Agar Tambak Udang Tetap Perkasa di Pancaroba

Agar Tambak Udang Tetap Perkasa di Pancaroba

Foto: 


Memasuki gerbang kuartal kedua 2024, tibanya masa pancaroba. Cuaca semakin sulit diprediksi, menjadi predisposisi bagi berbagai infeksi.

 

Akrom Muflih, Technical Specialist Aqua PT Elanco Animal Health Indonesia menyatakan potensi kerugian akibat outbreaks acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND) – sering dikaitkan atau disamakan juga dengan early mortality syndrome (EMS) – di beberapa  negara Asia seperti Thailand  Vietnam, dan China mencapai jutaan hingga puluhan juta dolar per tahunnya.

 

Maka, pertumbuhan produksi udang pun terpuruk hingga angka minus 10% bahkan lebih, sepanjang 2010-2015. Cuaca menambah risiko infeksi penyakit, hal ini karena mengakibatkan stres lingkungan.

 

Bagaimana prediksi 2024 ini? Dia pun menyebutkan, beberapa pusat budidaya udang dan tantangan penyakitnya masing-masing. Seperti Lampung yang dikenal merupakan wilayah endemis white spot syndrome virus (WSSV) dan AHPND.

 

Pesisir Barat dan Bengkulu keduanya endemis white feces disease (WFD) dan  infectious myonecrosis virus (IMNV), Bangka-Kepulauan Bangka Belitung endemis covert mortality nodavirus  (CMNV) dan AHPND, Pantura Jawa Barat (WSSV). Adapun  Probolinggo dan Situbondo-Jawa Timur seringkali terpapar WFD, WSSV, dan AHPND.

 

“Pada 2024, sebagian besar wilayah pusat budidaya udang akan menghadapi tantangan penyakit AHPND dan EHP. Hal ini terlihat dari pola penyebaran penyakit ini di ASEAN seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia,” dia mengungkapkan.

 

Narendra Santika Hartana, Shrimp & Fish Health Supervisor of PT Suri Tani Pemuka menyatakan penyakit udang yang mendominasi sepanjang 2023 adalah AHPND. Outbreak terjadi di  Jawa Timur, Lampung, dan Bangka selama semester pertama, dan EHP yang banyak terjadi di wilayah Jawa Timur, Bali, dan NTB selama semester kedua 2023.

 

Narendra memprediksi selama 2024, senyampang rantai penyebaran penyakit belum diputus secara maksimal, kasus penyakit seperti 2023 masih akan muncul. Walaupun, sisi positifnya petambak sudah belajar pola serangan sehingga bisa melakukan antisipasi dan mitigasi.

 

Teguh Setyono,Manager Farm PT Dua Putra Perkasa Pratama mengungkapkan biaya produksi  udang vannamei mencapai Rp 45 ribu  per kg panen, mengutip perhitungan dari Shrimp Club Indonesia. Namun, angka itu bisa sedikit berbeda di lapangan. Dia sendiri baru- mendapati biaya produksi di tambaknya Rp 43.856 perkg.

 

Jika per hektar tambak ditargetkan panen 30 ton, maka uang yang harus ‘ditanam’ di tambak setidaknya Rp 1,35 miliar per ha. Target panen size 40, biomassa panen antara 28 - 30 ton per ha, dan panen parsial di 20 ton per ha. Investasi besar ini, tentu harus diamankan dari potensi kegagalan, termasuk oleh penyakit.

 

Petambak Berbicara

Petambak senior dari Lampung Agusri Syarief mengakui, budidaya udang rawan terserang penyakit pada musim pancaroba karena fluktuasi suhu dan pH yang tajam. Dia meyakini, dengan benur yang sehat dan bebas penyakit, menjaga lingkungan dan tebar pakan yang benar maka risiko penyakit bisa ditekan.

 

Walaupun budidaya dijalankan pada pancaroba. Dia mengaku bahwa benur yang akan ditebar selalu dilakukan stress test, skrining dan uji PCR. Hanya saja, benur yang sewaktu pembesaran di hatchery diberi artemia lebih banyak akan lebih cepat tumbuhnya dan kuat menghadapi penyakit. Benur yang kuat ini sangat dibutuhkan pada budidaya musim pancaroba di mana lingkungan perairan dan cuaca lebih ekstrim.

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 143/ 15 April - 14 Mei 2024

 
Aqua Update + Inti Akua + Cetak Update +

Artikel Lain