Kamis, 15 Desember 2022

Pilihan Konstruksi KJA Waduk

Budidaya udang keramba jaring apung di perairan waduk lebih nyaman dengan konstruksi yang kuat dan awet sesuai kebutuhan
 


Siang itu tim TROBOS Aqua berkesempatan berkeliling Waduk Jatigede Sumedang Jawa Barat dengan menggunakan perahu. Sepanjang perjalanan, tampak susunan Keramba Jaring Apung (KJA) yang tertata secara berkelompok di berbagai sisi waduk Jatigede.

 


Sembari mengendalikan laju perahu, Dudu Rahayu yang juga seorang pembudidaya ikan nila dan mas di Waduk Jatigede menceritakan, saat ini lebih dari 500 petak keramba yang kini beroperasi di Waduk Jatigede. Terdapat 2 jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat rangka keramba
tersebut, yaitu yang terbuat dari bambu dan kombinasi antara bambu serta besi.

 


Konstruksi KJA
Saat tiba di KJA-nya, Dudu menyambung ceritanya mengenai kontruksi KJA di Waduk Jatigede, pemilihan bahan baku rangka tergantung pada kondisi keuangan si pemilik. Hal ini karena perbedaan biaya pembuatan antara kedua bahan tersebut cukup jauh.

 


“Biaya keramba yang menggunakan besi yang ditambahkan bambu sebagai rangka memanglah lebih mahal di bandingkan kerangka full bambu ataupun kayu. Tapi biaya tersebut seimbang dengan umur teknis bahan tersebut. Keramba yang menggunakan rangka besi memiliki umur pakai yang lebih panjang,” jelas Dudu.

 


Ikut menjelaskan soal konstruksi KJA, Ade Koswara yang juga pembudidaya di sekitaran Waduk Jatigede mengatakan,  keramba yang menggunakan bambu atau kayu paling hanya bertahan 2 tahun, selanjutnya diperbarui kembali. Kalau menggunakan rangka besi, keramba bisa bertahan hingga
10 tahun lamanya.

 


“Disepanjang jalan tadi lihatkan, banyak  keramba yang ter bengkalai. Bentuknya sudah tidak jelas lagi. Ya itu rata-rata keramba yang menggunakan rangka bambu. Ketika sudah rusak, pembudidaya sudah malas memperbaiki kembali atau tidak memiliki biaya lagi untuk reparasinya,” kata Ade sambil
menunjuk- nunjuk keramba di kejauhan.

 


“Diawal kegiatan budidaya, kebanyakan pembudidaya disini menggunakan bambu sebagai rangka KJA. Maksimal 2 tahun, selalu saja perlu adanya perbaikan-perbaikan bahkan pergantian rangka akibat bambu digunakan lapuk dimakan waktu. Pada akhirnya, mulailah ber alih ke rangka besi yang waktu pemakaiannya bisa mencapai 10 tahun,” jelas Ade.

 


Yang tak kalah penting dari rangka yaitu jaring. Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di Waduk Jatigede umumnya terbuat dari bahan PE (Polyethylene). Dengan mata jaring berukuran 1 inci. Jika ukuran kantong jaring untuk KJA biasanya hanya berukuran 4 x 4 m. Berbeda dengan yang digunakan pembudidaya di Waduk Jatigede, Dudu mengungkapkan, kantong jaring yang digunakan di Waduk Jatigede memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan di lokasi lainnya. Yakni, jaring utama atau biasa disebut dengan jaring dolos memiliki ukuran yang mencapai 6,5 x 7 x 6 m dengan mata jaring berukuran 1 inci. Sementara untuk jaring luar atau biasa disebut jaring kolor memiliki ukuran 14 x 14 x 7 m.

 


Dalam penggunaannya, jaring akan diperiksa setiap 2 minggu sekali. Guna mengetahui apakah ada bagian jaring yang rusak atau tidak. Apabila dijumpai kerusakan maka langsung diperbaiki dengan cara dijahit. Kerusakan jaring, ungkap Ade, biasanya disebabkan oleh ikan toman yang masih banyak di perairan Jatigede. Selain menyebabkan kerugian jaring yang rusak, hal ini juga dapat menyebabkan hilangnya ikan di dalam jaring. “Pernah kejadian di
pembudidaya lain, ketika panen, ikan yang dihasilkan hanya 200 kg. Jauh dari estimasi

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 127/15 Desember - 14 Januari 2023

 
Aqua Update + Andalan Air Tawar + Cetak Update +

Artikel Lain