Kamis, 15 Desember 2022

Investasi Udang di Penghujung Pandemi

Usaha budidaya udang nasional siap gas lagi untuk investasi setelah pandemi, sayangnya masih tertahan beragam tantangan klasik


Badai pasti berlalu, pepatah itu cukup bisa menggambarkan kondisi masa pandemi saat ini. Menurunnya kasus Covid 19 sejak awal hingga akhir tahun 2022 mendorong ekonomi nasional dan global kembali berputar. Hampir semua bidang bisnis kini mulai berbenah dan bangkit menuju keaaan semula. Tak terkecuali bisnis budidaya udang. Sempat stagnan di awal masa pandemi, tak butuh waktu lama bagi industri perudangan nasional untuk kembali berputar. Industri pengolahan hasil perikanan misalnya, ada yang sempat dikabarkan akan mengurangi dan bahkan menyetop produksi.

 


Kepanikan yang melanda industri processing (pengolahan)udang langsung menimbulkan ketidakpastian bagi para petambak. Namun beruntung kepanikan tak berjalan lama, pabrik processing sudah kembali berjalan normal. Bahkan ekspor udang Indonesia pada 2020 dikabarkan meningkat dari sisi volume dan terutama nilainya.

 


Secara umum hampir di seluruh wilayah Indonesia situasi pandemi tak begitu berpengaruh langsung pada produksi udang. Perjalanan logistik yang sempat diperketat di awal-awal pandemi, mendapat pengecualian bagi logistik pengangkut hasil perikanan. Sehingga pengiriman hasil panen menuju pabrik juga tetap berjalan normal. Kondisi ini pun mendorong petambak untuk terus berproduksi bahkan ada sebagian yang terus berekspansi. Meski tak seagresifekspansi pada saat sebelum pandemi, tapi pengembangan tambak baik pemanfaat tambak mangkrak maupun pembukaan lahan tambak baru terus dilakukan. Data KKP 2018 menunjukkan, potensi lahan tambak pesisir Indonesia ada sekitar 2,2 juta hektar dan baru dimanfaatkan sekitar 757 ribu hektar (sekitar 25 %). Artinya ruang untuk perluasan tambak udang masuk sangat terbuka.

 


Investasi 2022
Sekelumit gambaran perkembangan investasi usaha budidaya tambak udang sepanjang tahun 2022 diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Shrimp Club Indonesia (SCI), Rizky Darmawan. Rizky yang merupakan generasi kedua keluarga pengusaha tambak udang mengelola usaha tambak udang daerah Sumbawa Nusa Tenggara Barat.

 


Tambak keluarganya mulai dibangun pada tahun 2008 dan mulai beroperasi pada tahun 2009. “Kami juga terus berekspansi sehingga tambak tersebut sekarang memiliki sekitar 20 hektar area produksi. Produksi per hektar per siklus kita rata-rata berada pada angka 25 ton/ha,” kata Rizky kepada TROBOS Aqua.

 


Ia menambahkan, ada tahun 2022 Rizky selesai membangun dan mulai mengoperasikan tambak baru di daerah Tambora, Sumbawa dengan sistem joint venture dengan beberapa investor lain. Lokasi nya berada di kaki gunung Tambora dengan luasan lahan yang terbangun sekitar 12 hektar. “Selain di lahan tersebut kita masih terus berupaya untuk ekspansi di daerah-daerah lain di Indonesia dan berencana untuk mulai membangun di beberapa site tahun depan (2023),” ungkap Rizky semangat.

 


Investasi usaha budidaya udang juga tumbuh di daerah lain seperti di Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah (Kalteng). Mulai pertengahan tahun 2022, pemerintah Provinsi Kalteng mulai menjalankan proyek pengembangan Shrimp Estate atau tambak udang intensif.

 


Dijelaskan Bupati Sukamara Windu Subagio, saat ini tengah dilakukan pembukaan dan pembenahan lahan untuk pengembangan tambak udang intensif (Shrimp Estate) seluas 40 hektar, di Desa Sungai Raja Kecamatan Jelai kabupaten Sukamara. “Sebagian lahan dari tambak mangkrak bekas budidaya windu, sebagian lagi pembukaan lahan tambak baru,” saat ditemui pada acara seminar perudangan Kemenkomarver di Jakarta belum lama ini.

 


Menurut Windu, anggaran dari pemerintah provinsi yang disiapkan sekitar Rp 85 miliar. Rencana tambak akan dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sukamara melalu Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD). Targetnya tahun 2023 tambak yang dibenahi sudah bisa beroperasi. Target produksi antara 20 sampai 30 ton per hektar.

 


“Kita coba kembangkan udang melihat potensi garis pantai di kabupaten Sukamara yang cukup panjang. Kita melihat udang merupakan usaha budidaya udang yang sangat berpotensi dari sisi keuntungan, meski perlu permodalan yang cukup besar pula,” kata Windu.

 


Arah positif investasi tambak di daerah NTB dan Kalteng berbeda dengan daerah sentra budidaya udang lainnya, seperti Lampung. Diungkapkan Ketua SCI Lampung, Ali Kukuh, secara umum usaha tambak udang kembali normal pasca pandemi Covid-19 reda. Hanya kebangkitan usaha tambak terganggu oleh turunnya harga jual udang. Padahal, untuk penyakit mulai terkendali, kecuali di beberapa kawasan.

 


Untuk ekspansi tambak, dari informasi yang ia terima terdapat beberapa investor asing yang berminat membuka tambak di Provinsi Lampung pada tahun ini. Hanya Ali belum tahu apakah mereka sudah mendapatkan lahan atau belum. Persoalannya, sejumlah kabupaten sudah menutup diri untuk pengembangan

 

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 127/15 Desember - 14 Januari 2023

 
Aqua Update + Inti Akua + Cetak Update +

Artikel Lain