Lampung (TROBOSAQUA.COM). Forum Komunikasi Praktisi Akuakultur (FKPA) mengukuhkan Waiso menjadi Ketua Umum (Ketum) definitif setelah hampir dua tahun dipimpin Pejabat Ketua Umum Eri Brahmantyo bersama Pejabat Ketua Harian Rudy Kusharyanto menyusul pengunduran diri Hanung Hernadi, Ketua Umum sebelumnya.
Acara pengukuhan Ketum digelar di Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan dan dihadiri sekitar 60-an pengurus periode 2019-2024 dan anggota FKPA. Prosesi pengukuhan ditandai dengan penandatangan dan penyerahan berita acara oleh Dewan Formatur yang hadir yakni Trisulo Utomo, Hanung Hernadi, Bambang Nardiyanto dan I Kade Suparta.
Lalu dilanjutkan dengan serah terima berita acara penyerahan berkas-berkas milik organisasi dari Pejabat Ketua Harian FKPA Rudy Kusharyanto mewakili Pejabat Ketua Umum Eri Brahmantyo kepada Waiso.
Berikutnya acara diisi dengan sambutan-sambutan yang diawali oleh Rudy Kusharyanto. Ia berharap dengan ketum definitif bisa mennyelesaikan program—program kerja FKPA masa bakti 2019-2022 yang masih tersisa dua tahun fokus dengan didukung personalia pengurus yang sudah disiapkan ketum definitif.
Sementara Hanung Hernadi menyatakan, FKPA memiliki hampir 500-an anggota yang tersebar di berbagai sentra tambak udang di Indonesia dan mancanegara. FKPA sudah menjadi mitra bagi instansi/badan pemerintah terkait, mulai dari KKP, Badan Karantina, Balai Budidaya. Bahkan terakhir FKPA juga diminta untuk menjadi mitra FAO dalam program biosekuriti di sektor akuakultur.
Waiso sendiri berjanji segera menyusun kepengurusan guna menjalankan program kerja masa bakti 2019-2024 yang masih tersisa. Lalu ia juga mengajak anggota untuk lebih akktif di FKPA.
Sebab, katanya, FKPA adalah solusi bukan beban bahkan problem. Melalui FKPA semua persoalan di tambak bisa dicarikan solusinya, mulai dari teknis budidaya, seperti serangan penyakit udang sampai persoalan ketenagakerjaan dengan pemilik tambak.
“Untuk mengendalikan penyakit tentu akan lebih mudah dicarikan solusinya jika kita diskusikan bersama, dibandingkan dengan dipikirkan sendiri. Yakinlah banyak kepala dengan latar belakang ilmu dan pengalaman yang berbeda akan lebih baik daripada satu kepala dalam memikirkan suatu masalah,” Waiso menggambarkan.
Untuk itu ia berjanji akan menjalankan kembali diskusi rutin bulanan di setiap korwil. Sebab, lanjutnya, persoalan di masing-masing korwil berbeda makanya kita bahas di lapangan sehingga bisa dicarikan solusinya.
Terdapat sejumlah program kerja yang direkomendasikan peserta Mubes. Di antaranya pengadaan sekretariat FKPA dengan merekrutmen sekretaris yang bisa berbahasa Inggris. Lalu, pembenahan kelembagaan organisasi dengan membentuk Korwil di kabupaten yang tidak mempunyai pantai, tetapi memiliki sentra aquakultur. Di samping itu, program peningkatan SDM anggota, kewirausahaan dan sosial tetap akan dilanjutkan. Peningkatan SDM melalui diklat, workshop, diskusi, seminar melalui kerja sama dengan organisasi lainnya, seperti MAI, IPPBS, SCI/SCL.
Waiso terpilih untuk melanjutkan kepemimpinan Hanung Hernadi yang terpilih secara aklamasi pada muswarah besar anggota Desember 2019 menggantikan Taufik Hidayat-- ketua periode 2014-2019. Hanung sendiri sudah pernah memimpin FKPA pada pariode 2011-2014.
FKPA berdiri di Bandarlampung tanggal 20 Agustus 2007 dan baru diaktekan pada notaris Erdy Muluk pada 18 Februari 2009. Kepengurusan periode pertama 2007-2011 diketuai Agung Triasto, Wakil Ketua Hanung Hernadi, Sekretaris Yusuf dan Nuryanto serta Bendahara Suhoiri. Namun dalam perjalanannnya Agus Triasto mengundurkan diri.
Pada akhir Oktober 2011, FKPA menggelar rapat umum anggota dan terpilih Hanung Hernadi sebagai ketua, Heru Dwi Utomo sebagai wakil; Suhoiri dan Jese Nababan sebagai sekretaris; Joko Wahyudi dan Asri sebagai bendahara.
Selain memiliki kordinator wilayah (korwil) di semua kabupaten/kota di Provinsi Lampung, FKPA juga memiliki Korwil di beberapa provinsi di Indonesia, seperti di Provinsi Bengkulu dengan Korwil Didi Jumaedi, Bangka-Belitung (Rusdi Samsuri); Banten-Jawa Barat (Herman); Jawa Tengah-Jawa Timur (Suhoiri) dan Nusa Tenggara Barat- Nusa Tenggara Timur (Nainggalas).
Saat ini FKPA memiliki anggota sekitar 500 orang yang tersebar di semua sentra tambak udang di Tanah Air dan sejumlah negara produsen udang, seperti Malaysia, Vietnam, Thailand Ekuador dan.ue/datuk-lampung