Daphnia Magna “Kutu Air Raksasa”

Daphnia Magna “Kutu Air Raksasa”

Foto: rizki


Dalam semasa hidupnya 1 ekor Daphnia Magna dewasa bisa mencapai ukuran sebesar kacang hijau atau berukuran 2 milimeter (mm)
 
 
 
Hewan air yang satu ini umum dikenal oleh para pembudidaya ikan hias ataupun hobiis (penghobi) dengan sebutan kutu air. Hewan yang punya nama ilmiah Daphnia sp.  Ini biasanya dimanfaatkan oleh segmen pembenihan dan berperan sebagai pakan alami di fase larva atau burayak (sebutan untuk anak ikan yang baru menetas). 
 
 
Akhir-akhir ini juga mulai berkembang pemanfaat jenis kutu air yang ukurannya jauh lebih besar dibanding pada umumnya yang dikenal dengan Daphnia Magna (DM). Keberadaan DM sebetulnya sudah diketahui sejak beberapa tahun belakangan, namun kulturnya langsung oleh para pembenih belum dieksplorasi secara luas. Inilah yang coba diterobos oleh kalangan pembenih, salah satunya dilakukan pembenih sekaligus hobiis ikan cupang, Mirza Ghulam Ahmad.
 
 
“Awalnya bersinggungan dengan DM ini sejak 2016 silam. Dari menjual DM milik teman. Saya melihat peluang bahwa kedepannya DM akan banyak diminati para hobiis dikarenakan baik untuk ikan hias dari segi warna. Maka saya mencoba membudidayakannya,” beber pria yang akrab disapa Mirza ini.
 
 
Dia menyebut, peran DM sebagai pakan alami ikan hias pun berdampak jelas pada kecerahan warna ikan, yakni menjadi lebih mengkilap. “Saya melakukan pemberian DM secara berkala pada cupang-cupang hias yang saya pelihara. Alhasil, warna ikan lebih cerah dan kita selalu menjadi juara dalam kontes ikan cupang internasional dimana penilaiannya utamanya adalah warna ikan yang cerah dan memanjakan mata,” terang Mirza. 
 
 
“Dan DM pun berbeda dengan pakan alami biasanya yang didapatkan dari kolam-kolam ataupun sungai yang tercemar; seperti cacing sutera (Tubifex Sp.), kutir (Daphnia sp.), hingga juga jentik nyamuk. DM ini lebih steril,” tambahnya. Alhasil, penggunaan pakan DM untuk ikan juga menyebabkan ikan bebas dari penyakit. 
 
 
 
Kultur DM
Mirza pun memaparkan kultur DM sebagai pakan alami ikan ini. Sebelumnya, dalam mengkultur DM, ada beberapa poin penting yang harus dilakukan. Salah satunya adalah menjaga pasokan oksigen terhadap wadah kultur DM. Karena, dengan baiknya kadar oksigen terlarut dalam air maka DM akan berkembang dengan baik, mengingat jumlah DM yang banyak dalam sekali menetas.
 
 
Selain itu, dia juga menyebut parameter-parameter kualitas air yang perlu diperhatikan. Yakni, suhu air yang berkisar 18 - 24 oC , serta pH air antara 6 - 7.
 
 
“Begitu pula keberadaan logam di dalam air, karena DM sangatlah sensitif terhadap io-ion logam seperti Ferrum (Fe), Mangan (Mn), dan Cuprum (Cu). Dan DM juga sangat sensitif pada air tercemar yang mengandung racun pestisida, bahan pemutih serta limbah rumah tangga. Mengapa, karena DM merupakan filter feeder, yakni DM makan dengan cara memfilter air yang ada di lingkungannya,” tutur Mirza saat diwawancarai Trobos Aqua di kediamannya. 
 
 
Pertama-tama, imbuh Mirza, persiapan untuk kultur DM adalah kolam atau wadah pemeliharaan yang bisa berupa akuarium, kolam terpal, bk plastik dan juga kotak sterofoam bekas atau baru. Setelah persiapan dilakukan, air untuk kultur dimasukkan ke dalam wadah hingga ketinggian maksimal 30 sentimeter (cm). “Setelah itu, kita pasang instalasi airasi (suplai udara ke wadah),” ujarnya yang sudah menjadi hobiis cupang sejak 2008 ini. 
 
 
Dua hari kemudian, tambah Mirza, baru dimasukkan starter DM ke dalam wadah. Pemberian pakan DM dilakukan keesokan harinya berupa pelet udang yang berbentuk tepung. “Berikan pakan secara secukupnya. Jika pemberian dilakukan berlebihan, akan menyebabkan kematian karena rusaknya kualitas air budidaya,” bebernya.
 
 
Selanjutnya, Mirza pun menerangkan tentang pola kulturnya. Menurutnya, apabila ingin mengkultur, maka lakukanlah dengan membuat pola tanam. Misalnya, menyiapkan enam kolam budidaya dan memasukan starter DM segara bergilir di setiap kolamnya sehingga kedepannya bisa dipanen DM setiap harinya. Masa hidup DM kurang lebih 34 hari. Semasa hidupnya, seekor DM bisa mencapai ukuran sebesar kacang hijau atau berukuran 2 milimeter (mm). 
 
 

 

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Aqua Edisi-76/15 September – 14 Oktober 2018

 

 
Aqua Update + Akua Tekno + Cetak Update +

Artikel Lain