Oleh: Riris Yuli Valentine dan Ni Putu Dian Kusuma
Kupang (TROBOSAQUA). Di kawasan Desa Lifuleo-Nusa Tenggara Timur, keterbatasan teknologi membuat kualitas rumput laut cepat menurun. Harga hasil panen tidak menentu sementara suhu, salinitas, cuaca dan faktor lingkungan sering kali mengganggu budidaya. Melihat kenyataan tersebut, tim Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang di bawah koordinasi Rifqah sebagai Kepala P3M menyusun program Desa Eco-Bahari.
Program ini memiliki dua fokus utama. Dalam tulisan ini tim penulis menitikberatkan pada fokus pertama. Yaitu; memperkuat budidaya rumput laut melalui metode seleksi varietas rumput laut atau selvarula agar masyarakat memperoleh panen lebih berkualitas dan tahan terhadap perubahan lingkungan.
Selvarula Rumput Laut
Tim dosen Politeknik KP Kupang menghadirkan metode Seleksi Varietas Rumput Laut (Selvarula) yang sebelumnya teruji di Desa Tablolong. Penerapannya kini diperluas agar manfaatnya dirasakan lebih luas oleh pembudidaya pesisir.
Setelah penyuluhan, kegiatan berlanjut dengan seleksi bibit. Rumput laut yang dipilih adalah varietas unggul, ditimbang terlebih dahulu, lalu ditanam bersama masyarakat di laut. Skema seleksi varietas rumput laut yang digunakan oleh tim merujuk pada hasil penelitian Kusuma et al (2025) yang kini diterapkan langsung di lapangan.
Kegiatan penanaman ini menjadi awal dari siklus selvarula yang dijadwalkan berlangsung selama enam bulan ke depan. Dalam periode tersebut, masyarakat didampingi untuk memantau pertumbuhan rumput laut dan memastikan hasil panen sesuai dengan standar kualitas yang diharapkan.
Sebanyak 500 kilogram bibit rumput laut dan 500 meter tali ris disediakan untuk membangun kebun bibit bersama. Proses seleksi, penimbangan, hingga penanaman dilakukan langsung bersama masyarakat. Kegiatan ini menjadi awal siklus budidaya yang direncanakan berlangsung enam bulan ke depan, di mana pembudidaya akan didampingi untuk memastikan pertumbuhan dan kualitas panen tetap terjaga.
Program Selvarula dikoordinir oleh tim penulis bersama tim Prodi Teknik Budidaya Perikanan. Kehadiran tim dosen menumbuhkan suasana kolaborasi yang akrab dan membangun rasa percaya diri baru bagi para pembudidaya. Dengan pendampingan intensif, masyarakat tidak hanya menerima hasil, tetapi juga belajar memahami setiap tahap budidaya.
Lebih dari sekadar teknik budidaya, Selvarula menjadi pintu masuk menuju kemandirian. Bibit unggul yang dipilih dengan cermat akan menjadi sumber berkelanjutan bagi desa. Kebun bibit ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada pasokan luar sekaligus memperkuat posisi masyarakat dalam menjaga keberlanjutan ekonomi pesisir.
Rumput laut yang selama ini hanya dipandang sebagai sumber penghasilan harian, kini mendapat makna lain. Ia menjadi simbol kerja sama, harapan, dan keteguhan masyarakat Lifuleo untuk menatap masa depan dengan lebih optimis.
Dosen Lektor Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang