Jakarta (TROBOSAQUA). Perairan umum, seperti waduk sudah lama dimanfaatkan masyarakat untuk membudidaya ikan air tawar. Di Waduk Cirata, Jawa Barat (Jabar) ada 100-an ribu keramba jaring apung (KJA) yang dioperasikan sejumlah pelaku usaha budidaya ikan air tawar.
Pelaku usaha budidaya patin di Cirata umumnya membudidaya nila, bawal dan patin. Kendati usaha budidaya mereka rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim, sejumlah pelaku usaha budidaya masih mampu meraup keuntungan relatif besar.
Salah satu pembudidaya ikan di KJA Waduk Cirata, Mang Ateng mengatakan, banyaknya KJA yang dimanfaatkan sebagai prasarana budidaya membuat kondisi lingkungan Waduk Cirata kurang stabil. Apabila cuaca kurang bagus, yang ditandai dengan datangnya hujan di pagi hari, kemudian siangnya tak ada angin, ia harus ekstra waspada.
Kondisi cuaca seperti ini membuat ikan yang dibudidaya (nila dan bawal) akan mabuk, sehingga tak mau makan. Ikan yang mabuk tersebut hanya berenang di permukaan KJA. Apabila kondisi ini berlangsung hingga beberapa hari, maka ikan yang dibudidaya cepat-cepat di panen.
“Seperti akhir 2024. Kondisi air di Waduk Cirata naik-turun atau tak stabil. Hal ini membuat ikan yang tak tahan terhadap kondisi lingkungan (seperti nila dan bawal stres). Mereka juga tak mau makan. Saat itu di Waduk Cirata juga terjadi upwelling, sehingga banyak ikan yang dibudidaya di KJA mati. Kami sempat mengalami kerugian sekitar Rp150 jutaa-an. Karena kami tak segera melakukan pemanenan,” kata Mang Ateng, di Jakarta, belum lama ini.
Setelah kejadian cuaca ekstrem, lanjut Ateng, para pembudidaya pada awal tahun sudah mulai melakukan budidaya lagi. Para pembudidaya ikan di Waduk Cirata, Jabar memanfaatkan KJA untuk budidaya nila, bawal dan patin. Ketiga jenis ikan air tawar itu saling melengkapi satu dengan lainnya, dan menjadi mata pencaharian masyarakat sekitar.dimas/dini/edt
Dok istimewa