IPAL Tambak Udang Kaur Alami Kemajuan

IPAL Tambak Udang Kaur Alami Kemajuan

Foto: 


Para petambak udang di Kabupaten Kaur mulai membangun/merehab dan memfungsikan IPAL sebagai upaya bersama mencegah penularan penyakit udang dan mematuhi peraturan.

 


Memfungsikan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di tambak, menurut Soleman Lullulangi petambak udang vannamei senior Kabupaten Kaur-Bengkulu, sudah dalam tahap keharusan. Terkait itu, Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) Kaur-Seluma ini menyatakan, sejumlah langkah pun sudah dilakukan SCI guna meningkatkan kesadaran petambak. Yaitu, agar membangun dan memfungsikan IPAL di tambaknya masing-masing.  

 


“Bersamaan dengan acara pelantikan Dewan Pengurus SCI Kaur-Seluma akhir  2020, kami sudah menggelar diskusi IPAL di Kaur dengan menghadirkan narasumber Itang Hidayat, Aquaculture Technology and Development PT Suri Tani Pemuka dengan materi membangun tambak udang berwawasan lingkungan. Diskusi diikuti segenap petambak di Bengkulu dan juga dihadiri petambak dari Lampung dan Sumatera Barat,” ujar Soleman yang ketika diwawancarai sedang panen udang di Bintuhan, Kabupaten Kaur, pekan lalu.

 


Lalu, lanjut Soleman, awal September lalu, SCI Kaur-Seluma kembali menggelar diskusi IPAL dengan menghadirkan narasumber Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara-Jawa Tengah, Supito dan Arief Faisal Siburian, Senior Technical Sales PT Behn Meyer Indonesia. “Bahkan seusai diskusi pengurus SCI Kaur-Seluma dan anggota menggelar rapat dan disepakati untuk mengoperasikan IPAL. Bagi yang belum membangun segera membangun dan yang sudah ada melakukan rehab agar sesuai ketentuan yang berlaku,” sambung Soleman.

 


Dari hasil monitoring Soleman, sebulan setelah rapat, rata-rata petambak yang belum membangun IPAL sudah mengerjakannya, dan bahkan ada yang sudah selesai. “Sebagai Ketua SCI saya mengapresiasi usaha kawan-kawan. Ini merupakan kemajuan nyata agar budidaya di Kabupaten Kaur dan Seluma berkelanjutan sesuai keinginan bersama,” tambahnya.

 


Ia juga mengakui, sebelumnya masih ada tambak udang yang belum memiliki IPAL. “Dalam rapat SCI di Bandarlampung-Lampung bulan lalu, semuanya sepakat untuk mengoperasikan IPAL tanpa kecuali. Jadi semua tambak harus membangun IPAL. Sebab jika satu tambak saja tidak membangun IPAL, maka bisa buyar semua upaya petambak lainnya untuk mencegah meluasnya penyakit di Kaur,” tegasnya.

 


Menurut dia, IPAL merupakan kebutuhan mutlak yang harus dibangun semua petambak jika ingin budidaya udang di Kabupaten Kaur berkelanjutan. “Kalau tidak semua petambak memfungsikan IPAL, maka serangan penyakit bakal makin parah. Jika pada awal budidaya udang di Kabupaten Kaur sekitar 2015-2016 silam, kita bisa menghasilkan rata-rata 40 ton/ha, maka kini turun hingga 20-22 ton/ha akibat serangan penyakit,” ungkapnya.

 


Namun, jelas Soleman, anehnya masih ada petambak yang menyalahkan SDM (sumber daya manusia) yang tidak mampu mengatasi serangan penyakit. Padahal sebetulnya kualitas perairan yang jauh menurun. “Dulu tidak ada Myo dan vibrio di perairan Kaur, sekarang Myo dan vibrio ditemukan di mana-mana,” tambahnya.

 


Sebelumnya SCI Kaur-Seluma juga sudah menyepakati untuk mengangkat petugas IPAL dari karyawan satu tambak atau dari warga setempat yang memiliki latar belakang ilmu lingkungan. “Kami juga akan mengikutkannya dalam pelatihan agar memiliki sertifikat dan mampu menyusun laporan IPAL dari tambak masing-masing anggota secara berkala,” tambahnya.

 

 
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 125/15 Oktober - 15 November 2022

 

 
Aqua Update + Primadona + Cetak Update +

Artikel Lain