Pijakan Koi di Dalam Spotlight

Pijakan Koi di Dalam Spotlight

Foto: Dok. Pribadi


Membahas koi, ikan cantik bertubuh bongsor ini tidak ada habisnya, karena koi termasuk ikan hias yang bertahan kepopulerannya dan selalu menjadi sorotan. 
 
Siapa tak kenal ikan koi? Jika pet (hewan peliharaan) rumahan biasanya digemari hobbyist (penghobi) adalah golden retriever. Maka, ikan koi menjadi salah satu pet paling digemari di kolam-kolam para penghobi alias menjadi spotlight (sorotan) di dunia ikan hias.
 
Dirasakan Toni Wijaya owner Prloklamator Koi asal Blitar-Jawa Timur, koi hasil produksinya hingga hari ini berhasil dijual ke seluruh Indonesia. Bahkan keluar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, hingga Jerman. 
 
Kiat pemasarannya, terang Toni, mengikuti perkembangan zaman adalah suatu keharusan. "Lagi booming belanja di market place. Tim kita turut berjualan melalui aplikasi-aplikasi market place. Sekarang tren media sosial, ya kita juga berjualan melalui media sosial itu. Pokoknya, dimana media sedang ramai, disana kita jualan. Kita harus mengikuti perkembangan zaman agar tidak kalah dari yang lain,” kiat Toni menjaga kestabilan bisnisnya. Hal ini ia sarikan dari pengalamannya sebagai pembudidaya sekaligus pemasar produknya secara langsung.
 
Untuk variates atau jenis yang paling banyak diminati, ingat Toni, adalah kohaku, sanke dan showa. Mengenai kisaran harga tidak bisa ditentukan. Berbicara harga koi hasil budidayanya yang berkualitas, lanjutnya, berukuran 10 cm harganya bisa mencapai Rp 1-1,5 juta per ekor. Tergantung kesepakatan harga. 
 
“Orang senang dengan ikan yang kita miliki, kita tawarin 2 juta (rupiah), itu dia tetap mau beli. Beda cerita kalau calon pembelinya emang tidak senang sedari awal dengan itu tersebut. Ditawari murah, ya tetap tidak mau beli,” ucapnya terkait bisnis ikan yang aslinya berasal dari negara Jepang ini.
 
Tadi jika koi berkualitas bagus. Bagaimana jika kualitasnya biasa saja atau cenderung jelek ? Kalau koi kualitas pasar atau hasil buangan dari sortiran, jawab Toni cepat, ukuran 10 cm harganya hanya di kisaran Rp 5-7 ribu per ekor. 
 
Penjualan secara online juga dilakukan oleh Sapta Tamtama, penghobi dan juga agen ikan di Bandar Lampung. Sapta mengaku, selain menjual ikannya langsung ke pedagang, ia juga menjual ke penghobi melalui media sosial. Dalam memilih koi, pembeli mengeceknya melalui video call. Jika ikan dan harganya sudah disepakati maka ikan dikirim dengan travel ke alamat pembeli. 
 
Selaras, Leopold Djapari, hobbyist (penghobi) koi asal Jakarta berujar, sekarang harga koi sangat variatif. Koi lokal sudah ada yang harganya menyamai koi impor. Harganya menembus belasan juta bahkan lebih. Koi impor pun sekarang sudah ada harganya yang dijual dengan harga dibawah Rp 1 juta. 
 
Kualitas Koi Lokal Tidak Diragukan
Pada dasarnya, ujar Sapta, ikan koi yang dipelihara penghobi terbagi dua yakni jenis lokal dan impor dari Jepang. Ikan koi impor lebih bagus bentuk dan matanya. Bahkan ada punduk di kepalanya, namun karena harga koi impor mahal maka tidak banyak diminati penghobi di Lampung. Karena untuk ukuran sedang saja harga ikan koi impor sudah ratusan ribu hingga jutaan
 
Perbedaan mencolok antara koi lokal dengan impor, sambar Sapta, akan kelihatan ketika sudah berukuran lebih dari 50 cm. Warna ikan koi lokal akan semakin memudar, terutama pada warna putih, sedangkan koi impor masih tetap bertahan. 
 
Lalu koi impor memiliki mata yang lebih besar dan tampak seperti timbul keluar dari kepala. Sedangkan koi lokal memiliki mata yang wajar seperti ikan lainnya.
“Kemudian pada bentuk tubuh. Koi lokal memiliki bentuk tubuh yang sedikit membulat, perut agak membuncit dengan ukuran ekor yang lebih pendek. Sebaliknya koi impor terlihat memanjang pada bagian badan sampai ekornya. Makanya jika sehat, koi lokal panjangnya bisa mencapai 60 cm dan koi impor lebih panjang bisa mencapai 80 cm. Juga pada sifatnya, koi impor lebih jinak sehingga mudah ditangkap dibandingkan dengan koi lokal,” jelas Sapta menggebu-gebu.
 
Kesimpulannya, kata Leo-sapaan akrab Leopold, koi yang diproduksi di Indonesia atau disebut koi lokal saat ini kualitasnya sudah sama dengan koi impor asal Jepang. Jika bercerita puluhan tahun lalu, kedua koi tersebut memiliki perbedaan. 
 
