Selasa, 15 Nopember 2022

Prof Dr Ir H Mas Tri Djoko Sunarno, MS: Pentingnya Kualitas Pakan dan Feeding Method dalam Budidaya

Prof Dr Ir H Mas Tri Djoko Sunarno, MS: Pentingnya Kualitas Pakan dan Feeding Method dalam Budidaya

Foto: 


Kalau dilakukan dengan baik dan benar, tidak ada bedanya penerapan antara pakan apung dan tenggelam. Bila pembudidaya cenderung memilih pakan apung, biasanya lebih karena alasan kepraktisan dan terapung (bisa terlihat).

 


Dalam menerapkan pemberian pakan untuk ikan budidaya, khususnya pakan pelet, minimal dua faktor harus dipenuhi. Yakni; kualitas pakan dan metode pemberian pakan.

 


Pembudidaya ikan, khususnya ikan air tawar, harus melihat kebutuhan dari ikan yang dibudidayakan. Misalkan untuk pakan pelet yang terbagi dalam kategori pakan apung dan tenggelam. Kualitas pakan tentu mempengaruhi kandungan nutrisi di dalamnya untuk pertumbuhan dan performa ikan.

 


Terkait kualitas pakan, proses pembuatan pakan apung akan turut mempengaruhi kualitas pakan yang dihasilkan. Ada kalanya kualitas pelet apung relatif lebih rendah daripada pelet tenggelam karena proses pembuatannya. Ada waktu dimana pelet apung dilakukan proses heating yang membutuhkan panas diatas 100 derajat Celcius.

 


Proses ini harus dilakukan dalam waktu cepat, karena jika tidak, akan mengancam kualitas pakan, khususnya terhadap kualitas asam amino. Sementara peran asam amino begitu penting, terutama dalam proses pertumbuhan.

 


Untuk itulah, pembudidaya harus cermat dalam kualitas pakan pelet ini. Terlebih, jika pembudidaya tidak terlalu memikirkan teknis seperti ini, dan lebih mengarah kepada daya apungnya saja. Hal ini bisa bermasalah.

 


Selanjutnya, adalah metode pemberian pakan (feeding method). Asumsinya, baik pakan tenggelam atau apung, akan ditentukan oleh feeding method-nya. Yang berarti orangnya, alias pelaku usaha atau pembudidaya itu. Apakah pelaku usaha itu tahu tidak cara pemberian pakannya. Di lapangan, jika ada teknisinya, diajari tidak mereka feeding method-nya.

 


Kalau dilakukan dengan baik dan benar, tidak ada bedanya penerapan antara pakan apung dan tenggelam. Bila pembudidaya cenderung memilih pakan apung, biasanya lebih karena alasan kepraktisan dan terapung (bisa terlihat). Contoh di keramba jaring apung (KJA), penggunaan pakan apung umumnya disebabkan secara visual yang gampang terlihat.

 


Namun, mau pakan apung atau tenggelam, kalau tidak dihitung satiasi (pemberian pakan hingga ikan tidak mau makan lagi)-nya, tentu akan terbuang. Bisa saja misalnya di KJA itu terapkan pakan apung, dan biar pakan tidak hanyut, di sekitar keramba dikasih jaring.

 


Bukan masalah lari atau tidak larinya, tapi justru kepada tidak atau tidak tepat men-training orang yang memberi pakan itu. Ikan bisa mendatangi kemana pakan itu berada, dan harus ada proses adaptasi terhadap metodenya. Bila penerapan metode tidak dilakukan demikian, tidak ada adaptasi dan tidak melihat satiasi ikan, pakan akan terbuang. Yang nantinya, pakan terbuang ini bisa berakibat pada polusi perairan.

 


Artinya, feeding method menjadi penting untuk mengatasi pengurangan waste dari pembuangan pakan, baik itu pakan terlepas dari kualitasnya. Kalau kualitas bagus, feeding method bagus, berarti oke. Jika kualitas pakan jelek, feeding method bagus, ya tidak oke.

 


Standar kualitas pakan tentunya diatur dalam SNI (Standar Nasional Indonesia). Sementara untuk kualitas SDM (sumber daya manusia) terkait feeding method, tentunya diatur dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia).

 


Makanya, bila asumsinya pabrik pakan diawasi SNI-nya terkait kualitas pakannya, pembudidaya itu diawasi standar kualitas SDM  melalui SKKNI-nya. Bila standar itu dipraktikkan, ujungnya hanya tinggal memilih penggunaan pakan apung atau tenggelam.

 


Misalkan aplikasi dengan pakan apung, pembudidaya harus aware dengan kualitasnya. Yang mana kualitas ini bergantung dari proses pembuatannya tadi. Jika pembudidaya bisa percaya bahwa proses yang dilakukan produsen pakan itu bagus, berarti kualitas pakan apung akan bagus. Tinggal menerapkan feeding method-nya.

 


SKKNI yang memuat bagaimana feeding method juga bisa dilihat pada Keputusan Menteri Ketenagakerjaan (Kepmennaker) Republik Indonesia No 1 Tahun 2018 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Budidaya Perikanan. Dalam Kepmennaker ini tertera cara menyediakan pakan ikan budidaya.

 


Dalam Kepmen ini, deskripsi unit kompetensi ini melibatkan pelaksanaan berbagai kegiatan penyediaan pakan, termasuk penanganan dan permesinan pakan dan melakukan pengamatan khusus atau umum. Hal ini mencakup menerjemahkan instruksi dan menggunakan peralatan yang sesuai.

 


Uraian awal elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja terdiri dari elemen yang menjelaskan manfaat dari unit kompetensi. Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja terdiri dari mempersiapkan pemberian pakan, menyediakan pakan, dan melengkapi kegiatan pasca pemberian pakan. Keterampilan yang diperlukan disajikan dalam tabel. Sementara batasan variabel terkait feeding method juga disajikan dalam tabel.

 


*Periset Akuakultur, Nutrisi, dan Teknologi Pakan Ikan
Organisasi Riset Kebumian dan Maritim, Pusat Riset Perikanan
Badan Riset dan Inovasi Nasional

 

 

 
Aqua Update + Anjungan + Cetak Update +

Artikel Lain