Jakarta (TROBOSAQUA). Shrimp Club Indonesia (SCI) atau Perhimpunan Petambak Udang Indonesia (PPUI) bersama Chef Bobon Santoso menggelar acara masak dan makan besar bertema ‘Berbagi Udang Setengah Ton Bersama Bobon Santoso’ di kawasan Palmerah, Jakarta Barat (7/10). Udang yang dimasak oleh ‘Chef Rakyat Indonesia’ tersebut disumbangkan oleh para petambak anggota SCI dan dibagikan kepada sekitar 600-an warga.
“Untuk membuktikan bahwa udang Indonesia aman dari radioaktif, saya menginisiasi campaign ‘Udang Indonesia Aman, Mari makan Udang’ dengan meminta asosiasi petambak udang SCI menyediakan 500 kilogram udang dari beberapa tambak untuk dimasak dan dinikmati bersama masyarakat,” ujar Bobon.
Ia juga turut memantau perkembangan kasus Cs-137 ini. Menurutnya, pemerintah sudah melakukan usaha maksimal dengan proses dekontaminasi paparan radioaktif tersebut di kawasan industri Cikande. Namun tantangan besar selanjutnya adalah bagaimana meyakinkan publik, khususnya pasar ekspor, bahwa udang Indonesia 100% aman.
“Kami juga mengundang Kusnanto, Dosen Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM, untuk memeriksa dengan alat Surveymeter radiasi. Dan hasil pengukurannya tidak ditemukan adanya zat atau unsur radioaktif pada udang Indonesia,” ungkap Bobon.
Melalui inisiatif tersebut, Bobon berharap pemerintah dapat mengambil langkah cepat dalam menstabilkan kembali industri udang dan meminimalkan dampak krisis terhadap sektor yang menjadi sumber penghidupan bagi sekitar satu juta orang. Dilansir dari berbagai sumber, udang merupakan penyumbang devisa terbesar di sektor perikanan Indonesia, dengan nilai ekspor mencapai USD 1,7 miliar pada 2024 serta menyerap lebih dari satu juta tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung.
Pemerintah Harus Gerak Cepat
Kolaborasi ini merupakan bukti bahwa stakeholders bekerja keras untuk mengedukasi masyarakat bahwa udang Indonesia aman dikonsumsi. Acara makan udang gratis ini juga merupakan cara para petambak menjaga agar industri udang tetap hidup—sektor yang tidak hanya menghidupi pelaku usaha dan pekerjanya, tetapi juga memberi kontribusi besar bagi perekonomian nasional..
Oleh karena itu, Ketua Umum SCI Prof Andi Tamsil kembali mendorong pemerintah untuk bekerja secara cepat dan tepat. SCI mendukung langkah perbaikan (corrective) dari pemerintah, sesuai dengan permintaan dari FDA AS, untuk meningkatkan keamanan pangan melalui Sertifikat dari Pemerintah (Certify Entity/CE) pada setiap kontainer yang akan diekspor ke AS, khususnya untuk udang yang diekspor dari Pulau Jawa dan Lampung. Sertifikat pengiriman CE ini yang akan menjamin udang yang diekspor bebas kontaminasi Cs-137.
Permintaan terbaru dari FDA tersebut menjadi kabar baik karena AS tetap membuka pasar untuk udang asal Indonesia. Tetapi tantangan besarnya, pemerintah harus bekerja keras dan bekerja cepat dalam memenuhi permintaan FDA, yang harus diimplementasikan mulai 31 Oktober 2025, tersebut.
“Kita hanya memiliki waktu tiga minggu untuk memastikan pemerintah menyiapkan seluruh protokol yang diperlukan agar setiap kontainer udang yang dikirim ke Amerika Serikat dapat disertai sertifikat pengiriman CE. Selain itu, kita juga perlu memastikan lembaga berwenang yang menerbitkan sertifikat tersebut mampu mengeluarkan lebih dari 50 sertifikat per hari, mengingat pelabuhan di Lampung dan Jawa mengirim sekitar 1.000 kontainer setiap bulannya,” kata Andi.
Andi juga mengingatkan bahwa dalam masa menyiapkan sistem baru tersebut, pemerintah sebaiknya tidak menghimbau para pelaku usaha Unit Pengolahan Ikan (UPI) di bagian hilir untuk menghentikan sementara produksi mereka. Menurut Andi, pemerintah seharusnya bisa menyiapkan sistem baru tersebut secara cepat dan paralel tanpa menghentikan produksi di bagian hilir. Sebab hal itu akan semakin meningkatkan kepanikan dan ketidakpastian penyerapan udang di para petambak. Andi juga menekankan bahwa SCI berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak—pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat—untuk memastikan keberlanjutan industri udang nasional yang aman, sehat, dan berdaya saing global.ist/dini/edt