Inve siap hadirkan produk-produk berkualitas guna mendukung dan mengoptimalkan konsep nursery pada budidaya udang
Konsep nursery (pendederan) merupakan satu tambahan langkah pada budidaya udang yang menjadi transisi dari periode hatchery ke growout. Konsep ini bertujuan meningkatkan biosekuriti dan efisiensi pada proses produksi yang dapat menghasilkan budidaya yang berkelanjutan dan menghasilkan keuntungan. Meskipun saat ini Indonesia belum memiliki standarisasi sistem budidaya udang sistem multifase, melihat hal ini, Inve Aquaculture Indonesia (Inve) mengadakan webinar dengan tema Nursery Gateway dengan menggunakan panduan dari INVE (21/6/21). Menghadirkan pembicarapembicara ahli di bidangnya dari dalam dan luar negeri.
Area Manager Inve Aquacuture Indonesia, Ester Rumantiningsih berharap webinar ini bisa memberikan wawasan dan membuka wacana bahwa konsep nursery menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan performa udang melalui biosekuriti yang ketat dan hasil yangkonsisten. Ia juga mengungkapkan melalui produk-produk dari Inve mulai dari hatchery, nursery, hingga growout Inve senantiasa hadir untuk membantu pembudidaya untuk memperbaiki performa. Sehingga bisnis yang dijalankan lebih konsisten, bisa diprediksi, dan berkelanjutan.
Amir Antoine Khalil, Commercial Project Manager Inve Aquaculture dalam presentasinya mengungkapkan tantangan utama yang harus dihadapi petambak saat ini adalah penyakit.
Kerugian akibat penyakit ini sangatlah besar. Menurutnya sudah saatnya diperlukan metode baru untuk mengatasinya, yaitu dengan menerapkan nursery sebagai periode transisi antara hatchery dan growout serta menetapkan standar performa khusus untuk periode ini. Metode nursery ini telah menunjukkan efisiensi yang sangat baik di berbagai negara Asia dalam menghadapi AHPND. “Tujuan utama nursery adalah untuk menghindari penyakit terutama pada periode awal budidaya dan juga untuk mengurangi waktu udang berada di kolam terbuka yang iklimnya susah dikendalikan,” tutur Amir.
Di Asia terdapat 3 model nursery yang dikembangkan Inve, yakni Booster, Nursing, dan PGO. Untuk Indonesia sendiri, Amir melihat 2 model yang bisa diterapkan yakni Booster dan Nursing. Booster lebih fokus pada peningkatan produktivitas, sedangkan Nursing fokus pada biosekuriti dan kesehatan udang.
Selanjutnya Arfindee Abru selaku Regional Technical Support Inve Aquaculture Thailand menyampaikan perkembangan nursery di Thailand. Negara ini sudah mengaplikasikannya sejak 10 tahun lalu sejak munculnya wabah AHPND yang sangat mempengaruhi produksi udang Nasional Thailand di tahun 2010. Abru melihat banyak sekali keuntungan yang diperoleh setelah menggunakan nursery. Diantaranya biosekuriti dan kesehatan benur lebih terkontrol, meningkatkan
Survival Rate (SR) atau kelangsungan hidup udang, siklusnya lebih cepat bahkan dalam 1 tahun bisa 4 siklus, serta lebih konsisten dan mudah diprediksi.
Berdasarkan data pengamatan yang dilakukannya di tambak Thailand, metode nursery jauh lebih menguntungkan dibandingkan non-nursery. Nilai SR mencapai 93 % dibandingkan dengan non-nursery nilainya hanya 65 %, terdapat perbedaan yang siginifikan hingga 30 %. Kemudian nilai FCR (konversi pakan) bisa dikurangi hingga 25 % dan ADG (penambahan bobot rata-rata harian) meningkat 11 %.
Dari sisi ekonomi Abru menujukan biaya benur jauh lebih irit hingga 28 % dibandingkan non-nursery. Begitu juga dengan pakan lebih hemat 14 % serta listrik lebih hemat hingga 25 %. Sementara itu Agus Subagyo, Sales Engineer Inve Aquaculture Indonesia juga menceritakan pengalamannya terkait implementasi nursery di Indonesia. Model nursery yang paling banyak digunakan adalah Nursing dan PGO. Berdasarkan pengamatannya di beberapa wilayah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Lampung, metode nursery memberikan hasil yang positif. Diantaranya nilai SR yang tinggi, dapat mengatasi munculnya penyakit AHPND, produktivitas meningkat, serta mengurangi biaya produksi.
Terkait dengan risiko model nursery, Inve menghadirkan Manuel Poulain, Technical Sales Support Manager Inve Aquaculture untuk membahas tentang faktor kritis yang menjadi indikator keberhasilan nursery. Dikatakan Manuel, penggunaan shading merupakan salah satu kunci pada nursery untuk mengendalikan
plankton dan menghasilkan air yang stabil untuk budidaya. Penilaian kualitas benur juga diperlukan untuk memastikan petambak dapat menghasilkan udang yang sehat.
Kombinasi dari ketiga parameter berikut: biomassa udang (3kg/m3), pakan (150-200 g/ m3/hari) dan kepadatan benur per liter akan menentukan waktu untuk transfer dari kolam nursery ke kolam budidaya. Model Nursery PGO memiliki risiko paling tinggi dibandingkan 2 model lainnya, dimana penyakit masih bisa muncul. Thailand dan Vietnam awalnya juga mengadaptasi PGO, namun kemudian beralih ke Booster dan Nursing karena lebih minim risiko. Ia juga menyebutkan Inve memiliki nursery support berupa solusi produk dan tim technical service yang siap membantu pembudidaya. TROBOS Aqua/Adv