Kualitas Air Aman, Udang Nyaman

Kualitas Air Aman, Udang Nyaman

Foto: Dok. By Dini, Syafnijal Datuk


Manajemen kualitas air menjadi tantangan tersendiri bagi petambak udang vannamei mengingat paramater air kolam yang sangat dinamis. Perlu tahapan dan proses agar paramater air kolam tetap berada dalam ambang batas yang sesuai dengan kehidupan udang vannamei.
 
Musyafik, petambak udang di Kabupaten Kaur-Bengkulu menyatakan, manajemen kualitas air kolam/tambak diawali dari penyiapan air di tandon. “Tandon harus dipersiapkan sebaik mungkin. Usahakan tandon harus kedap sehingga air tidak terbuang atas merembes keluar. Kalau bisa tandon dibuat dalam bentuk kolam konstruksi plastik HDPE jauh lebih baik,” ujar Musyafik ketika dihubungi di Bandarlampung, pekan lalu. 
 
Lalu, lanjutnya, yang tidak kalah pentingnya adalah secara periodik kolam tandon harus dibersihkan, dibuang lumpur yang mengendap. Setelah tandon siap, baru bisa dilakukan pengambilan air dari laut dengan pompa untuk dimasukkan ke tandon. 
 
Selanjutnya untuk menjamin kualitas air di tandon guna kebutuhan budidaya udang sebaiknya dilakukan beberapa langkah disinfeksi. Banyak metode yang bisa dilakukan pada proses disinfeksi air di tandon. Di antaranya menggunakan bahan-bahan kimia, seperti TCCA, kaporit atau bahan-bahan lain yang sifatnya proses penurunan bakteri menggunakan proses kimiawi. 
 
“Ada juga petambak yang menggunakan teknologi lainnya, yakni ozonisasi dan sinar ultraviolet (UV). Belakangan juga beberapa petambak mengembangkan disinfeksi secara herbal, tetapi memang belum banyak dijalankan. Selain masih baru, juga bahan-bahan disinfektan alami atau herbal yang bisa disiapkan atau yang sudah dijual di pasaran masih terbatas. Ini peluang di masa depan untuk memanfaatkan bahan-bahan alami untuk proses disinfeksi atau sterilisasi air di tandon,” sambung Syafik yang memulai budidaya udang di Kabupaten Pesisir Barat sejak tahun 2013 lalu. Sebelumnya Syafik—panggilan akrabnya lama bekerja di hatchery.
 
Selanjutnya air tersebut disalurkan ke kolam budidaya. Lalu petambak mulai melakukan penumbuhan plankton menggunakan metode pemupukan, juga bisa melakukan kultur bakteri untuk pengembangan bakteri-bakteri positif di dalam kolam pembesaran udang. Terdapat banyak metode yang dikembangkan. Kalau Syafik lebih memilih untuk penumbuhan plankton melalui pemupukan dan penumbuhan bakteri dengan metode simbiotik.
 
Sementara menurut Herry Handoyo, Manajer PT Randomayang Tambak Lestari (RTL), Pasangkayu-Sulawesi Barat, untuk mendapatkan kualitas sumber air laut yang baik adalah dengan lokasi pengambilannya. Ia menuturkan, konsep desain awal tambaknya adalah tidak mengambil air di garis pantai.
 
“Kami bisa memasang pipa sejauh 300-500 m dari garis pantai, dengan tujuan untuk ambil air terbaik di lautan. Kalau di tepi, ada risiko kemungkinan dekat muara, dimana nanti ada limbah sungai yang pasti ada di sekitar tepi pantai. Alurnya, air dari sumber air itu masuk ke pipa masukan, lalu ke tandon karantina, ke tandon treatment, baru ke kolam produksi,” papar Herry.
 
Dengan konsep seperti ini, urai Herry, cukup membantu apabila ada saat-saat air laut mengalami jarak surut yang jauh dari garis pantai. “Contoh saja kurang lebih 2 minggu terakhir, di pantai timur Sulawesi itu, air laut surut waktunya cukup panjang dan cukup jauh. Walau demikian, dengan pemasangan pipa yang kami desain, tidak ada masalah dalam pengambilan air selama budidaya,” ungkap Herry. 
 
Menyoroti musim sekarang yang cukup kering, Herry memberikan perbedaan yang dialami dibanding musim hujan, khususnya di tambak yang ia kelola yang beralaskan full HDPE. Ia berucap, perbedaan yang ditemukannya biasanya tidak mencolok.
 
“Yang signifikan itu bila curah hujannya sangat tinggi. Dengan tambak kami full terbungkus HDPE, ketika curah hujan tinggi (air tawar), sebabkan kandungannya mineral berkurang. Maka tentunya kita harus suplai mineral tambahan secara cukup, baik mineral makro ataupun mikronya,” ujarnya.
 
Parameter Air
Lalu manajemen air di dalam kolam budidaya, menurut Syafik, titik kuncinya adalah dengan menjaga parameter fisika, kimia dan biologi air. Adapun yang menjadi perhatian dalam budidaya udang mulai DO, pH, suhu, alkalinitas dan kandungan senyawa-senyawa kimiawi yang dianggap merugikan dalam proses budidaya udang. Seperti: amonia, H2S atau parameter lain yang bisa membantu, kadang bisa merugikan, seperti nitrat dan nitrit.
 
“Tidak kalah pentingnya kita perlu perhatikan paramater biologis seperti kelimpahan plankton di dalam kolam, kemudian jenis-jenis bakteri, terutama bakteri-bakteri patogen harus dikontrol agar senantiasi berada di ambang batas yang aman dalam proses budidaya,” ungkapnya.
 
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 137/ 15 Oktober -14 November 2023
 

 
Aqua Update + Inti Akua + Cetak Update +

Artikel Lain