Probiotik, Sobat Baiknya Petambak

Probiotik, Sobat Baiknya Petambak

Foto: Proses Pencampuran Probiotik, Dok. by Dini


Menjawab kebutuhan petambak untuk jaga kesehatan udang, aplikasi probiotik bisa digunakan untuk mencegah penyakit ataupun antisipasi ketika penyakit datang
 
Mau bertambak udang? ‘Bersobatlah’ dulu dengan penyakitnya. Kira-kira inilah ungkapan yang disematkan Ilham Muttakin, teknisi tambak udang di Desa Cupat-Bangka Barat-Bangka Belitung. Apalagi saat ini, ungkap Ilham-sapaan akrabnya, dengan semakin menjamurnya tambak udang, semakin lumrah, petambak dengan datangnya berbagai penyakit.
 
Kepada Tim TROBOS Aqua, ia bercerita mengenai perkembangan penyakit di tambaknya. Menurutnya, dulu dapat dikatakan penyakit termasuk jarang menyerang di lokasinya. Namun seiring waktu dengan jumlah tambak yang terus bertambah, kondisi lingkungan sekitar juga semakin menurun. Akibatnya penyakit mulai menyerang di sana-sini.
 
“Ya begitu, kondisi lingkungan sangat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup udang. Ketika lingkungan budidaya dalam kondisi buruk maka siap-siap udang terserang penyakit,” ujar Ilham via sambungan telepon pada 3 Agustus lalu.
 
Di lokasinya di Pulau Bangka, penyakit Myo turut menyerang udang-udangnya. Biasanya memasuki DOC 40 sudah ditemukan mortalitas. Setelah pengecekan, terdeteksi Myo, (White Feces Disease), dan AHPND (Acute Hepatopacreatic Necrosis Disease) dan WSSV (White Spot Syndrome Virus) yang menyerang. 
 
“Di lokasi saya, Myo menyerang ketika udang memasuki DOC 40. WFD menyerang ketika memasuki DOC 80. Nah, untuk AHPNDhampir sama seperti di tambak lainnya. Disini AHPND menyerang udang sejak usia dini, yakni di bawah 30 hari,” jelas Ilham dengan rinci.
 
Hal yang sama dirasakan oleh Siti Asiyah, petambak di wilayah Telur Awur Jepara-Jawa Tengah. Menurut wanita yang telah berkecimpung di dunia perudangan sejak 1990 itu, saat ini penyakit udang semakin berkembang dan beragam. Bahkan ada yang tumbuh menjadi varian baru.
 
Di Jepara, tepatnya di tambak miliknya, As-begitu panggilan akrab Siti Asiyah, jenis Myo dan AHPND-lah yang paling sering menyerang. Namun penyakit lainnya juga pernah menyerang, seperti WSSV (White Spot Syndrome Virus), dan WFD.
 
“Kalau Myo seringnya menyerang saat udang menginjak usia 50 hari ke atas. Kebalikannya, AHPND sering menyerang ketika udang usia dibawah 50 hari. Terlebih ketika dibawah usia 30 hari,” imbuhnya.
 
Dan Supratikno, pemilik tambak udang di Pintau-Lampung juga sepakat. Tiga tahun terakhir penyakit udang semakin beragam akibat menurunnya kualitas lingkungan di sekitar tambaknya.
 
Laki-laki yang juga berprofesi sebagai konsultan lingkungan itu bercerita, pada awalnya tambak yang berada di pantai barat Lampung, khususnya di Kabupaten Pesisir Barat itu bebas penyakit. Namun setelah tiga tahun berlalu muncul penyakit Myo dan tahun ini disusul AHPND. 
 
“Untungnya, WFD belum ada sini,” kata Supratikno dengan napas lega. Disini, lanjutnya, Myo biasanya menyerang pada saat udang telah besar. Berdasarkan pengalaman, pada siklus-siklus sebelumnya Myo muncul pada usia 65-70 hari. Sementara pada siklus terakhir ini sampai usia 73 hari masih negatif penyakit.
 
Sebenarnya saat ini, menurut Mufti Islam Insani, Key Account Manager PT Elanco Animal Health Indonesia, secara umum hampir seluruh area budidaya di Indonesia terserang penyakit. Yang membedakan hanya jenis penyakitnya dan tingkat keparahannya. Sementara itu, beda lokasi, tentu beda kondisi lingkungan. Dan berbeda pula dari segi penyakit yang menyerang.
 
“Penyakit udang yang saat ini saya temui di lapangan berkisar di AHPND dan WSSV yang kebanyakan terjadi di awal fase budidaya. Sementara IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) atau Myo dan WFD yang kebanyakan terjadi di pertengahan hingga akhir budidaya. Di beberapa tambak Jawa Timur juga terserang penyakit EHP (Enterocytozoon hepatopenaei) yang menyebabkan retardasi pada udang,” urai Sani, sapaan akrab Mufti Islam Insani. 
 
Cegah Penyakit dengan Probiotik
Berbagai upaya dilakukan agar penyakit menjauh dari tambak. Dikatakan Ilham, makin kesini makin unik penyakit yang menyerang udang. Makin sulit mengetahui kapan penyakit akan menyerang. Dan juga penyakitnya makin sulit untuk dikontrol.
 
