Lampung (TROBOSAQUA). Perusahaan pabrikan pakan PT Central Prioteina Prima (CPP) menjalin kerja sama dengan Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dalam program penelitian budidaya udang vanamei sistem keramba jaring apung (KJA) di Teluk Hurun, Kecamatan Telukpandan, Kab Pesawaran, Lampung. Panen perdana siklus pertama dilaksanakan pada Kamis (13/7).
Pada siklus pertama tersebut diperoleh hasil bahwa dari sisi pertumbuhan tidak berbeda jauh dengan budidaya udang vanamei di tambak meski kepadatan tebar bervariasi. Dengan lama budidaya 90 hari dipanen udang size 40-50. Lalu untuk FCR juga tidak terlalu tinggi yakni rata-rata 1,5.
Namun untuk SR rata-rata 55% yang berarti lebih rendah dibandingkan dengan tambak konvensional yang rata-rata 80% ke atas. Namun ketika kepadatan tebar di KJA 200 ekor/meter kubik dengan ukuran KJA 4 kali 4 meter dan kedalaman jaring 4 meter dikonversikan dengan SR tambak tambak konvensional dengan kepadatan 200 ekor/m2 dengan kedalaman air 1,5 hingga 1,8 meter maka produktivitas per meter kubiknya tidak jauh berbeda.
Lalu udang yang dipanen jauh lebih sehat dan segar dibandingkan dengan udang tambak, termasuk citarasanya lebih gurih. Tidak ditemukan adanya serangan penyakit selama budidaya. Adapun rendahnya SR diduga akibat kanibalisme sesama udang saat moulting, hama dari luar KJA, seperti ular dan hewan laut lainnya. Kalau untuk burung kecil kemungkinannya karena permukaan KJA sudah ditutup dengan waring.
“Jadi jika dikalkulasi secara bisnis maka untuk sementara budidaya udang vanamei sistem KJA layak dikembangkan untuk masa depan. Pasalnya untuk pengembangan budidaya udang di darat semakin banyak tantangannya. Tidak saja soal penyakit yang makin sulit diatasi, juga masalah ketersediaan lahan karena kawasan yang peruntukannya untuk budidaya air payau semakin sedikit,” ujar Kepala Divisi Marine Research Center (MRC) PT CPP Mohamad Nurul Iman di sela-sela panen perdana.
Sementara Eulis Marlina, Dosen Jurusan Budidaya Perairan Polinela yang memimpin penelitian tersebut menambahkan, sebagai perguruan tinggi vokasi pihaknya membutuhkan kerjasama dengan pihak industri. Kebetulan pihaknya bertemu dengan PT CP Prima yang memiliki visi yang sama untuk mengembangkan inovasi budidaya udang sistem KJA dalam kaitan ekonomi biru, yakni pemanfaatan laut secara berkelanjutan melalui sistem KJA.
Ditambahkan Euis, untuk evaluasi sementara, harus ada jaring pengganti agar jaring bisa dibersihkan dua minggu sekali. Lalu kualitas air di perairan Teluk Hurun diduga sudah banyak menurun seiring berkembangnya sektor pariwisata dan aktivitas nelayan yang semakin intensif di sekitar lokasi. Hal itu terbukti dengan tutupnya semua perusahaan pembesaran mutiara di sekitar areal tersebut.edt/datuk-lampung