – 33 %, yang diberikan sampai kenyang sebanyak 2 - 3 kali sehari. Dari praktik pembesaran seperti ini, para pembudidaya umumnya mendapatkan keuntungan sebesar 10 – 50 % dari biaya operasional, dengan rasio konversi pakan berkisar 0,9 - 1,2.
Secara umum, produktivitas pembudidaya ikan lele di Boyolali masih relatif rendah. Dengan penebaran benih sebanyak 10 ribu ekor hanya diperoleh hasil panen berkisar 300 - 600 kg, dan melalui penebaran benih hingga 15 ribu ekor hanya diperoleh sebanyak 600 - 900 kg. Rendahnya produktivitas tersebut dikarenakan rendahnya mutu benih yang digunakan, yang banyak mengalami kematian pada tahap awal masa pembesaran.
Inisiasi penggunaan benih ikan lele Mutiara di Kampung Lele Boyolali dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas usaha pembudidayaan ikan lele di kawasan tersebut. Ujicoba penggunaan ikan lele Mutiara di Kampung Lele dilakukan melalui kegiatan Iptekmas (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Masyarakat) pada 2015 dalam kerangka kerjasama antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali.
Dalam uji coba ini, benih ikan lele Mutiara berukuran 5 - 7 cm didatangkan langsung dari BPPI Sukamandi sebanyak 100 ribu ekor yang ditebar di 10 buah kolam pembesaran, atau masing-masing kolam ditebar sebanyak 10 ribu ekor. Tim pelaksana kegiatan Iptekmas ini terdiri dari Dr. Endhay Kusnendar dan Dr. RR Sri Pudji S. Dewi dari Puslitbang Perikanan Budidaya dan Bambang Iswanto, SPi.,MP dari BPPI Sukamandi.
Dalam laporan yang diterbitkan pada Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan Vol. 4/2 Tahun 2015, kegiatan Iptekmas pembesaran ikan lele Mutiara di Kampung Lele, Boyolali kembali memberikan bukti keunggulan ikan lele Mutiara. Hasil kegiatan antara lain produktivitas hasil panen meningkat. Dengan menggunakan benih ikan lele mutiara dalam jumlah tebar yang sama dapat diperoleh hasil panen sekitar 700 - 900 kg.
Waktu pembesaran lebih singkat. Benih ikan lele Mutiara mencapai ukuran 6 - 10 ekor/kg dan dapat dipanen dalam jangka waktu 2 - 3 bulan. Lalu sintasan lebih tinggi. Benih ikan lele Mutiara tidak mengalami kematian benih pada tahap awal pemeliharaan, dan sampai akhir pemeliharaan dihasilkan sintasan sekitar 60 – 80 %.
Efisiensi pakan lebih tinggi. Dengan menggunakan benih ikan lele Mutiara dihasilkan FCR (konversi pakan) sebesar 0,8 - 1,1. Kemudian keuntungan usaha meningkat. Penggunaan benih ikan lele Mutiara telah meningkatkan efisiensi pakan sekitar 10 %, sehingga proporsi keuntungan usahanya juga meningkat menjadi sekitar 30 - 60 %. Trobos Aqua/Adv