“Dua tahun ke belakang kita bisa mengetahui di awal tahun biasanya beragam penyakit akan menyerang. Tapi ketika diakhir tahun, pada musim angin barat, itu biasanya memasuki masa bagus untuk budidaya. Tapi satu tahun terakhir ini cuaca tidak dapat ditebak. Di tambah jumlah tambak semakin banyak. Jadi ya sekarang tidak kenal bulan, penyakit bisa menyerang kapan saja,” celetuknya dengan geram.
 
Kebanyakan penyakit udang, sambung Ilham, adalah penyakit yang disebabkan oleh rusaknya kualitas air. Sehingga kualitas airlah yang mesti kita jaga agar tetap dalam kondisi optimal. Tidak lupa pengecekan kualitas air secara berkala.
 
“Di tempat saya, kita menghindari penyakit melalui penambahan probiotik ke tambak dan wadah penampungan air (in take atau reservoir). Serta penambahan mineral atau ionisasi menggunakan kapur dolomite, kapur tohor, kalsium carbonat (CACO)3, dan beberapa unsur mineral lainnya,” timpal Ilham.
 
Prosedur penambahan probiotik di kolam penampungan air dilakukan 3 kali seminggu. Tepatnya ketika pasang terjadi. Masa itu air akan masuk ke kolam penampungan. Sebelum air dialirkan ke tambak, air diendapkan dulu selama semalam. 
 
Untuk prosedur ionisasinya dimulai dari mencampurkan semua bahan tadi ke dalam satu wadah. Misal berupa drum berkapasitas 200 liter (l). Setelah tercampur merata, diamkan selama 24 jam. Keesokan harinya, bahan untuk ionisasi tersebut siap ditebar. 
 
“Dosis yang digunakan sebanya 30 ppm (part per million) atau mg/l. Ditebar pada sore hari setelah penyifonan. Ketika udang memasuki DOC 20, penyifonan dilakukan setiap hari. Dengan mengurangi air sebanyak 20%,” jelas Ilham.
 
Cerita yang hampir sama disampaikan Supratikno. Pencegahan penyakit yang diterapkan di lokasinya, jelas laki-laki yang berdomisili di Walantaka-Serang itu, berbentuk kombinasi. Antara memperketat biosekuriti dan menjaga parameter air (kimia dan fisika) tetap stabil. Sebab, jika terjadi goncangan paramater air maka udang akan stres dan mudah terserang penyakit.
 
Selanjutnya, jika pH berfluktuasi maka ditambahkan mineral dan nutrisi penyeimbang. Lalu, imbuh Supratikno, menjaga keseimbangan plankton dan bakteri dengan menjaga amoniak, pH, TOM dan nitrit melalui aplikasi probiotik.
 
Sementara itu, As melakukan hal yang lebih kompleks di tambaknya. As berujar, masing-masing penyakit mempunyai spesifikasi tersendiri. Umumnya yang dilakukan adalah manajemen pakan (dilakukan potong pakan atau puasa pakan), manajemen kualitas air (running air, analisis setiap parameter mana yang kurang sesuai dilakukan perbaikan), manajemen dasar kolam (sifon), dan pemberian probiotik yang berfungsi untuk menguraikan bahan organik dasar kolam.
 
“Di beberapa tambak lainnya, saya juga menambahkan probiotik sebagai bentuk pencegahan penyakit. Bakteri probiotik untuk menekan vibrio yang menjadi sumber penyakit,” serunya.
 
Ternyata penerapan probiotik bermanfaat untuk mencegah penyakit udang dibenarkan oleh Budianto Tan, Direktur PT Hari Tua Ceria. Menurutnya, probiotik mampu mencegah penyakit sekaligus juga dapat berfungsi untuk menjaga kualitas air. 
 
Dosis penerapan probiotik untuk pencegahan penyakit bergantung padat tebar. “Biasanya, kami menggunakan fermentasi untuk memperbanyak bakteri positif dan diberikan sebanyak 15-30 ppm ke kolam. Pemberian dilakukan seminggu 2 atau 3 kali. Bergantung kondisi air,” jelas Budianto.
 
Nanti amoniak dan nitrit mampu diurai oleh probiotik, sehingga air tidak tercemar. Dengan begitu, dapat dikatakan kualitas air menjadi optimal. Kondisi air yang optimal membuat udang sehat. 
 
“Air yang baik membuat udang bisa menikmati lingkungan dan bisa makan dengan baik. Penggunaan probiotik juga dapat meningkatkan pencernaan dan daya tahan udang. Sehingga udang lebih tahan dari serangan penyakit,” terang Budianto.
 
Selain bersifat preventif, disahut oleh Sani, probiotik juga digunakan untuk membantu recovery (pemulihan) setelah serangan penyakit. “Probiotik tidak dapat digunakan untuk mengobati udang yang terkena penyakit. Sedangkan untuk pencegahan probiotik sangat disarankan digunakan. Baik untuk pakan maupun air sejak tahap persiapan,” beber Sani.
 
 
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 135/15 Agustus - 14 September 2023

 
Aqua Update + Inti Akua + Cetak Update +

Artikel Lain