Contohnya terkait panjang tubuh seperti yang disebutkan Sapta. “Dulu ketika pertama-tama memelihara koi impor, saya tidak punya pengalaman atau skill seputaran memelihara koi agar tumbuh besar. Eh ternyata koi impor yang saya pelihara tetap saja tumbuh hingga ukuran 60-70 cm,” jelas Leo. Dimasa yang sama, 15-20 tahun lalu, lanjutnya, koi lokal size-nya bahkan tidak bisa mencapai 40 atau 50 cm. 
 
“Dan sekarang kita lihat, koi lokal yang saya pelihara pun ada yang ukurannya mencapai 60 cm. Di lokasi lain pernah saya jumpai koi lokal berukuran 80-90 cm,” ucap Leo bangga.
 
Tadi mengenai ukuran tubuh, lalu sekarang postur tubuh. Koi impor, jelas Leo, hingga ukuran besar postur tubuhnya akan tetap tampak bagus atau streamline-nya tetap bertahan. Disitulah keunikan atau kekuatan koi impor. 
 
Sedangkan koi lokal, sebut Leo, untuk mendapatkan yang memiliki postur tubuh tetap bagus hingga ukuran besar tidak bisa di sembarang tempat. Itu bisa didapatkan hanya dari breeder khusus dan terpercaya. 
 
“Ibarat kata, kita harus tau ‘bibit, bebet, dan bobot’ nya. Kalau tidak mengenal atau mengetahui breeder-nya, asal beli saja, sangat kecil kemungkinan ikan itu tumbuh hingga size besar dan postur bagusnya tetap bertahan,” tutur Leo yang juga menjabat Sekretaris Jenderal KOI’s (Koi Owner of Indonesia Society) ini.
 
Timbang Leo, ada tips kalau mau mengejar postur dan kualitas bertahan hingga size besar. Yakni, koi yang diproduksi di Indonesia indukannya tetaplah harus impor dari Jepang. 
 
Untuk dapat indukan impor, imbuh Toni, didapatnya dari lelangan. Sejak beberapa tahun terakhir ia akui telah menggunakan indukan koi impor yang dibeli dari lelangan. Toni berujar, lelangan terdapat berbagai jenis. Ada lelangan khusus untuk budidaya, ada lelangan untuk penggemar. 
 
“Kalau lelangan budidaya, ikan yang diperjual belikan ukurannya besar-besar. Udah berisi telur. Itu harganya kisaran 15-20 juta untuk koi impor. Kalau yang lokal, lelangan untuk induk berukuran 50 cm harganya sekitar Rp 2,5 juta per ekornya,” papar Toni yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia pemijahan koi. 
 
Tapi sekarang pembudidaya atau penghobi di Indonesia mulai mengerti bagaimana cara memelihara koi yang baik. Sehingga bentuk dan warna tubuhnya sudah hampir menyamai koi asal Jepang. 
 
“Saya sendiri sebelum pandemi sudah mulai mengikuti gaya pemeliharaan koi di Jepang. Saya belajar dari anak-anak magang atau mahasiswa yang sedang magang di lokasi saya. Jadi saling bertukar informasi gitu,” ucap Toni dengan ramah.
 
Kiat Memelihara Koi
Bagi Toni, koi-koi memiliki kualitas yang bagus dan dapat tumbuh hingga besar adalah tujuan usahanya. Toni mempunyai trik tersendiri sehingga targetnya itu tercapai. Pada tim TROBOS Aqua, Toni memberitahukan. 
 
“Pertama, benih yang berkualitas akan didapatkan dari induk yang benar-benar berkualitas. Oleh karenanya induk perlu diseleksi secara seksama. Kemudian histori indukan atau turunan induknya mesti jelas,” ujarnya
 
Supaya menghasilkan anakan yang berkualitas dan bercorak bagus, induk yang dikawinkan juga harus diperhatikan. Toni mengingatkan agar tidak asal mencampurkan induk dan breeder harus mempunyai data perkawinan. 
 
“Awalnya seleksi induk, lalu dipasang-pasangkan. Setelah memijah, dilihat anakannya. Jika anakan yang dihasilkan berkualitas baik, maka ke depannya indukan itu akan berpasangan seterusnya. Kalau diganti, kualitas anakannya berkemungkinan berubah, dapat menurun,” wanti Toni. 
 
Kedua, trik benih agar dapat bertahan hingga besar adalah perhatikan cara memelihara, kualitas air dan padat tebarnya. Idealnya, jelas Toni, padat tebar koi berukuran dibawah 30 cm per m3 nya bisa diisi hingga 10-15 ekor. Apabila sudah mencapai ukuran 30 cm, per 1 m3 jumlahnya hanya 1-2 ekor saja. Dengan begitu bentuk tubuh ikan akan bagus dan ikan pun cepat besar.
 
Bagi penghobi, Leo memiliki kiat sendiri dalam memelihara koinya. “Saya punya kiat sendiri agar koi peliharaan berumur panjang,” tambah Leo. Yakni, tidak boleh buru-buru. 
 
“Seperti ketika membeli koi. Koi yang baru dibeli tidak boleh buru-buru dibawa pulang. Karantina dulu di lokasi penjual. Karantina ini berfungsi untuk memastikan bahwa ikan tersebut tidak membawa penyakit. Karantina dilakukan selama 3-5 hari, tahan saja dulu di situ,” urai Leo.
 
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 132/15 Mei - 14 Juni 2023
 

 
Aqua Update + Inti Akua + Cetak Update +

Artikel Lain