Pencampuran yang tepat antara makronutrien, mikronutrien, dan aditif lainnya dapat meningkatkan hasil budidaya, seperti pertumbuhan, SR, FCR, dan hasil panen.
Pakan merupakan komponen utama dalam budidaya ikan yang tidak hanya memengaruhi pertumbuhan tetapi juga berdampak besar pada efisiensi biaya produksi. Seiring kemajuan teknologi akuakultur, inovasi dalam formulasi pakan terus berkembang guna meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha perikanan. Salah satu inovasi yang mendapat perhatian adalah pakan fungsional.
Menurut Profesor Mas Tri Djoko Sunarno, Peneliti Ahli Utama Bidang Nutrisi dan Teknologi Pakan Ikan di Pusat Riset Perikanan, Organisasi Riset Kebumian dan Maritim, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pakan disusun dari berbagai bahan untuk memastikan kandungan nutrisi yang lengkap dan seimbang. Kebutuhan nutrisi ikan disesuaikan dengan jenis, ukuran, serta kondisi fisiologisnya, seperti pematangan gonad dan perkembangan telur. Faktor lingkungan, termasuk kepadatan dan ketersediaan pakan alami, juga memengaruhi kebutuhan nutrisi ikan.
"Perbedaan utama antara pakan konvensional dan pakan fungsional terletak pada bahan bakunya. Pakan fungsional diperkaya dengan tambahan bahan tertentu yang memberikan manfaat bagi pertumbuhan, kesehatan, dan ketahanan ikan terhadap penyakit," jelas Tri Djoko, sapaan akrabnya pada (20/1).
Dosen di Program Studi Teknologi Akuakultur, Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Romi Novriadi menambahkan, pakan fungsional mengandung bahan aditif atau suplemen yang mendukung percepatan pertumbuhan, meningkatkan sistem imun, serta memperbaiki kesehatan pencernaan dan kualitas produk akhir. Selain itu, pakan fungsional juga meningkatkan efisiensi konversi pakan, sehingga dapat mengoptimalkan biaya produksi dengan mengurangi penggunaan pakan berlebihan.
Diungkapkan Romi, pakan fungsional bisa digunakan untuk berbagai jenis ikan, baik yang hidup di air tawar, payau, maupun laut. Namun, cara penggunaannya berbeda tergantung pada tahap perkembangan ikan. Pada tahap larva, sistem pencernaan ikan belum sepenuhnya berkembang, jadi bahan aktif seperti digestibility enhancer tidak efektif diberikan. Sebaliknya, pada ikan yang sudah lebih dewasa, bahan tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan efisiensi pakan dan mempercepat pertumbuhannya.
Salah satu contoh bahan aktif yang digunakan dalam pakan fungsional adalah asam lemak omega-3 dan omega-6 yang berperan penting dalam menyediakan energi untuk pertumbuhan dan metabolisme ikan. "Pada stadia larva, pakan harus mengandung lebih banyak asam lemak ini dibandingkan pada stadia akhir pemeliharaan karena kebutuhan energi larva sangat tinggi untuk mendukung perkembangan tubuh yang cepat," bubuh Romi hari itu (24/1).
Tiga Jenis Pakan Fungsional
Lebih dalam Romi membeberkan, pakan fungsional secara umum dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, growth promoting feed.Pakan ini dirancang untuk mempercepat pertumbuhan ikan atau udang dengan menambahkan bahan aktif seperti nukleotida, asam amino (seperti lysine dan methionine), serta asam lemak omega-3 dan omega-6 ke dalam formulasi pakan.
Kedua,immunostimulantfeed.Pakan ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan atau udang terhadap infeksi mikroorganisme berbahaya. Pakan ini umumnya mengandung β-glukan, yang sangat penting bagi udang yang tidak memiliki sistem imun non-spesifik, karena β-glukan dikenali oleh reseptor sistem imun udang melalui mekanisme yang ada di hemolimf.
Ketiga, gut health feed.Pakan ini dirancang untuk mendukung sistem pencernaan dengan menggunakan bahan aktif seperti enzim (protease, phytase, lipase, carbohydrase), asam empedu, probiotik, serta bahan penguat pencernaan yang biasanya dihasilkan dari kombinasi minyak esensial dan asam amino.
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 152/ 15 Januari - 15 Februari 2025