Mencerahkan Pasar Ikan Hias Indonesia

Mencerahkan Pasar  Ikan Hias Indonesia

Foto: Dok. Dian, TROBOS Aqua


Industri ikan hias telah mengalami beberapa perubahan signifikan sejak 2019, terutama pasar ekspor. “Tepatnya ketika pandemi Covid-19 pertama kali dimulai,” ucap Shane Willis, President Ornamental Fish Internasional. Covid-19, lanjut Shane, memberikan dampak yang bervariasi terhadap industri ikan hias di dunia. Seperti, penutupan perbatasan yang berdampak pada ketersediaan penerbangan serta tarif angkutan.

 

“Jadi, di masa itu beberapa eksportir tidak dapat mengirimkan ikannya sama sekali selama berbulan-bulan. Hal ini menyebabkan beberapa perubahan struktural dalam industri ikan hias. Seperti, banyak operator yang meninggalkan industri, peningkatan biaya signifikan dan impor mencapai jalur pasokan yang lebih pendek,” Shane menggambarkan kondisi industri ikan hias dunia ketika pandemi.

 

Untungnya di Indonesia, sambar Teguh Winarno, Ketua Asosiasi Eksportir Ikan Hias Indonesia, ketika masa itu (pandemi) maskapai penerbangan nasional Indonesia (Garuda) masih beroperasi. Sehingga ekspor ikan hias dari Indonesia tetap berjalan.

 

Pada 2020-2021, lanjut laki-laki yang sudah sejak 35 tahun berkecimpung di dunia ekspor ikan itu, ketika pandemi banyak negara menerapkan lockdown. “Tidak ada penerbangan. Hanya Australia dan Jepang yang masih menerima kargo dan penerbangan (Garuda),” ujar Teguh dalam Festival Ikan Hias Nusantara di Epiwalk Epicentrum, Jakarta Selatan pada (27/10).

 

Perkembangan Industri Ikan Hias Dunia             

Lanjut ke saat ini, Erwin Dwiyana, Direktur Pemasaran Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) mengungkap lalu lintas ikan hias di pasar global. Erwin mendata,perdagangan ikan hias dunia diperkirakan mencapai 6,27 miliar pada 2022. Yakni, meliputi pasar domestik masing-masing negara dan antar negara.

 

“Pada 2022, pangsa pasar ikan hias dunia didominasi (37,25%) oleh pasar Eropa. Dan ikan hias air tawar tropis memiliki pangsa pasar terbesar mencapai 38,74% di 2022 ini,” kata Erwin.

 

Berdasarkan ITC Trademap yang diolah Ditjen PDSPKP (25/10), lanjutnya, nilai impor ikan hias dunia dari 2015-2022 mengalami tren yang naik turun. Di periode itu importir ikan hias dunia masih dikuasai oleh Amerika Serikat (AS). Menjadi catatan, tren importir di China terus terus tumbuh, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 21%.

 

AS sebagai negara importir hias terbesar di dunia pada 2022, memberi kontribusi 91,71 miliar USD. Disusul Uni Eropa 82,78 miliar USD, ASEAN 38,45 miliar USD, China 23,48 miliar USD, dan Inggris 23,35 miliar USD.

 

Proporsi impor ikan hias dunia pada 2022, 78,7% didominasi ikan hias air tawar. Dan 21,3% ikan hias lainnya.

 

Sementara di sisi ekspor, Erwin memaparkan data dari ITC Trademap 2023. Yaitu, terdapat 10 top negara sebagai pengeksor ikan hias di dunia pada 2022.

 

Jika diurutkan dari yang terbanyak, maka akan didapatkan Jepang di posisi pertama dengan nilai 48,95 USD. Lalu Indonesia 36,43 USD; Singapura 35,12 USD; Belanda 27,35 USD; Sri Lanka 21,74 USD; Thailand 18,66 USD; Republik Cek 18,14 USD; Malaysia 12,04 USD; Spanyol 9,77 USD; dan Kolombia 7,70 USD.

 

“Kalau kita melihat 3 atau 2 tahun lalu, Indonesia itu berada di urutan keempat, di bawah Jepang, Singapura, dan Spanyol. Barulah di 2022 posisinya berubah, Indonesia menduduki posisi ke dua. Mengalahkan Spanyol dan Singapura sebagai negara pengekspor ikan hias di dunia.  Yaitu dengan pangsa 11,3% melalui pertumbuhan positif sebesar 5,5% dibanding tahun sebelumnya,” Erwin menjelaskan.

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 138/ 15 November -14 Desember 2023

 

 
Aqua Update + Hobi + Cetak Update +

Artikel Lain