Supaya Budidaya KJA Ramah Lingkungan

Supaya Budidaya KJA Ramah Lingkungan

Foto: 


Asal mau menerapkan standar Cara Budidaya Ikan yang Baik usaha budidaya ikan di keramba jaring apung bisa ramah lingkungan dan berkelanjutan

 

Kegiatan usaha budidaya perikanan di Keramba Jaring Apung (KJA) kerap menjadi kambing hitam terjadinya pencemaran di perairan umum (danau atau waduk). Dalam hal ini keberadaan puluhan ribu petak KJA di Danau Toba dituding menjadi salah satu sumber pencemaran.

 

Diungkapkan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen LH),M.R. Karliansyah, dari hasil evaluasi pihaknya pada 2016 ditemukan kandungan fosphat yang di atas baku mutu. Ia menjelaskan, hasil valuasi bersama pada 2012 kandungan fosphat air danau Toba sekitar 0,06 ppm, kemudian terakhir dihitung pada 2016 sudah 0,996 ppm.

 

Padahal, lanjutnya, standar baku mutu kandungan fosfat seharusnya hanya 0,2 ppm. “Kami menduga konsentrasi fosfat yang tinggi ini berasal dari limbah domestik, limbah pakan ikan, dan ikan yang mati,” kata Karliansyah kepada Trobos Aqua.

 

Meski demikian, diungkapkan Direktur Pencegahan Dampak Lingkungan Usaha dan Kegiatan Kemen LH, Ary Setianto, kondisi tingkat kesuburan yang ada di perairan Danau Toba masih layak untuk kegiatan budidaya perikanan. Dari hasil kajian pihaknnya pada 2014, kondisi kesuburan perairan Danau toba sudah mesotrofik mengarah ke autotrof, padahal sebetulnya kondisi ideal oligotrofik.

 

Meski masih layak untuk budidaya, lanjutnya, perlu ada penghitungan ulang terkait daya dukung perairan di Toba. Hal ini karena sumber pencemaran bukan hanya dari kegiatan KJA tapi juga buangan limbah domestik. Perlu diterapkan pula pola budidaya perikanan yang ramah lingkungan supaya berkelanjutan, tambahnya.

 

Peduli Lingkungan 

Terkait hal ini, upaya menerapkan budidaya ikan sesuai standar Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) mulai diterapkan pihak PT Suri Tani Pemuka (PT STP) yang memiliki unit produksi budidaya nila di Danau Toba. Menurut Head of Health Departement Tilapia Culture PT Suri Tani Pemuka, drh Ririn Sri Yulia, PT STP telah menerapkan budidaya sesuai CBIB dari sisi penggunaan pakan yang ramah lingkungan dan pengolahan limbah hasil budidaya.

 

Lebih lanjut Ririn menjelaskan, komposisi pakan yang digunakan untuk pembesaran nila tanpa sama sekali menggunakan tepung ikan. Komposisi protein dalam pakan pembesaran diganti menggunakan protein nabati yaitu tepung kedelai. Kandungan fosfor dalam pakan juga ditekan. “Karena ikan nila tergolong omnivor (pemakan segala) sehingga tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhannya, tapi hasil buangan kotorannya lebih ramah lingkungan,” ungkap Ririn.

 

Kemudian dari sisi pengolahan limbah, dijelaskan Ririn, saat ini pihaknya telah menerapkan sistem penyedotan kotoran ikan yang terkumpul di dasar jaring menggunakan teknologi mesin sedot air. Hampir setiap hari ada petugas KJA yang menyelam ke dasar KJA untuk menyedot sisa kotoran ikan dan ikan mati. “Limbah tersebut dikumpulkan di darat untuk dijadikan bahan pupuk organik,” kata Ririn.

 

Diakuinya butuh investasi yang besar untuk menginstalasi dan mengoperasikan mesin penyedot limbah tersebut. Namun demikian, kata Ririn, hal tersebut tetap dilakukan guna mewujudkan usaha budidaya yang berkelanjutan. “Kalau tidak begini yang dirugikan tidak hanya lingkungan perairan tapi juga usaha kami yang tidak bisa berlanjut,” kata Ririn.

 

 

Libatkan Masyarakat

Apa yang dilakukan PT STP tidak hanya sebatas menerapkan standar CBIB tapi juga ikut melibatkan peran serta masyarakat sekitar. Salah satunya untuk bisa memanfaatkan limbah kegiatan budidaya dan pengolahan ikan sebagai pupuk organik.

 

Terkait hal ini belum lama ini PT STP menggelar serangkaian kegiatan pelatihan pupuk organik dan sosialisasi penerapan CBIB di sejumlah lokasi daerah Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Rangkaian  pelatihan ini diadakan selama 6 hari (5 - 9 September 2016) di Kecamatan Tanah Jawa, Haranggaol, Tambun Raya Kabupaten Simalungunan dan Kecamatan Silalahi Kabupaten Dairi Sumatera Utara.

 

Pelatihan ini dihadiri 30 sampai 60 peserta yang merupakan para petani padi, jagung, dan hortikulura yang berdomisili di sekitar fasilitas (hathcery/pembenihan nila, keramba jaring apung pembesaran nila, dan pabrik pengolahan fillet nila) milik PT STP divisi Toba Tilapia di Simalungun. Hadir sebagai narasumber pelatihan Praktisi Pertanian sekaligus petani Jawa Barat Tonthowi Jauhari dan Head of Health Departement Tilapia Culture PT Suri Tani Pemuka, drh Ririn Sri Yulia. 

 

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Aqua Edisi-52/15 September-14 Oktober 2016

 
Aqua Update + Inti Akua + Cetak Update +

Artikel Lain