Kamis, 15 Desember 2022

Galakkan Surveilans untuk Cegah Penyakit Udang

Petambak dihadapkan pada berbagai tantangan, selain harga  pasar saat ini, penyakit tentunya selalu menjadi momok tersendiri

 


Saat ini industri udang sedang diterpa berbagai macam per soalan, khususnya penyakit. Menurut Denny D Indradjaja, Sekretaris Jenderal Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), harga udang turun karena kondisi geoplitik, resesi, sulitnya pengangkutan dan lockdown di berbagai negara. “Dulu hampir 90% udang Ekuador diekspor ke China, karena China menyenangi udang Ekuador ukuran besar yang dibudidayakan secara semi intensif/ tradisional dan perutnya bersih dari pakan. Pakannya additional feed bukan full feed seperti kita sehingga harganya murah karena biaya produksi rendah. Lebih murah 16 ribu/kg dari harga udang Indonesia. Dan udang India juga lebih murah 9 ribu dari Indonesia,” tutur Denny.

 


Karena itu, lanjutnya, ini tantangan bagi udang nasional. Perlu disiasati agar udang Indonesia kembali mampu bersaing di pasar global. Selama ini sebanyak 75-80% udang Indonesia diekspor ke AS. “Kita sudah wanti-wanti agar tidak terlalu tergantung pasar AS. Kita perlu berkaca ke Vietnam yang mengekspor 30% udangnya ke AS, 30% ke Jepang dan ke Eropa juga 30%. Sementara kita terlalu mengandalkan pasar AS hampir 80%, ke Eropa hanya 5%, dan ke China hanya 10 ribu ton, padahal China impor 100 ribu ton udang,” ungkap Denny.

 


Ketika China melakukan lockdown dan AS mengalami resesi maka permintaan udang berkurang. “Lalu Ekuador mengalihkan ekspor udangnya ke AS. Padahal Equador tidak bisa memproses udang karena biaya tenaga kerjanya sangat mahal, di mana UMR tenaga kerja mereka 3 kali lebih tinggi dari
Indonesia. Persoalan ini juga perlu didiskusikan, selain soal teknologi,” tambahnya dalam webinar tentang budidaya udang beberapa waktu lalu.

 


Surveilans
Lebih dalam mengenai penyakit, Dany Yukasano National Technical  Service Manager Grobest Indomakmur menyoroti pentingnya surveilans dalam me ngendalikan penyakit udang. Disebutkannya, yang paling mempengaruhi terjadinya penyakit pada udang adalah lingkungan. Pada saat lingkungan memburuk membuat udang lemah dan mudah terkena penyakit.

 

 

Pendekatan yang dilakukan adalah implementasi langkah-langkah biosekuriti untuk mencegah masuknya dan penyebaran penyakit. Meningkatkan kesehatan udang dengan pemberian immunostimulant/functional feed untuk meningkatkan respons kekebalan terhadap potensi wabah penyakit. Menjaga Kualitas air dan dasar tambak selalu dalam kisaran optimal untuk mencegah udang stres dan munculnya pemicupenyakit. Dan surveilans penyakit untuk
penerapan tindakan korektif (contingency plan) jika terjadi wabah, tanpa penundaan, sehingga meminimalkan dampak negatif.

 


Jadi inangnya diberi immunostimulant/ functional feed, patogennya dicegah dengan biosekuriti/desinfektan yang baik dan lingkungan diperbaiki dengan kontrol kualitas. Lalu petambak harus melakukan surveilans penyakit yakni langkah-langkah pencegahan sebelum penyakit muncul.

 


“Lalu, bagaimana kita tahu udang sakit, mulai dari fase rentan, tanda subklinis, dan tanda klinis. Sebab kebanyakan kita tahu setelah tanda klinis muncul, sudah ada kotoran putih, bintik putih, dan ekor merah. Padahal langkah yang terbaik adalah mengambil tindakan sebelum gejala-gejala klinis muncul,” sebutnya.

 


Dicontohkannya, pada hepato udang sehat terdapat vibrio 10 pangkat 3. Jika sudah terkena AHPND vibrio pada hepato naik menjadi 10 pangkat 5. Udang yang sudah sakit parah sudah menjadi 10 pangkat 7. Jadi untuk mencegah AHPND adalah melakukan cek hepato udang secara rutin. Lalu amati perkembangan kesehatan hepato udang.

 

 
Jangan tunggu hepato kosong, baru ambil tindakan. Amati trend perkembangan hepatonya guna ambil tindakan. Selanjutnya indeks kesehatan udang
bisa diketahui dari Chromatophores saluran pencernaan. Chromatophore terkonsentrasi berwarna hitam menunjukkan kondisi  bagus udang normal. Chromatophore mulai menyebar berwarna hitam kemerahan merupakan gejala udang mulai mengalami stress ringan. Lalu Chromatophore menyebar berwarna kemerahan sebuah gejala udang sudah mengalami stres.

 


Lalu pelaku budidaya juga harus memahami pola-pola kematian udang. Jika kematian massal tiba-tiba. Di mana udang yang kemarin masih makan dan
sehat tiba-tiba mati, 100% kemungkinan racun masuk ke tambak pH. Jika kematian kronik bisa karena bakteri/virus dan kualitas yang tidak baik.

 


Pengecekan rutin kualitas air dan kesehatan udang juga perlu dilakukan. Secara diagnostics penyakit memiliki organ target yang berbeda beda. Untuk WSD, kaki renang (pleopods) yang dipilih; untuk IMNV jaringan otot atau pleopods. Pengecekan lainnya melalui rapid strip test vs Pockit PCR. Namun PCR dan rapid strip test methods

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 127/15 Desember - 14 Januari 2023

 
Aqua Update + Primadona + Cetak Update +

Artikel Lain