Workshop Teknis Perdagangan Ikan Hias Laut Dunia

Workshop Teknis Perdagangan Ikan Hias Laut Dunia

Foto: By TROBOS
keterangan akuarium ikan hias laut

Cibinong (TROBOSAQUA). Dilansir dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), perdagangan ikan hias laut atau marine ornamental fishes (MOF) sedang menjadi sorotan dunia internasional karena sering dikaitkan dengan kerusakan ekosistem terumbu karang. Dahulu, nelayan menggunakan bahan kimia seperti potasium, sianida, dan klorin untuk menangkap ikan hias, yang sangat merusak lingkungan.

 

Namun, saat ini nelayan Indonesia telah memahami risiko ini dan mulai menerapkan praktik penangkapan yang ramah lingkungan. Berdasarkan survei sosial ekonomi yang dilakukan dua minggu lalu, nelayan MOF sudah menggunakan jala, serokan, dan tombak kecil untuk menangkap ikan hias, menunjukkan peningkatan kesadaran dan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan.

 

Praktik penangkapan yang tidak ramah lingkungan tidak hanya merusak ekosistem tetapi juga menurunkan kualitas ikan hias yang ditangkap, dengan tingkat kematian yang tinggi. Hal ini berdampak negatif pada persaingan perdagangan MOF yang semakin ketat antar negara.

 

Tekanan dari organisasi dunia seperti CITES semakin meningkat untuk memastikan praktik perdagangan yang berkelanjutan. Jika Indonesia tidak segera beralih ke metode yang lebih lestari, bukan tidak mungkin negara ini akan kehilangan pangsa pasar global untuk MOF, yang merupakan sumber pendapatan penting bagi banyak komunitas nelayan.

 

Perdagangan ikan hias laut ini memiliki arti penting secara nasional, mengingat Indonesia adalah salah satu pelaku utama di pasar global. Mengingat banyak nelayan yang menggantungkan mata pencaharian mereka pada perdagangan ini, penting untuk memastikan praktik yang berkelanjutan demi keberlangsungan hidup mereka. Indonesia memiliki keanekaragaman spesies ikan hias laut yang sangat tinggi, dan peran serta nelayan dalam menjaga kelestarian lingkungan menjadi sangat krusial.

 

Menurut data UN Comtrade, perdagangan global MOF mencapai US$ 17 miliar dari 1997 hingga 2016, dengan rata-rata US$ 850 juta per tahun. Indonesia berkontribusi signifikan dalam angka ini, namun, dengan meningkatnya perhatian CITES terhadap konservasi dan pengelolaan perdagangan MOF, ada tantangan yang harus dihadapi. Upaya konservasi yang didorong oleh CITES bertujuan untuk mengurangi eksploitasi berlebih dan melindungi keanekaragaman hayati laut.

 

BRIN juga turut berperan dalam menyediakan data ilmiah yang diperlukan untuk kebijakan pengelolaan perdagangan MOF. Dengan proyek penelitian seperti ‘Indonesia Marine Ornamental Fish in New Paradigm’, BRIN bertujuan untuk memperbarui status biodiversitas, valuasi perdagangan, dan kondisi sosial ekonomi perdagangan MOF. Inisiatif ini diharapkan dapat menghasilkan inovasi yang mendukung kelestarian ikan hias laut Indonesia, memastikan bahwa pemanfaatan MOF dapat dilakukan secara berkelanjutan baik melalui penangkapan di alam maupun budidaya.ist/boy/edt

 
Aqua Update + Aqua Update + Cetak Update +

Artikel Lain