Bali (TROBOSAQUA). Dua tahun tertunda akibat pandemi COVID-19, akhirnya Himpunan Pembudidaya Ikan Laut Indonesia (Hipilindo) mengadakan musyawarah nasional (Munas) I di Bali. Acara yang digelar di Grand Mega Resort & Spa pada Rabu (7/6) itu diawali dengan sambutan ketua panitia Munas 1 Hipilindo, Dharma Manggala dan dilanjutkan dengan sambutan Plt Direktur Produksi dan Usaha Budidaya, DJPB, KKP Irma Minarti. Dalam sambutannya, Irma banyak menyingung soal potensi besar budidaya ikan laut Indonesia.
Senada dengan Irma, Effendy Wong, Ketua Hipilindo periode 2016-2021 juga dengan tegas menyatakan bahwa potensi budidaya laut Indonesia, sangatlah besar. Salah satunya kerapu dan ke depannya lobster. Di alam, menurutnya, sebaran benih lobster ini sangatlah banyak dari Sabang sampai NTT.
“Sumber benih lobster kita sangat banyak. Dari Sabang, Bengkulu sampai NTT, sangat melimpah. Saat ini, bisa dibilang budidaya lobster juga tidakah terlalu sulit. Mudah juga di pengiriman,” ujar Wong.
Lelaki yang juga akrab dipanggil Pak Aseng ini juga menggarisbawahi potensi pasar lokal yang terbuka lebar dan memiliki masa depan. “Pasar lokal kita ini sangatlah besar. Kita tidak bisa selalu mengandalkan ekspor. Mari kita sama-sama bangun pasar lokal, di kota-kota besar. Saya yakin pelaku budidaya ikan laut mempunyai masa depan di pasar lokal,” imbuhnya.
Acara yang berlangsung sehari penuh itu juga diisi dengan seminar yang menghadirkan Coco Kokarkin, PT Bomar, sesi diskusi yang menghadirkan Andika, Skretting, dialog dengan para stakeholder hingga pemilihan ketua Hipilindo periode 2023-2028.
Di sesi terakhir munas, akhirnya terpilih Pangihutan Sitorus, sebagai Ketua Hipilindo periode 2023-2028 mengungguli dua calon lainnya yakni I Gusti Arya Ameri Eman Himawan dan Dharma Manggala. Dalam waktu dekat, Sitorus bersama pengurus baru akan melakukan konsolidasi dengan pemerintah, berfokus pada pasar termasuk subsidi biaya transportasi.
“Ini kan kondisi budidaya masih terpuruk pasca covid. Sebelum itupun sudah terpuruk karena banyak keramba yang tutup. Dalam waktu dekat akan sinergikan teman-teman pembudidaya dan berkonsolidasi dengan pemerintah supaya mendukung bagaimana pembudidaya ini bisa hidup kembali,” ujar Sitorus.
Yang ia imbuhkan tentunya disinergikan juga dengan pasar. “Kemarin kita terkendala pasar. Kerapu ini kan di pulau-pulau kecil. Pusat sentra benihnya di Situbond dan Bali. Biaya transport-nya kan besar. Kita minta dukungan pemerintah bagaimana bisa subsidi transport pesawat ini,” imbuhnya.
Sitorus juga menekankan pentingnya road map budidaya yang harus memperhatikan kondisi lingkungan. Wilayah-wilayah mana yang tepat untuk dikembangkan aktivitas budidaya. “Roadmap budidaya ini yang jadi kuncinya. Kita harus memperharikan lokasi di mana kita bisa melakukan budidaya,” pungkasnya.edt/ning-denpasar