Penanganan penyakit udang vannamei dimulai dari antisipasi faktor pemicu dan pengetatan sejak dari benurnya
Terdapat tiga faktor utama pemicu penyakit pada udang vannamei; yakni host (inang), penyakit (patogen), dan lingkungan. “Ketiga faktor ini harus menjadi perhatian utama sehingga udang yang dipelihara benar-benar bebas virus,” ungkap Iwan S, Manajer Lab PT CP Prima.
Dia kemudian menerangkan, pada awal masa pemeliharaan bisa dilakukan pengecekan hepatopankreas guna melihat seberapa kuat dan sehat benur yang akan dipelihara. “Pengamatan hepatopankreas ini diuji dengan analisis wet mount yang meliputi; pengamatan bentuk tubulus, jumlah sebaran lipid dan adanya spora EHP,” terang Iwan dalam sesi diskusi berbagai elemen pemangku kepentingan di wilayah Kaur-Bengkulu baru-baru ini. Dengan pengamatan tersebut maka kemunculan penyakit bisa diminimalkan seperti EHP dan AHPND.
“Analisis wet mount ini juga menjelaskan bahwa analisis bolitas sebelumnya yang dilakukan sebagian petambak tidak benar karena adanya kesalahan pengamatan. Dimana keberadaan bolitas yang diamati tersebut tidak memenuhi kriteria. Analisis AHPND tentunya dengan mengecek keberadaan toksin pir A dan pir B yang dihasilkan dari vibrio,” ucap Iwan yang diminta menguraikan kondisi kualitas air di perairan Kaur-Seluma.
Selanjutnya Iwan mengungkapkan, lingkungan perairan laut Bengkulu sudah mengalami perubahan. Perubahan ini ditandai adanya fenomena pasang plankton merah yang beberapa kali terjadi.
Di antaranya pernah terjadi pada di akhir 2020 dan Oktober 2023. Adanya pasang alga merah tersebut ditandai dengan tingginya bahan organik, sebaran plankton dinoflagelata. Bahan organik saat terjadi pasang plankton merah tersebut mencapai 100 ppm dibandingkan saat normal berkisar 80-90 ppm.
Sebaran plankton dinoflagelata bisa mencapai 20%. Pasang plankton merah yang terjadi tahun 2023 tersebut juga dibarengi oleh kematian biota laut seperti: ikan, kepiting, udang, bintang laut dan lain-lain. Dia sebutkan, hal ini bisa disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan plankton dinoflagelata tersebut. Tentunya bila air laut dalam kondisi ini masuk ke budidaya dikhawatirkan akan menimbulkan kerugian yaitu adanya kematian udang.
“Untuk menangani hal tersebut agar tidak menimbulkan dampak bagi budidaya udang adalah dengan tandonisasi untuk air yang akan masuk ke sistem budidaya. Termasuk disinfeksi dan sistem pengendapan terhadap buangan air kolam budidaya yang dikeluarkan,” lanjutnya.
Faktor Benur
Narasumber lainnya, Yuni Satmaka, Head of Production PT Prima Larva berbicara soal kualitas benur. Ia menyatakan benur sangat menentukan dalam pencegahan penyakit udang.
Dijelaskan Yuni, benur merupakan salah satu faktor keberhasilan budidaya di tambak udang. Hatchery sebagai penyedia layanan benur berupaya untuk memberikan layanan yang terbaik kepada petambak sebagai mitra usaha.
“Kami memastikan dan memberikan jaminan bahwa benur yang dihasilkan di hatchery dan dikirim ke tambak adalah benur yang bersih, sehat dan berkualitas. Harapan kami benur yang bersih, sehat dan berkualitas, ketika dibudidayakan di lingkungan tambak yang bersih dan sehat serta manajemen budidaya yang baik akan mendapatkan pertumbuhan dan angka ketahanan hidup yang baik pada saat panen,” beber Yuni.
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 145/ 15 Juni - 14 Juli 2024