Penggunapan pakan apung di keramba jaring apung kini kian mendominasi dengan alasan efisiensi dan ramah lingkungan
Budidaya ikan di waduk atau danau dengan Keramba Jaring Apung (KJA) sudah lama berkembang di berbagai daerah. Umumnya ikan yang dibesarkan di KJA ketika awal KJA berkembang di berbagai perairan umum adalah ikan mas. Jenis pakan yang digunakan adalah pakan tenggelam. Kemudian dari waktu ke waktu budidaya KJA berkembang juga ke jenis ikan lainnya seperti nila, patin, dan gurami.
Teknologi pakan pun terus dikembangkan yang kemudian dihadirkannya pakan apung. Perlahan namun pasti penggunaan pakan apung di KJA perairan umum pun kian mendominasi. Seperti yang terjadi di Waduk Saguling Bandung Barat, menurut Iman Somantri, Agen Pakan di Saguling, dulu pakan yang ia suplai kepada pembudidaya di Saguling 80 %-nya adalah pakan tenggelam. Sedangkan pakan apungnya hanya 20 % saja.
“Saat ini kira-kira 4 sampai 5 tahun terakhir terjadi kebalikannya. Kini pembudidaya KJA 80 % menggunakan pakan apung dan 20 % pakan tenggelam. Perharinya saya bisa menyuplai hingga 10 ton pakan apung untuk daerah Saguling saja,” ungkap Iman kepada TROBOS Aqua. Ia menambahkan, kesadaran menggunakan pakan apung tidak didorong oleh pemerintah setempat, melainkan inisiatif dari para pembudidaya sendiri.
Cerita Pembudidaya
Tentunya ada alasannya kenapa pakan jenis apung kini mendominasi budidaya ikan di KJA. Menurut Samsudin atau biasa disapa Saden, pembudidaya ikan nila dan mas di Waduk Saguling Jawa Barat, sejak awal budidaya ikan nila di danau tersebut tepatnya 10 tahun yang lalu, ia telah menggunakan pakan apung.
Menurutnya, ikan nila merupakan jenis ikan yang sering berenang di permukaan air, sehingga akan lebih cocok dan lebih banyak pakan yang termakan jika menggunakan pakan apung dibandingkan dengan pakan tenggelam. “Pemberian pakan apung terasa lebih efektif dan efisien,” kata salah seorang pembudidaya pelanggan PT Suri Tani Pemuka ini.
Lalu ada Dedih, pembudidaya ikan nila dan mas di Waduk Saguling yang ikut bercerita, pada awal budidaya tahun 2007, ikan nila yang ia pelihara menggunakan full (penuh) pakan tenggelam. Lalu terjadi pergantian menggunakan pakan apung pada tahun 2018. Peralihan ini terjadi karena Dedih mulai menyadari pemberian pakan dengan menggunakan pakan apung membuat pembudidaya dapat langsung mengetahui pakan yang diberikan habis termakan oleh ikan atau terbuang sia-sia.
Sementara itu, untuk ikan mas, Dedih dan Saden mengaku masih menggunakan pakan kombinasi antara pakan apung dan pakan tenggelam. Di dua minggu pertama, ikan mas diberikan pakan apung, lalu mulai menggunakan full pakan tenggelam. “Ketika diberikan pakan tenggelam, pencapaian bobot untuk panen terjadi lebih baik dibandingkan menggunakan pakan apung,” ungkap Dedih.
Pakan Apung VS Tenggelam
Ada sejumlah hal yang menjadi pertimbangan pembudidaya dalam memilih menggunakan pakan apung maupun pakan tenggelam. Masing-masing pakan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti yang dikemukakan oleh Theresia Audita Guretti, drh., M.Vet., Technology Application Manager Cargill Aqua Nutrition, kelebihan dari penggunaan pakan apung di KJA waduk atau danau adalah observasi nafsu makan dan kapasitas konsumsi pakan dapat terlihat dengan jelas. Karena pakan tersebut akan mengapung di permukaan air, sehingga mempermudah dalam pemberian pakan.
Theresia menjelaskan, pakan apung juga diproduksi melalui proses pemasakan yang lebih optimal sehingga kecernaan pakan apung lebih tinggi dan lebih ramah terhadap lingkungan karena dapat meminimalisir hasil buangan (waste). Selain itu proses pemasakan pada mesin ekstruder menggunakan suhu yang lebih tinggi sehingga dapat mengurangi Anti Nutritional Factor (ANF) yang ada di dalam pakan.
Sementara, kata Theresia, kekurangan dari penggunaan pakan apung di KJA adalah harga pakan relatif lebih tinggi, sehingga modal untuk pembelian pakan juga relatif lebih tinggi. Namun perlu dilakukan analisa yang lebih rinci terhadap feed cost (biaya pakan) untuk mendapatkan perbandingan yang setara terhadap beban biaya pakan berdasarkan hasil FCR (Food Conversion Ratio) yang didapatkan.
