Jakarta (TROBOSAQUA). Ekspor tuna Indonesia sepanjang 2024 menembus angka USD 1 miliar, menjadikannya sebagai komoditas perikanan ekspor terbesar kedua setelah udang. Di tengah pencapaian tersebut, Indonesia juga mendapatkan tambahan kuota penangkapan tuna dari Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) untuk 2025 hingga 2028. Tambahan kuota ini mencakup big eye tuna (BET) sebesar 21.396 ton untuk periode 2026–2028, serta yellowfin tuna (YFT) dan skipjack (SKJ/tongkol) masing-masing sebesar 45.426 ton dan 138.000 ton untuk 2025.
Kabar baik ini disambut positif oleh pelaku industri perikanan. Ketua Asosiasi Tuna Indonesia (ASTUIN), Saut Hutagalung, menilai bahwa peningkatan kuota ini merupakan hasil dari diplomasi perikanan yang terus diperjuangkan oleh Indonesia. Namun ia juga mengingatkan bahwa kuota tersebut belum sepenuhnya mencerminkan kapasitas produksi nasional. “Produksi kita di lapangan masih lebih besar dari kuota yang diberikan. Ini PR kita bersama untuk terus memperjuangkan tambahan kuota,” kata Saut (16/6).
Meski mencetak prestasi ekspor yang membanggakan dan mendapat tambahan kuota, industri tuna Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Salah satunya adalah kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat, yang berpotensi memperketat akses produk perikanan Indonesia ke pasar AS. Hal ini menjadi perhatian serius dunia usaha karena pasar AS merupakan salah satu tujuan ekspor utama bagi tuna Indonesia. “Industri tuna kita ini ibarat perahu yang terus menantang ombak. Tapi kita tetap harus optimis dan mencari jalan keluar bersama,” ujar Saut.

Ia menekankan pentingnya sinergi antara pelaku usaha dan pemerintah dalam menghadapi tekanan global tersebut. Menurutnya, komunikasi yang terbuka dan kolaborasi lintas sektor adalah kunci untuk menjaga daya saing tuna Indonesia di pasar global. “Kalau kita kompak, tuna Indonesia akan terus berjaya di pasar dunia. Tapi kalau kita lengah, bisa-bisa tergilas oleh negara lain yang juga agresif memperluas pasar,” tambahnya.
Indonesia selama ini dikenal sebagai salah satu negara penangkap tuna terbesar di dunia, terutama di kawasan Samudera Hindia. Tiga jenis utama yang banyak ditangkap di wilayah ini adalah big eye tuna, yellowfin tuna, dan skipjack. Dengan tambahan kuota yang diperoleh, Indonesia kini memiliki peluang lebih besar untuk memperkuat posisi dalam perdagangan internasional, sekaligus menunjukkan komitmen terhadap praktik perikanan berkelanjutan.
dian/dini/edt