Lombok (TROBOSAQUA). Festival budaya Bau Nyale merupakan kegiatan wajib yang diikuti oleh warga di Pulau Lombok-Nusa Tenggara Barat (NTB) setiap tahunnya. Gelaran budaya ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, dimana masyarakat berbondong-bondong menangkap cacing laut yang mereka sebut nyale, di area pesisir pantai bagian selatan khususnya daerah laut di Lombok Tengah dan Lombok Timur.
Menurut kepercayaan warga Lombok, nyale merupakan wujud dari Putri Mandalika yang terjun ke laut, lalu mengubah dirinya menjadi cacing berwarna-warni untuk menghindari pertikaian antara raja-raja yang memperebutkan dirinya. Sehingga setiap tahunnya, Nyale akan muncul di area pesisir pantai pada tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan tradisional suku Sasak, atau lima hari setelah purnama pada Februari atau Maret.
"Spirit pengorbanan yang dicontohkan Putri Mandalika menjadi motivasi bagi masyarakat Kuta yang telah menyerahkan lahannya untuk dikelola agar mendatangkan kesejahteraan bagi semua," ujar Sekretaris Daerah NTB, HL Gita Ariadi, mewakili Gubernur NTB pada malam puncak Festival Bau Nyale di Pantai Tanjung Aan, Jumat (10/03) dilansir dalam situs pemprov NTB.
Menurut berbagai sumber, secara ilmiah nyale adalah cacing laut berjenis Polychaeta. Dimana kemunculannya setiap tahun di pesisir pantai selatan pulau Lombok, dikarenakan adanya pemijahan secara massal atau disebut swarming. Warna-warni dari nyale, disebabkan oleh pewarna pigmen pada cacing laut tersebut. Biasanya jenis Polychaeta memiliki habitat di terumbu karang, dan menempel pada endapan batu atau permukaan yang keras.
Tahun ini, kegiatan Bau Nyale dilaksanakan pada (10-11/2) 2023 dan diikuti oleh ribuan masyarakat. Tidak hanya warga lokal, namun banyak wisatawan asing yang turut hadir pada acara tersebut. Mengingat lokasinya bertepatan dengan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, membuat acara ini selalu ramai setiap tahunnya.laras-lombok/edt
