Rabu, 15 Maret 2023

Giuran Nila Tetap Membara

Giuran Nila Tetap Membara

Foto: 


Diiringi harga yang stabil di rentang rata-rata di atas Rp 20 ribu, pembudidaya nila tetap memilih memasarkan ke pasar lokal karena sesuai dengan size serta harga yang ditawarkan
 


Awal tahun ini, tren budidaya nila nasional masih naik daun berlanjut dari tahun kemarin. TB Haeru Rahayu, Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), mengatakan, salah satu alasan nila banyak dibudidayakan karena sifatnya yang ‘toleratif’. Alias, nila memiliki sifat toleransi tinggi sehingga dapat hidup di air bersalinitas diatas nol.

 


Imbasnya, tambah Tebe-panggilan akrabnya, tentu saja bisa membantu membentuk lebih banyak sentra-sentra budidaya nila, baik itu di wilayah perairan tawar maupun bersalinitas diatas nol. “Saat ini sentra produksi nila tersebar secara merata di Indonesia. Baik itu di pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi dan lainnya,” ungkap Tebe.

 


Terus berkembang nila contohnya dirasakan di Lampung awal tahun ini. Sebut saja Sirkam Efendi, pembudidaya nila di wilayah Desa Lugusari, Kabupaten Pringsewu-Lampung. Dia berucap, sentra nila terus berkembang.

 


Dimana dulunya nila hanya dibudidayakan Kabupaten Pringsewu, Tanggamus dan Lampung Barat (Danau Ranau). “Sementara sekarang nila juga berkembang pesat hingga ke Kecamatan Tanjungraja dan Abung Tinggi, Kabupaten Lampung Utara,” tambah Sirkam.

 


Contoh pula di Indramayu-Jawa Barat (Jabar), mengapa nila makin berkembang pada 2023 ini. Alwi Tunggul Priango bercerita, dulu di wilayahnya dominan kolam digunakan untuk budidaya udang dan bandeng. Pada 2019, berbeda dari kebanyakan, ia mencoba budidaya nila.

 


Ternyata harga lebih stabil dan jangka waktu pemeliharaan lebih cepat. Alhasil, kini Alwi lebih memilih menjadi pembudidaya nila. Awalnya hanya mengelola 8 kolam, sekarang mampu mengelola hingga 43 kolam.

 


    “Karena melihat usaha budidaya nila saya yang terus berkembang. Saat ini di wilayah saya, pembudidaya lainnya mulai beralih menjadi pembudidaya nila juga. Tambak-tambak yang sempat ditidurkan alias tidak berproduksi, sekarang dibangunkan kembali dan ditebar ikan nila,” kata Alwi menjelaskan perkembangan budidaya nila di daerahnya.

 


Di Jogjakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta atau DIY), juga merebak tren yang sama. Seperti yang dirasakan oleh Y Widiyanto. “Jika kita mencari ikan nila di sekitaran DIY, maka kita bisa langsung ke wilayah Sleman. Kalau mencari segmen pembenihan, pendederan atau pembesaran nila langsung saja ke sana,” jelas Widiyanto.

 


Selain Sleman, sambungnya, budidaya nila juga sedang berkembang pesat di arah pantai selatan Jogjakarta. Pembudidaya mengalihkan fungsi dari tambak-tambak udang yang kurang atau tidak produktif menjadi kolam budidaya nila.

 


Saat ini, pembudidaya juga lebih banyak memanfaatkan jejaring bisnis lokal. “Apalagi dengan mengetahui sentra-sentra produksi ikan, pembudidaya akan lebih mudah membentuk jejaring bisnis,” lanjut Widiyanto.


    
Harga Lebih Stabil di Pemancingan
Dengan banyaknya sentra ini, Tebe pun berharap kebutuhan akan nila nasional dapat terpenuhi. Apalagi pada 2023 ini KKP menargetkan produksi ikan nila sebanyak 2,73 juta ton dari total target produksi ikan yang mencapai 7,6 juta ton.

 


Menyambung tentang produksi nasional, Edi Pramono, pembudidaya nila di Blitar-Jawa Timur, memberi suara. Menurutnya, selagi nila yang dipanen memenuhi kriteria konsumen, maka ikan tetap akan laku. “Di Blitar, peluang usaha budidaya ikan nila itu masih besar. Saat ini, menjual ikan nila hasil budidaya tidak harus ke pengepul atau ke pasar. Tetapi bisa ke pemancingan. Dan menurut saya, pemilik pemancingan lebih berani untuk membayar dengan harga yang lebih mahal. Yaitu berkisar di harga Rp 24-25 ribu per kilogram (kg). Sementara ke pengepul normalnya ikan hanya dihargai Rp 23-25 ribu per kg,” ucapnya.

 


    Sama halnya dengan yang dirasakan Irwan Ginting, pembudidaya nila di Kabupaten Karo-Sumatera Utara. Menurutnya, peluang itu ada.
Tapi harga nila masih cukup rendah jika ikan dijual ke pengepul. Dengan nada suara yang lemas Irwan bercerita, pengepul hanya menghargai nila di angka Rp 23-25 ribu per kg. Menjual ikan ke kolam pemancingan lebih menarik. Mereka berani membeli dengan harga Rp 32-35 ribu per kg.

 


“Oleh karenanya, saat ini saya juga sedang mengembangkan kolam pemancingan, jadi hasil budidaya bisa langsung dilempar ke kolam pemancingan saja,” ujar Irwan. Ia juga bercerita tentang programnya di 2023 ini yang mengalihkan beberapa kolam budidayanya menjadi kolam pemancingan.

 


Masih di daerah yang sama, M. Ridwan Purba, pembudidaya nila sistem bioflok sejak 2022. Saat ini, ujar Ridwan, dengan modal produksi Rp 17 ribu untuk 1 kg nila, bisa menjual hasil panen Rp 35 ribu per kg. Dengan catatan, penjualan dilakukan langsung ke warga dan ke kolam pemancingan sekitar lokasi budidaya.

 


Bergeser ke sisi ujung selatan Pulau Sumatera, tepatnya Kabupaten Pringsewu. Ditemui di sela kesibukannya, Sirkam menceritakan adanya tren peningkatan permintaan nila di daerahnya dan perubahan harga yang lebih baik.

 


Sirkam berujar, meningkatnya jumlah permintaan beberapa waktu ini diduga karena berkurang produksi nila dari Danau Ranau Kabupaten Lampung Barat dan Lubuk Linggau-Sumatera Selatan. Menurunnya produksi dari pembudidaya di sana diakibatkan oleh kematian massal dan rehabilitasi saluran irigasi. Bak angin, lanjut Sirkam, harga jual nila mengalami kenaikan. Sebelumnya, harga nila hanya 19-20 ribu per kg. Kini naik menjadi Rp 23-25 ribu per kg.

 


Tidak berbeda jauh dengan pembudidaya di Sumatera, menurut Alwi, peluang pasar itu ada tapi pembudidaya harus memahami kondisi budidaya. Tujuannya, agar mudah memasarkan hasil panen dan memperoleh harga bagus. Alwi menjelaskan, ketika keramba jaring apung (KJA) panen raya, maka bakul (pengepul) akan dominan mengambil ikan dari sana. Dan saat itu, harga jual akan terjun bebas. Pernah mencapai Rp 16 ribu per kg.

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 130/15 Maret - 14 April 2023
 

 
Aqua Update + Inti Akua + Cetak Update +

Artikel Lain