Subang (TROBOSAQUA). West Java Conservation Trust Fund(WJCTF), Yayasan Wanadri, Forum Udang Indonesia (FUI), GQSP Indonesia dan PT Venambak Kail Dipantara menyelenggarakan sekolah tambak untuk petambak tradisional di daerah Subang-Jawa Barat (16/7) dengan tema ‘Sekolah Tambak: Budidaya Cerdas Iklim Silvofishery dan Budidaya Tradisional Plus’. Acara ini didukung penuh oleh PT Bio farma (Persero) melalui salah satu program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dan bertempat di ruangan balai Desa Mayangan, Subang.
Kegiatan sekolah tambak ini diikuti peserta dari tiga desa di Kecamatan Legonkulon, yaitu Desa Mayangan, Desa Tegalurung, dan Desa Legonwetan. Selain para petambak, turut hadir banyak pihak yang mendukung upaya pengembangan tambak tradisional plus ini diantaranya; Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, perusahaan pakan udang Central Proteina Prima, Danramil Legonkulon, dan Kepala Desa Mayangan.
Sekolah tambak ini menghadirkan dua pakar budidaya udang tradisional plus dan silvofishery; Prof Esti Handyani Hardi, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman dan Muhammad Saenong, petambak senior yang juga menjadi Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muslim Indonesia. Topik yang dibahas dalam sekolah tambak ini meliputi metode budidaya silvofishery, yang mengintegrasikan mangrove pada lahan budidaya, serta teknik budidaya tradisional plus untuk udang mulai dari persiapan lahan, kolam nursery, hingga penggunaan obat alami.
Budhi Wibowo, Ketua Umum Forum Udang Indonesia (FUI), menjadi moderator dalam kegiatan ini. Dalam siaran pers, dia menyatakan bahwa sekarang adalah momentum tepat untuk membangkitkan potensi tambak tradisional di Indonesia yang mencapai luas sekitar 250.000 hektar. “Dengan revitalisasi tambak tradisional menjadi tambak tradisional plus, produksi nasional dapat meningkat secara signifikan, sekaligus memperkuat citra udang Indonesia di mata internasional sebagai produk yang berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan,” ungkapnya.
PT Bio Farma (Persero) berkomitmen untuk mendukung konsep people, planet, dan profit, sejalan dengan standar ISO 26000 dan pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs). Program Sekolah Tambak ini bukanlah proyek pertama Biofarma di Subang; pada 2024, Biofarma telah menanam 5.000 pohon mangrove di daerah konservasi Subang.
Sekolah Tambak ini merupakan langkah awal menuju akuakultur yang lebih adaptif dan berkelanjutan. Selain melaksanakan Sekolah Tambak, Biofarma juga mendukung pengembangan lahan demplot silvofishery dan tradisional plus yang akan dibangun di Desa Tegalurung dan didampingi oleh Forum Udang Indonesia dan PT Venambak Kail Dipantara dalam penerapan SOP budidaya.ist/edt/dini