Kunci suksesnya tambak udang adalah genetik, adaptasi cuaca, optimalisasi pakan beserta imbuhannya
Budidaya udang di tambak, khususnya vannamei memerlukan berbagai faktor agar produktivitasnya bisa mumpuni. Terdapat berbagai parameter budidaya yang bisa dioptimalkan untuk mengejar hasil panen terbaik.
Shrimp Nutritionis Gold Coin Group, Alexandre Veille, menyebutkan, faktor yang pertama adalah genetik udang. Dimana, jika digunakan akan berefek pada pertumbuhan yang cepat.
Terdapat tiga jenis genetic lines pada udang. Pada udang pertumbuhan cepat, dapat mencapai ADG (Average Daily Growth) 0,4 namun dengan nilai SR (Survival Rate) sebesar 90% setelah 80 hari. Yang kedua, yaitu terdapat keseimbangan antara performa dan SR nya.
Dan yang ketiga terdapat High Survival dengan genetik yang dapat survive dan mempunyai SR yang tinggi namun nilai ADG rendah. “Jika ingin produksi udang besar cocok dengan line High Survival, tetapi untuk produksi udang kecil dapat menerapkan line fast growth karena dengan DOC 60-80 hari sudah dapat panen dengan udang size 50,” jelas Alexandre dalam seminar budidaya udang yang diadakan Adisseo, PT Gold Coin, PT Bahtera Adi Jaya, dan Forum Komunikasi Praktisi Akuakultur (FKPA) di Lampung baru-baru ini.
Kemudian, yang kedua yakni faktor cuaca. Pada musim panas, terang Alexandre, pertumbuhan udang cenderung lebih cepat karena mempengaruhi metabolisme dan nafsu makan. Sedangkan, jika musim dingin tiba atau suhu menjadi rendah mengakibatkan sistem metabolik menjadi rendah.
Faktor yang ketiga yaitu pakan. “Jika genetik sudah sesuai dan musim sudah optimal, maka performa pakan juga akan bagus,” terang Alexandre.
Pada performa pakan di Indonesia, pada DOC (Day of Culture) 5-60 hari terdapat tiga jenis produk yaitu Biasa, Ekonomi, dan Performa Tinggi. “Untuk memulai dari DOC 0-60 masuk ke pertumbuhan harus efisiensi pakan dan menjaga kualitas air. Selanjutnya, untuk DOC 60-90, performa pakan lebih ditingkatkan agar pertumbuhan cepat,” beber Alexandre.
Ia menyarankan, jika memakai pakan ekonomis, maka akan lebih banyak volumenya, dan pertumbuhan menjadi lambat. Tetapi, jika menggunakan pakan premium, maka volume pakan dapat dikurangi dan pertumbuhan akan lebih cepat. Alexandre kemudian mengatakan, pakan premium mentargetkan kepada petambak dengan budidaya sistem intensif, karena potensi stres pada udang cenderung lebih tinggi dan kepadatan yang rendah.
Potensi Serangan Penyakit
Berbicara tentang potensi stres ini, Alexandre mengungkapkan, kaitannya dengan tebar tinggi. Pada kepadatan tebar yang tinggi, maka udang bisa gagal merespon dan dapat menyebabkan stres.
Lebih jauh tentang stres ini, ditekankan Martha A Mamora, Regional Sales Manager Aquaculture Adisseo, dapat menjadi trigger (pemicu) penyakit. Dan trigger semacam inilah yang kemudian patut diwaspadai dalam berbudidaya udang.
"Faktor-faktor seperti stres pada udang, kondisi lingkungan, dan keberadaan patogen yang dapat memicu penyakit. Ketika udang stres dan imunnya menurun, infeksi penyakit mulai terjadi. Terlebih jika kondisi udang sebelum tebar sudah membawa bibit penyakit,” sebut Martha.
Dan hal yang harus diwaspadai, adalah sejak dari awal masa berbudidaya. "Proses awal budidaya sudah menantang karena penyakit sudah muncul sejak dini. Bukan hanya virus dan bakteri, tetapi juga parasit yang telah ada di dalam kolam," ungkap Martha. Melalui penelusuran ke hatchery, ia mengungkapkan bahwa penyakit sudah muncul sejak fase PL (post-larvae) di hatchery, termasuk penyakit seperti Early Mortality Syndrome (EMS) yang disebabkan oleh parasit.
Terkait dengan agen penyakit, Martha menyoroti pentingnya zonasi penyakit dan ramah terhadap lingkungan. "Jika daerah sudah memiliki zonasi penyakit dan pembudidaya tidak memperhatikan faktor lingkungan, akumulasi patogen dapat semakin meningkat, udang hidup di lingkungan yang sudah memiliki agen patogen. Pengendalian jumlahnya menjadi tantangan, namun membuatnya menjadi nol tidak mungkin," tegasnya. Dia juga menjelaskan bahwa keseimbangan bakteri, terutama vibrio, menjadi PR utama dalam budidaya udang.
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 141/ 15 Februari - 14 Maret 2024