Hadapi Tantangan Budidaya Bersama Agresult

Hadapi Tantangan Budidaya Bersama Agresult

Foto: Istimewa
Foto Depan(Ujang Komarudin Asdani Kartamihardja) & Foto Dalam (Achmad Mustofa)

Depok (TROBOSAQUA). Ditengah gempuran penurunan kondisi lingkungan budidaya, Agresult Indonesia Aquaculture Challenge Project hadir dengan ‘gagah’nya. Dalam acara Agresult Indonesia Aquaculture Challenge Project yang dilaksanakan di Depok-Jawa Barat beberapa waktu lalu, Achmad Mustofa, Sustainable Fisheries and Aquaculture Program Manager WWF Indonesia, menuturkan, kegiatan ini mendukung kebijakan Ekonomi Biru. Terutama Kebijakan No 3 yaitu pembangunan budidaya laut, pesisir, dan darat yang berkelanjutan.

 

Indonesia, kata Achmad, diberkahi dengan sumber daya alam yang berlimpah, terutama dalam produksi budidayanya. Dimana lebih dari 12,74 juta ton poduksi ikan dihasilkan dari perikanan budidaya pada tahun 2023. Di pasar global, Indonesia termasuk dalam tiga besar negara pengekspor produk budidaya.

 

“Dibalik berkah tersebut terdapat tantangan yang harus kita hadapi bersama. Salah satunya adalah bagaimana caranya untuk terus meningkatkan produktivitas di tengah penurunan daya dukung lingkungan seperti sekarang ini,” Achmad mewanti-wanti (4/6).

 

Agresult, ungkapnya, hadir untuk menjawab tantangan tersebut dengan mendukung revitalisasi pemerintah dan meningkatkan produksi budidaya skala kecil melalui adopsi teknologi. Penggunaan teknologi inovatif diharapkan tidak hanya meningkatkan produksi dan bisnis, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan. 

 

Turut hadir dalam acara tersebut Ujang Komarudin Asdani Kartamihardja, Direktur Pakan dan Obat Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Ujang menuturkan, FAO (Food and Agriculture Organization) telah menggaungkan aquaculture transformation.

 

Artinya, kita tidak bisa melakukan usaha budidaya seperti biasa-biasa lagi. Harus ada transformasi akuakultur yang dicirikan dengan peningkatan efisiensi serta inklusivitas dan ramah lingkungan,” ujar Ujang mengebu-gebu.

 

Serta yang tak kalah pentingnya, pesan Ujang, transformasi akuakultur dicirikan dengan sustainability. Itu adalah beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pengembangan kegiatan usaha budidaya.

 

Selain Ujang, hadir pula Joni Haryadi, Kepala Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok. Dalam acara yang disiarkan secara online melalui kanal YouTube WWF Indonesia tersebut, Joni memaparkan perihal Smart Fisheries Village Balai Riset Budidaya Ikan Hias.

 

Disusul Mulud Mulia, Kepala Sub Direktorat Pakan dan Obat Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Dalam acara yang sama, Mulud menjelaskan perihal kampung pemuliaan budidaya. Acara hari itu ditutup dengan pemaparan mengenai pemanfaatan teknologi dalam peningkatan produksi budidaya ikan nila di Sukabumi oleh Zulkifli, pembudidaya ikan nila dan mas di Sukabumi.dian/edt/dini

 
Aqua Update + Aqua Update + Cetak Update +

Artikel Lain