Sependapat dengan Theresia, Bayu Sesarahardian, Feed Technology Manager PT Sinta Prima Feedmill mengatakan, salah satu keunggulan dari pakan apung adalah mudah dalam manajemen pemberian pakan, karena lebih mudah pengontrolannya. Sedangkan untuk pakan ikan tenggelam diperlukan manajemen khusus agar pakan tidak banyak terbuang.
Bayu memaparkan, penggunaan pakan ikan terapung juga dinilai akan menghasilkan efisiensi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan pakan ikan tenggelam. Pakan apung diproduksi menggunakan mesin ekstruder memiliki daya cerna yang lebih baik. Sejalan dengan penyerapan nutrien yang lebih baik, ikan yang diberi pakan terapung akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pakan ikan tenggelam.
“Beberapa pembudidaya di KJA yang mulai beralih dari pakan tenggelam ke pakan terapung dengan spesifikasi nutrien yang sama menginformasikan bahwa panen ikan bisa maju lebih cepat hingga 2 minggu dari sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu budidaya ikan akan lebih pendek sehingga putaran siklus produksi ikan dapat lebih cepat,” ungkap Bayu.
Dibalik banyak kelebihannya, pakan apung juga menyimpan kekurangan. Bayu menjelaskan, pembudidaya di KJA yang beralih menggunakan pakan apung perlu menambahkan jaring pengaman dengan ukuran mata jaring lebih kecil di sisi dalam jaring utama, kurang lebih setinggi 30 cm melingkari satu petak kolam. Tujuannya agar pada saat pakan ikan terapung ditebar tidak hanyut keluar dari kolam jaring apung.
Hal ini dikarenakan ukuran mata jaring utama biasanya 1 cm atau lebih sedangkan pakan apung yang dipakai di KJA di range 2 - 5 mm. Investasi menambah lapisan jaring pengaman agar pakan tidak keluar jaring merupakan salah satu hambatan pembudidya utk memakai pakan apung di KJA. Bila pemberian pakan apung tidak terkontrol dengan baik (berlebihan), maka pakan akan terapung dalam waktu lama dalam air, hal ini juga mengakibatkan nutrien pakan akan terlarut dalam air (bleaching), yang berdampak terhadap lingkungan perairan
Beralih ke pakan tenggelam, menurut Theresia, kelebihan penggunaan pakan tenggelam selain dari harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan pakan apung, pakan tenggelam juga dapat diaplikasikan untuk metode budidaya dengan keramba atau jaring bertingkat sehingga ikan pada jaring yang lebih dalam masih dapat mengkonsumsi pakan yang tenggelam.
Theresia memaparkan, kekurangan dari penggunaan pakan tenggelam adalah nafsu makan dan kemampuan konsumsi pakan tidak dapat teramati dengan jelas. Sehingga memerlukan ketelitian lebih dalam manajemen pemberian pakan untuk menghindari pemberian pakan yang berlebih (over feeding) karena dapat berdampak pada performa yang rendah dan juga berdampak terhadap lingkungan.
Pakan yang tidak termakan akan menjadi limbah yang dapat mencemari air. Untuk mengantisipasi hal tersebut, biasanya aplikasi pemberian pakan dapat dilakukan frekuensi yang lebih sering dengan jumlah yang lebih sedikit untuk meminimalisir pemeberian pakan yang tidak termakan oleh ikan. Metode pelemparan pakan pun juga perlu diperhatikan agar pakan dapat tersebar dengan merata.
“Masih banyaknya pembudidaya di KJA yang menggunakan pakan tenggelam untuk spesies ikan tertentu seperti bawal dan patin, dikarenakan ikan cenderung memiliki sifat makan di bawah air seiring dengan sifat ikannya yang mudah terkejut/stres bila dipermukaan ada orang atau benda-benda asing. Sehingga pakan tenggelam dianggap lebih baik,” kata Bayu.
Menurut Bayu, beberapa pembudidaya ikan mas pun sudah mulai beralih dari pakan tenggelam ke pakan apung dan sebagian besar pembudidya ikan nila sudah menggunakan pakan apung. Anggapan pembudidaya di KJA dimana untuk spesies ikan tertentu masih cocok mengunakan pakan ikan tenggelam dibandingkan dengan pakan ikan terapung perlu dikaji lebih dalam.
Dampak Lingkungan
Perhatian terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan budidaya kini mulai menjadi sorotan utama terutama dari pihak pemerintah. Menurunnya kondisi lingkungan perairan umum, selain diakibatkan limbah rumah tangga dan industri, kegiatan budidaya ikan pun disinyalir turut serta menyumbang limbah organik.
Untuk itu, pemilihan pakan yang digunakan selama kegiatan budidaya adalah hal penting. Kesadaran akan pentingnya pemilihan pakan yang tepat sudah terjadi pada pembudidaya di KJA Danau Ranau. Roni salah seorang pembudidaya di KJA Danau Ranau Lampung mengaku, pemilihan pakan apung, merupakan kesepakatan semua pemangku kepentingan (pembudidaya, masyarakat, pemerintah daerah) untuk menggunakan pakan apung pada budidaya ikan sistem KJA di danau tersebut.