Aplikasi Artemia untuk Larva

Aplikasi Artemia untuk Larva

Foto: wildan
Artemia dewasa

Berbagai metode penetasan dan juga pemberian pakan artemia banyak diterapkan, manakah yang lebih efektif?
 
 
Artemia merupakan salah satu pakan alami yang sangat dibutuhkan dalam usaha budidaya pembenihan udang. Karena ukuran artemia yang sangat kecil, ini menjadi ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut udang di stadia larva udang. Dengan demikian tingkat sintasan benur (SR) yang diperoleh semakin tinggi yang berujung pada profit.  
 
 
Namun kini berkembang berbagai metode pemberian artemia yang diaplikasikan di lapangan. Lantas pemberian artemia seperti apakah yang akan lebih efektif untuk menaikan SR?
 
 
Pemberian Naupli Artemia
Diwawancarai TROBOS Aqua belum lama ini Waiso selaku Manager Marketing PT I and V Bio Indonesia menerangkan artemia merupakan kebutuhan utama dalam fase pembenihan (hatchery) udang, pakan alami ini menjadi asupan protein bagi larva udang di stadia zoeya hinga post larva (PL). Umumnya dilakukan enam kali dalam satu hari yaitu pada pukul 00.00, 04.00, 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00. 
 
 
Durasi pemberian pakan tersebut ditujukan agar disetiap waktu larva yang lapar sudah tersedia makanan dan juga menghindari adanya kanibalisme khususnya di stasdia mysis. Selanjutnya, naupli artemia yang telah dipanen ditampung menggunakan beacker glass (gelas piala) kemudian ditebarkan secara merata di seluruh permukaan bak larva. 
 
 
Pemberian pakan berupa naupli artemia sebaiknya dilakukan pada saat menginjak stadia zoeya 3, hal ini dilakukan dengan tujuan pengenalan pakan alami berupa artmia, yang nantinya akan dikonsumsi hingga mencapai ukuran PL. Pada saat zoeya 3 yang sejatinya bersifat herbivora, akan bertransisi ke karnivora di fase mysis 1 hingga 3, dan nantinya akan menjadi omnivora di fase PL. Maka dari itu perlu dibiasakan pemberian naupli artemia dari mulai zoeya 3 hingga PL, ¬¬ sehingga meningkatkan SR benur yang berujunag pada keuntungan nantinya. 
 
 
Tak hanya di hatchery, pemberian pakan artemia juga sebaiknya dilakukan ada saat PL akan di packing (kemas), tepatnya sebelum di turunkan suhunya. Hal tersebut bertujuan agar saat perjalanan benur memiliki tenaga untuk adaptasi nantinya. Kemudian, penggunaan artemia tidak sampai disitu saja, baiknya saat berumur 0 - 5 hari di tambak juga diberikan artemia. “Beberapa petambak di Lampung mencoba mengaplikasikan pemberikan naupli artemia di tambak diusia pemeliharaan 0 - 5 hari, hasilnya tingkat adaptasi benur baik, dan SR yang diapat lebih tinggi,” tutur Waiso.
 
 
Hal demikian terjadi, lanjutnya, karena naupli artemia merupakan pakan selama di hatchery. Lantas jika tiba-tiba diganti pakan buatan berupa pelet akan kaget, sehingga menurunkan SR-nya. Jadi, ada baiknya selama 0 - 5 hari pemeliharan di tambak diberikan naupli artemi kemudian pada saat hari ke 5 sudah mulai diberi pelet sebagai selingan, dan pada hari ke 6 sudah bisa diberikan pelet secara keseluruhan. 
 
 
Metode Penetasan
Terdapat sejumlah metode, lanjut Waiso, penetasan dan aplikasi pemberian artemia untuk stadia larva udang yang umum diterapkan di Indonesia. Ia menjelaskan beberapa metode penetasan yang banyak diterapkan di dalam negeri.
 
 
Pertama penetasan non dekapsulasi, dimana tahapannya, siapkan wadah berisi air untuk penetasan artemia dengan salinitas (tingkat kandungan garam di air) senilai 55 part per thousand (ppt). Kemudian menghitung berapa kebutuhan artemia yang akan diguakan dengan menimbang jumlah cyste yang akan ditetaskan. Setelah itu masukan kedalam wadah yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian berikan airasi (suplai udara dari airator) selama 24 jam. 
 
 
 
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Aqua Edisi-93/15 Februari – 14 Maret  2020
 

 
Aqua Update + Teknis + Cetak Update +

Artikel Lain