Prof Johannes Hutabarat: Triptofan pada Pakan Udang Jerbung Tekan Kanibalisme

Prof Johannes Hutabarat: Triptofan pada Pakan Udang Jerbung Tekan Kanibalisme

Foto: dok. trobos
Prof Johannes Hutabarat

Udang jerbung (Penaeus merguiensis) merupakan salah satu jenis udang lokal yang hidup tersebar di seluruh perairan  Indonesia. Udang ini merupakan salah satu jenis yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sangat potensial untuk dikembangkan  sebagai komoditas budidaya, karena lebih tahan terhadap penyakit,  mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada semua tipe media budidaya,  dan  lebih menguntungkan dengan biaya produksi yang lebih efisien, 
 
 
Permasalahan yang sering dihadapi  dalam budidaya udang ternasuk udang jerbung adalah sangat rentan terhadap ancaman kanibalisme. Hal ini terjadi terutama  pada saat pergantian karapaks (moulting) karena tubuh udang tidak terlindungi, sehingga tingkat kematian udang (mortalitas)  akan meningkat akibat kanibalisme. 
 
 
Pada umumnya organisme air yang termasuk ke dalam golongan krustase mempunyai sifat kanibalisme yang cukup tinggi, akibat kurang tepatnya dalam menetapkan  manajemen pemberian pakan (feeding strategy and management) selama masa periode budidaya. Hal ini sering menjadi  salah satu faktor penyebab terjadinya kegagalan dalam budidaya udang akibat tingginya mortalitas udang.
 
 
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan tingkat  kanibalisme  dalam budidaya udang jerbung adalah dengan pemberian suplementasi asam amino triptofan dalam pakan udang. Penambahan asam amino triptofan dalam pakan  dapat mengurangi agresivitas pada udang, sehingga akan  mengurangi tingkat kanibalisme pada udang. 
 
 
Asam amino triptofan merupakan prekusor serotonin yang dikenal sebagai pineal hormone. Asam amino triptofan  merupakan pemicu serotonin bekerja secara optimal dalam meminimalkan agresifitas udang. Serotonin merupakan neurotransmitter hormone yang mengalami metabolisme membentuk melatonin yang bekerja secara langsung untuk mempengaruhi aktifitas organ. 
 
 
Penambahan triptofan kedalam pakan akan mengoptimalkan aktivitas neuron serotonik sehingga dapat mengontrol sifat kanibalisme. Proses kerja triptofan dalam otak berhubungan dengan serotonin yaitu monoamine neurotransmitter yang disintesis di dalam serotonergic neurons dalam sistem syaraf pusat (central nervous system) dan sel enterochromaffin dalam sistem pencernaan (gastrointestinal tract).
 
 
Triptofan  juga merupakan salah satu jenis asam amino essensial yang penting bagi pertumbuhan ikan, selain itu triptofan juga merupakan precursor untuk sintesis serotonin dalam otak. Penambahan triptofan yang dicampur dalam pakan  sudah dilakukan pada budidaya udang windu.
 
 
Guna mengetahui dosis yang tepat untuk meminimalisasi tingkat kanibalisme diujicobakan pada udang windu. Hasil uji coba menunjukkan bahwa tingkat kanibalisme terendah (4 %) pada budidaya udang windu (1,4 cm)  terjadi  pada penambahan triptofan sebanyak 1,5 %/jumlah dalam pakan. Sedangkan tingkat kanibalisme yang tertinggi terjadi pada pakan yang tanpa diberi triptofan (0 % triptofan,). Hal ini menunjukkan, bahwa, penambahan triptofan dalam pakan dapat menekan tingkat kanibalisme udang windu. 
 
 
Penambahan  triptofan dalam pakan juga  sudah dilakukan pada budidaya larva kerapu macan (0,13 g; 1,92 cm). Hasil uji coba menunjukkan bahwa penambahan dosis triptofan dalam pakan sebesar 1 % /jumlah pakan dapat mengurangi tingkat kanibalisme pada larva kerapu macan sampai sebesar 27,6 %.
 
 
Selain itu, penambahan asam amino triptofan dalam pakan ikan rucah sebanyak 1,5 % dari jumlah pakan       (total biomass) dapat menekan tingkat kanibalisme sampai sebesar 15,3 % pada budidaya benih rajungan (bobot rata2 : 0,05 g;lebar karapas: 7,2 mm). Termasuk dapat meningkatkan kelangsungan hidup (sintasan) pada krablet rajungan selama pemeliharan.
 
 
Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayah et al. (2020) menunjukkan bahwa penambahan triptofan sebesar 2,25 % per total jumlah pakan udang jerbung (1 gram/ekor) dapat mampu mencapai  tingkat kanibalisme sebesar 11.67±1,09 %.  Sedangkan penambahan triptofan 1,5 % mampu  mencapai tingkat  kanibalisme sebesar 13.33±1.29 %.
 
 
Lalu penambahan triptofan sebesar  0,75 % mampu menghasilkan  tingkat  kanibalisme sebesar 25.00±2,50 %. Tingkat kanibalisme tertinggi: 26.67±2.59%. , terjadi pada pakan udang jerbung yang tanpa diberi triptofan (0 % triptofan). 
 
 
Hasil ini  menunjukkan bahwa penambahan triptofan sebesar  antara  0,75 - 2,25%/jumlah pakan  dalam pakan dapat menekan tingkat kanibalisme pada udang jerbung: 25 % - 11.67 %. Bila dibandingkan dengan pakan yang tanpa diberi triptofan (0 %), tingkat kanibalisme masih tinggi sebesar 26.67 %.
 
 
 Penambahan triptofan dalam pakan udang jerbung, 0,75 - 2,25 %/jumlah pakan, juga mampu meningkatkan tingkat kelulushidupan udang jerbung dari 63,33±2,89 % -  83,33±2,89 %, dibandingkan dengan tingkat kelulushidupan  dari udang jerbung yang tanpa diberi triptofan (0%) : sebesar 61,67±2,89 %. Penambahan  triptofan sebesar 0,75 - 2,25 %  dalam pakan  juga berpengaruh nyata terhadap tingkat moulting pada udang jerbung (Penaeus merguiensis). 
 
 
Berdasarkan uraian tersebut diatas yang terbukti bahwa bahwa penambahan triptofan pada pakan buatan udang jerbung memberikan pengaruh signikan terhadap tingkat kanibalisme, tingkat moulting  dan kelulushidupan. Dosis terbaik penambahan triptofan dalam pakan budidaya udang jerbung  adalah sebesar 2,25 %  per total jumlah pakan  (JHB,DR, UH).
 
 
 
*Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Pangeran Diponegoro
 

 
Aqua Update + Kolom + Cetak Update +

Artikel Lain