Jakarta (TROBOSAQUA). Potensi pasar ekspor produk perikanan Indonesia terus berkembang. Hal ini dibahas dalam Webinar Montly Series yang digelar Fishlog dengan tema “Revolusi Industri 4.0: Sertifikasi Perikanan Berkelanjutan Mendukung Konsorsium Seafood Indonesia ke Kancah Dunia”, baru-baru ini.
Salah satu narasumber, Erwin Dwiyana, Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP KKP, mengawali materinya dengan menguraikan volume dan nilai ekspor komoditas utama produk perikanan Indonesia. Disebutkannya, ekspor produk perikanan dari 2017 hingga 2022 mengalami kenaikan. Termasuk ekspor pada Januari-Februari 2023 mengalami peningkatan rata-rata 6,8% per tahun dari USD 608 juta pada 2017 menjadi USD 858 juta pada 2023 dan menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Impor juga meningkat rata-rata 12,2% per tahun dari USD 60 juta pada 2017 menjadi USD 112 pada 2023 serta meningkat 39,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Kendati begitu neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus rata-rata 6,4% pertahun sebesar USD 548 juta pada 2017 menjadi USD 746 juta pada 2023, namun menurun 17,3% dibanding tahun sebelumnya,” ujar Erwin di depan ratusan partisipan webinar dari berbagai daerah di Tanah Air.
Dilihat dari sisi komoditasnya, lanjut Erwin, maka udang masih menjadi komoditas utama ekspor dengan nilai USD 277,31 juta, diikuti tuna-cikalang-tongkol USD 144,53 juta, sotong-cumi-gurita USD 99,05 juta, rumput laut USD 75,70 juta dan rajungan-kepiting USD 70,05 juta.
Lalu negara tujuan utama ekspor adalah Amerika Serikat USD 304,67 juta (35,53%), disusul Tiongkok USD 140,52 juta (16,39%), Jepang USD 114,34 juta (13,33%), ASEAN USD 108,76 juta (12,68%), dan Uni Eropa USD 50,06 juta (5,84%). Pada 3 tahun terakhir, ekspor ke AS mengalami penurunan, namun masih dominan dan untuk Tiongkok mengalami kenaikan.edt/datuk-lampung